VALORANT

Ray4c dengan Raze dan Judge, Bagaimana Kombinasi Ini Bisa Menerbangkan Dominatus ke Grand Final

VCT Challengers Indonesia 2023 Split 2 telah ditutup dengan kemenangan BOOM Esports. Tim yang bakal mewakili Indonesia di Ascension Pacific 2023 itu seharusnya menjadi highlight dari turnamen ini, bukan? Sayangnya, hampir semua mata justru tertuju ke lawan yang dikalahkannya di Grand Final. Ya, Dominatus, tim yang dipimpin oleh ray4c itu mencuri perhatian banyak orang lewat prestasi mereka di Split 2.

Di babak playoff, tim ini menjelma menjadi penjegal tim besar. Pertama, mereka sukses menaklukkan ARF Team, tim yang bisa dibilang underdog sesungguhnya di Challengers Indonesia. Kedua, Dominatus sukses menendang Bigetron Arctic, tim yang mendominasi fase grup, ke Lower Bracket. Terakhir dan yang paling mengejutkan, mereka sukses mengalahkan BOOM dan menjadi tim pertama yang masuk ke Grand Final.

Meski ada banyak faktor yang membelakangi kesuksesan mereka di Split 2 ini, satu hal yang paling menonjol tentu adalah pemilihan Agent mereka. Di komunitas VALORANT Indonesia saat ini, tidak ada lagi yang tak mengenal permainan Raze dari ray4c. Dengan Judge di tangan sang pemain, banyak tim yang bertekuk lutut di hadapan Dominatus.

Sebenarnya, apa sih yang menyebabkan strategi Raze plus Judge dari Dominatus bisa berjalan mulus hingga ke Grand Final?

Mengenal Agent Raze

jenis-perbedaan-role-valorant-raze

Sebelum menyelam lebih dalam, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu sosok Raze dan senjata Judge yang digunakan oleh ray4c. Raze adalah salah satu Agent dengan peran Duelist. Di antara Duelist lainnya, dia dan Jett kami anggap sebagai Duelist untuk Entry terbaik di VALORANT. Alasannya adalah utility yang dimiliki oleh kedua Agent tersebut lebih memudahkan sebuah tim untuk mengambil ruang di sebuah site ketimbang Duelist lainnya.

Keduanya tentu punya keunggulannya masing-masing. Kami tidak menyebut bahwa menghadapi pemain Jett lebih gampang, namun menaklukkan Raze bisa dibilang lebih tricky. Kami berpikir demikian karena adanya Blast Pack atau satchel milik Raze.

Dengan satchel tersebut, Raze bisa memiliki movement layaknya Jett dengan Tailwind atau biasa disebut dash. Akan tetapi, berbeda dengan dash yang membuat Jett bergerak ke satu arah, satchel dapat membuat pemain bermanuver dengan cukup cepat. Hal inilah yang mengakibatkan crosshair pemain lebih terganggu ketika menghadapi Raze.

Agent ini memang punya map terbaiknya, seperti Bind dan Split, namun kami merasa Raze bisa dimainkan di semua map yang tersedia di VALORANT. Breeze adalah satu-satunya map yang mungkin tidak diperuntukkan untuk Raze. Tapi, dengan dihilangkannya Breeze dari mode Unrated dan Competitive, tak ada alasan untuk tidak menggunakan Duelist ini.

Judge, pilihan senjata dari ray4c

Judge adalah senjata bertipe Shotgun di VALORANT. Bagi pemain game FPS ini, Judge adalah senjata yang menyebalkan (hampir selevel dengan Odin). Di tangan ray4c, level kejengkelan terhadap senjata ini meningkat lebih tinggi.

Judge merupakan signature dari ray4c. Meski dia juga terlihat memakai dua Shotgun lainnya, Shorty dan Bucky, Judge merupakan pilihan utama dari pemain ini. Dari sudut pandang kami, pemilihan Judge sebenarnya adalah keputusan terbaik ketika menggunakan Raze. Dengarkan alasan kami berikut ini.

Raze yang terbang menggunakan satchel memang cukup sulit untuk ditembak, namun hal itu juga berlaku untuk sang pengguna Duelist ini. Kalian masih bisa menembak ketika berada di udara, tapi akurasi tembakannya tentu tidak akan sempurna. Begitu juga ketika mendarat, di mana kalian perlu meletakkan kembali crosshair di posisi terbaiknya. Melakukan hal tersebut bukanlah perkara mudah.

Maka dari itu, Judge adalah pilihan terbaik pemain Raze. Salah satu tujuan penggunaan satchel adalah untuk mendekati musuh dengan cepat. Dengan Judge, masalah crosshair dan akurasi tembakan tak terlalu penting untuk dipikirkan. Ingat, Judge adalah Shotgun sehingga peluru yang keluar akan menyebar.

Di pertarungan jarak dekat, Shotgun adalah senjata terbaik dan tersakit. Satu atau setidaknya dua tembakan dari Judge sudah bisa melumpuhkan musuh, bahkan pemain dengan Heavy Shield. Dengan demikian, kombinasi dari Raze dan juga Judge di atas kertas sebenarnya sempurna.

Bagaimana Dominatus dan ray4c menggunakan Raze

Secara mengejutkan strategi yang digunakan oleh Dominatus tidak terlalu rumit. Sebagai Attacker, mereka biasanya melakukan lima stack ke sebuah site dengan ray4c sebagai pemain pertama yang masuk. Ray4c kemudian akan mencoba mencari informasi musuh dan jika bisa mengumpulkan sejumlah kill. Setelahnya, baru pemain lain masuk ke site tersebut.

Untuk post plant, strategi yang digunakan juga sederhana. Jika ray4c masih hidup, maka dia akan memposisikan diri di choke point atau di dalam smoke dengan Judge. Misinya adalah untuk berduel dengan musuh yang mencoba melakukan retake. Posisi rekan-rekannya cukup menyebar, baik di area Main atau di dalam site.

Sebagai Defender, peran ray4c lebih “mudah”. Sama seperti posisi post plant, dia akan berada di choke point, bermain di balik smoke, dan jika bisa mendapatkan satu-dua kill. Apabila dirasa tim musuh akan menyerang site lain, maka ray4c akan rotate dan bersiap untuk melakukan retake. Untuk retake, ray4c akan kembali menjadi pemain pertama yang masuk ke site, dibantu dengan utility rekan-rekannya.

Di beberapa ronde, mereka terlihat melakukan flank dan split push, walau tak terlalu sering. Selain itu, Dominatus juga jarang melakukan save dan rotasi ketika site yang mereka serang gagal membuahkan hasil. Mereka Strategi ini dilakukan di semua map yang mereka mainkan di babak playoff, yaitu Ascent (tiga kali), Fracture (dua kali), Bind (dua kali), Pearl (dua kali), dan Lotus (sekali). 

Cara mengatasi Raze

Crossfire dari BOOM Esports
Sumber: VCT Indonesia

Seperti halnya Entry dash dari Jett, ada beberapa cara untuk menghentikan Entry satchel dari Raze. Hal pertama yang perlu kalian ingat adalah variasi rute dari satchel milik Raze sebenarnya tak terlalu banyak. 

Ambil contoh di Ascent. Dari A Main, pemain Raze biasanya akan terbang ke arah Generator dan sekitarnya. Pilihan lain ada belok ke kiri ke arah Tree atau A Short. Dari B Main, mereka akan mencoba menuju Switch atau masuk ke CT. Pilihan lain tentu langsung terbang ke arah dalam site. Sebagai Defender, rute terbang Raze sebenarnya tak terlalu berbeda, namun akan lebih tricky untuk dihadapi ketimbang ketika Agent ini bermain sebagai Attacker.

Salah satu cara efektif untuk menghadapi Raze adalah dengan mengandalkan kuantitas pemain dan menempatkan diri di posisi crossfire. Selain itu, jangan lupa untuk mengeluarkan utility yang ada (molly dan lainnya) untuk memisahkan Raze dan rekan timnya. 

Menghiraukan Raze yang telah lewat dari pandangan dan menyerahkannya kepada rekan tim terdekat bisa dibilang keputusan yang lebih bijak. Jika berada di kondisi seperti ini, ada baiknya jika kalian lebih fokus ke arah musuh lain yang ingin masuk ke site. Pemain-pemain tersebut bisa lebih berbahaya ketimbang Raze.

Faktor kesuksesan Dominatus dan ray4c

Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan strategi Dominatus dan Raze milik ray4c ini berhasil di babak playoff Challengers Indonesia? Satu hal yang langsung terbesit di benak kami adalah banyak tim yang terlalu menaruh respek terhadap ray4c dengan mengosongkan site. Strategi site kosong sebenarnya bukan strategi yang buruk ketika berhadapan dengan pemain Raze. Kami juga menyarankan hal ini, terutama jika Raze tersebut memiliki Ultimate. 

Namun, ketika menjalankan strategi tersebut, tak jarang sebuah tim tidak memiliki strategi retake yang baik. Terburu-buru dan tidak mengecek sudut penting ketika masuk ke site atau tak punya utility yang cukup untuk melakukan retake adalah beberapa kesalahan yang sering dilakukan tim musuh. 

Teori strategi kuantitas terlihat mudah untuk dilakukan, namun sebenarnya tidak, apalagi ketika kalian berhadapan dengan Dominatus. Seperti yang sudah kami bahas sebelumnya, Dominatus lebih banyak melakukan stack lima. Ketika satu pemain masuk, maka pemain lain juga masuk. Penjaga site, jika tidak siap, mereka akan kelabakan dibuatnya. Hal inilah yang sering menyulitkan sejumlah tim ketika bermain dengan Dominatus di babak playoff.

Kesalahan-kesalahan kecil juga terjadi ketika tim lawan bertindak sebagai Attacker. Kita tahu bahwa ray4c sering sekali bermain di choke point dan juga smoke. Ketika ada tim yang tidak mengecek poin tersebut dengan utility mereka, maka ray4c akan siap menghukum mereka dengan Judge. Hal ini terjadi di ronde ke-19 map Fracture ketika Dominatus berhadapan dengan ARF Team.

ARF Team tidak mengecek choke point yang sudah dijaga Ray4c
Sumber: VCT Indonesia

Selain faktor “kemalasan” tim-tim Indonesia ketika melawan Dominatus, kami juga tak lupa untuk memberikan apresiasi tinggi terhadap kemampuan ray4c itu sendiri. Keahliannya dalam menggunakan Raze sudah tidak diragukan, begitu juga dengan Judge miliknya. Pemain ini juga berani dalam menginisiasi serangan atau retake, membuat musuh terkejut dengan kehadiran dirinya secara cepat.

Selain itu, apalah ray4c tanpa kehadiran rekan-rekan satu timnya, yaitu ValdyN, gotten, carrace, dan RiseN. Dengan dukungan mereka, ray4c setidaknya lebih mudah untuk masuk ke site. Di hari yang baik, tembakan-tembakan mereka juga terasa sakit. Terlihat aneh, namun kesuksesan Dominatus menembus Grand Final Challengers Indonesia adalah sebuah prestasi yang patut diacungi jempol.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *