Menentukan Format Turnamen Esports Bukanlah Proses yang Bisa Dianggap Remeh
Salah satu langkah penting yang harus dilakukan ketika mengadakan turnamen adalah menentukan format yang tepat. Sekilas, proses ini terlihat sederhana dan seringkali penyelenggara turnamen hanya menjiplak turnamen yang sudah ada sebelumnya. Tapi di ranah esports, menentukan format yang tepat untuk sebuah turnamen adalah proses yang lebih sulit dan penuh pertimbangan.
Format turnamen yang baik bisa membuat sebuah turnamen jauh lebih menarik bagi audiens, rewarding untuk peserta, serta menguntungkan untuk penyelenggaranya. Tapi sebaliknya format yang dibuat asal-asalan akan membuat sebuah turnamen mudah dilupakan atau bahkan dipertanyakan banyak orang, baik itu oleh audiens maupun pesertanya.
Mencari Tim/Pemain Terbaik dengan Cara yang Tepat
Di mana pemain atau kompetitor, semua turnamen punya tujuan yang sama yaitu sebagai ajang pembuktian diri. Semua peserta ingin membuktikan bahwa mereka adalah tim/pemain terbaik dan mendapatkan imbalan atas kemampuannya (via hadiah turnamen). Bahkan jika merasa tidak dijagokan sebagai juara sekalipun, peserta turnamen biasanya punya target realistis seberapa jauh mereka bisa finis berdasarkan kemampuan mereka dibandingkan dengan kemampuan peserta lain.
Masalahnya adalah, setiap game punya cara yang berbeda untuk menentukan siapa tim atau pemain terbaik. Pemenang dalam sebuah pertandingan dan turnamen MOBA ditentukan dari siapa yang meramu dan mengeksekusi strategi yang lebih baik, baik sebelum atau saat bertanding. Pemenang game kartu ditentukan dari siapa yang mampu menggunakan deck-nya dengan baik dan menavigasi situasi dan RNG yang ada. Pemenang di game battle royale ditentukan dari siapa yang bisa bertahan hidup yang kadang melibatkan konfrontasi dengan pemain lain.
Karena gameplay-nya yang berbeda, masing-masing game esports juga perlu format turnamen yang berbeda. Sebagai contoh, ayo kita ambil genre battle royale seperti PUBG Mobile. Karena kondisi menangnya adalah menjadi last man/team standing, seharusnya siapapun yang bertahan hidup langsung ditentukan sebagai pemenang.
Tapi di saat yang sama game battle royale punya sedikit faktor RNG. Satu tim bisa saja lebih beruntung mendapatkan equipment yang lebih baik, atau mendapatkan ring/circle yang menguntungkan. Karena itulah turnamen besar game battle royale biasanya menggunakan sistem poin dan dimainkan hingga beberapa ronde. Tujuannya untuk meminimalisir faktor RNG tersebut sehingga kemampuan tim peserta bisa diukur dengan lebih baik.
Menyajikan Pertandingan yang Seru untuk Penonton
Memasuki era modern ini, turnamen esports biasanya diadakan bukan hanya untuk pesertanya saja, tapi juga untuk audiens. Penggemar game tersebut mungkin ingin melihat tim/pemain favoritnya bertanding, atau sekadar ingin menikmati turnamen yang seru. Nah, format yang baik juga bisa membuat sebuah turnamen jauh lebih seru untuk audiens.
Sekali lagi, saya akan mengambil battle royale untuk contoh. Karena ukuran performa utamanya adalah kemampuan bertahan hidup alias survival, salah satu strategi untuk menang di genre ini tentu saja menghindari konfrontasi. Kamu mungkin bisa menyelesaikan pertandingan hanya membunuh satu orang/tim atau bahkan tidak menembakkan peluru sama sekali. Tapi karena bertahan hidup paling akhir, kamu tetap dinyatakan sebagai pemenang.
Dari segi kompetisi, strategi tersebut tentu valid. Tapi jika disiarkan secara langsung dan ditonton oleh banyak orang, turnamen ini tentu akan jadi sangat membosankan. Karena pada akhirnya peserta turnamen akan menghindari konfrontasi kecuali sangat terpaksa. Akhirnya pertandingan baru terasa seru di momen-momen akhir.
Demi mencegah hal tersebut, turnamen battle royale biasanya juga memberikan poin untuk setiap kill yang didapatkan oleh masing-masing tim. Tidak hanya itu, seberapa signifikan poin kill tersebut juga bisa mempengaruhi dinamika turnamen. Jika poin untuk tiap kill lebih besar, peserta mungkin akan bermain lebih agresif karena ingin mendapatkan poin tersebut. Selain itu penyelenggara turnamen juga bisa mengubah pengaturan permainan seperti countdown sebelum ring/circle berikutnya, atau seberapa sering pemain bisa menemukan senjata.
Menghadirkan Storyline yang Menarik untuk Diikuti
Selain lebih seru ketika pertandingan sedang berlangsung, format yang tepat juga bisa membuat turnamen jadi menarik dari awal hingga akhir. Ini karena format turnamen yang tepat secara tidak langsung bisa menciptakan storyline. Lalu jika storyline yang tercipta ternyata menarik, audiens tentu tertarik untuk mengikuti dan menyaksikan turnamen tersebut hanya demi melihat kelanjutan storyline tersebut.
Sebagai contoh, saya akan mengambil turnamen Dota 2 yaitu The International 2017. Masuk playoff sebagai juara grup, Team Liquid secara mengejutkan kalah di babak pertama. Tapi karena babak playoff tersebut menggunakan format double elimination, Team Liquid punya kesempatan kedua di lower bracket. Mereka kemudian menyapu bersih lower bracket, sampai ke babak final, dan akhirnya keluar sebagai juara.
Jika menggunakan format yang berbeda (misal single elimination), Team Liquid tentu langsung gugur begitu kalah di babak pertama. Cerita lower bracket run di atas tentu tidak terjadi dan digantikan dengan upset atau hasil kejutan. Apakah storyline tersebut lebih menarik daripada yang sudah terjadi? Kita tidak akan pernah tahu, tapi satu hal yang pasti adalah lower bracket run tersebut sudah menjadi salah satu sejarah tersendiri di ranah esports Dota 2.
Setiap format bisa memicu storyline yang berbeda. Membagi turnamen menjadi fase grup dan fase playoff bisa membuat dua tim bertemu di kedua fase. Single elimination bisa memicu hasil kejutan yang tidak disangka. Sementara itu double elimination bisa memicu lower bracket run dan dua tim/peserta bertemu dua kali.
Menyeimbangkan Kepentingan Semua Orang
Di dunia yang ideal, semua penyelenggara mungkin ingin mengadakan turnamen esports dengan format terbaik. Artinya semua turnamen Hearthstone dimainkan dengan format Swiss, semua turnamen battle royale dimainkan dengan minimal tiga ronde, dan seterusnya.
Tapi pada akhirnya mengadakan turnamen bukanlah hal yang murah dan mudah. Bahkan jika gratis dan tanpa hadiah sekalipun, satu atau beberapa orang harus meluangkan waktu dan tenaga untuk mengelola turnamen tersebut. Jika turnamennya punya skala besar, disiarkan secara langsung, dan diadakan di venue besar, berarti penyelenggara harus mengeluarkan uang untuk equipment, serta mencari talent seperti komentator.
Semakin lama turnamen berlangsung, semakin besar juga investasi yang harus dibayar oleh penyelenggara. Ini membuat penyelenggara harus bisa mengakali format turnamen mereka agar tetap adil untuk peserta, menarik dan seru untuk audiens, tapi tetap sesuai dengan budget dan waktu yang mereka miliki.
Inilah alasan mengapa banyak turnamen besar mengadakan kualifikasi atau fase awal dengan format yang sederhana dan cepat (misal single elimination atau hanya bermain satu game saja). Ini karena fase awal biasanya terdiri dari sangat banyak peserta, dan memaksakan format yang berlangsung lama akan membuat turnamen tersebut berlangsung terlalu lama dan memakan sumber daya. Padahal fase awal ini biasanya tidak disiarkan karena memang tidak menarik untuk audiens.
Penyelenggara turnamen tentu akan tetap berusaha membuat fase awal ini adil untuk peserta. Tapi pada akhirnya mereka juga harus memastikan untuk tidak membuang sumber daya dan waktu untuk fase yang mungkin bahkan tidak akan pernah diingat.
Faktor sumber daya inilah yang membuat menentukan format turnamen jauh lebih rumit, tidak hanya untuk esports, tapi juga turnamen lain. Penyelenggara ingin membuat turnamen adil untuk semua peserta karena mereka sudah membuat komitmen untuk mendaftar (bahkan mungkin membayar) dan meluangkan waktu untuk ikut turnamen. Tapi di saat yang sama membuat format panjang akan menguras sumber daya penyelenggara turnamen. Selain itu turnamen yang berlangsung terlalu lama juga untuk membuat audiens jenuh dan akhirnya meninggalkan turnamen tersebut.
Menyeimbangkan kepentingan ketiganya (audiens, peserta, dan sumber daya penyelenggara) akan selalu jadi tantangan untuk penyelenggara. Bahkan jika mengadakan turnamen untuk game yang sama sekalipun, penyelenggara perlu mempertimbangkan berbagai situasi. Budget yang berbeda, jumlah peserta yang berbeda, hingga turnamen waktu atau durasi yang tersedia bisa membuat penyelenggara harus melihat kembali format untuk turnamen yang mereka adakan.
Menemukan format turnamen yang ideal bukanlah hal yang mudah. PUBG misalnya harus merombak sistem poin mereka hingga seperti sekarang ini. Begitu juga dengan game esports lain. Karena sekali lagi, format yang bagus akan menghasilkan turnamen yang disukai oleh peserta dan audiens, yang berarti indikasi sukses untuk penyelenggara tersebut.