PUBG

Pengalaman Menonton Esports PUBG Masih Menjadi Masalah dan Perlu Dibenahi

PUBG sangat mendominasi dunia game global di tahun 2017. Baru dirilis bulan Maret tahun lalu, game dengan genre battle royale ini langsung menjadi game paling populer di seluruh dunia. Hingga hari ini, Steamchart mencatat PUBG punya rata-rata 1,4 juta orang yang bermain tiap harinya. Tidak cuma itu, game ini juga selalu berada di lima besar game yang paling banyak disaksikan di Twitch.

Popularitasnya tentu menimbulkan perbincangan bahwa game ini akan menjadi esports yang sukses ke depannya.

Dengan hadirnya turnamen dan banyaknya organisasi yang membentuk tim PUBG, game ini sudah punya ranah esports. Namun jika ingin menjadi esports yang sukses seperti League of Legends, Dota 2, atau CS:GO, PlayerUnknown perlu membenahi beberapa hal, terutama pengalaman menonton audiens.

PUBG Esports di Tahun 2017

pengalaman-menonton-esports-pubg-invitational

Meskipun masih sangat baru dan memiliki beberapa masalah seperti bug dan tickrate, PUBG sudah memperlihatkan tanda-tanda akan menjadi game esports. Organisasi eposrts besar seperti Cloud9, TSM, dan Team Liquid mulai merekrut pemain untuk bertanding mewakili organisasi tersebut.

Selain munculnya tim-tim yang bermain dalam lingkup profesional, turnamen skala besar pun mulai muncul. Di tahun 2017, ada beberapa turnamen PUBG offline atau LAN internasional, antara lain Gamescom PUBG Invitational, PUBG Asia Invitational, dan Dreamhack. Meskipun kebanyakan bersifat invitational, perkembangannya sangat cepat untuk game yang umurnya belum satu tahun dan baru keluar dari early access bulan Desember lalu.

Sayangnya, game ini punya banyak kekurangan dalam segi pengalaman menonton. Jika ingin mempertahankan audiens agar tetap menikmati pertandingan turnamen, saya rasa PlayerUnknown harus meningkatkan pengalaman bermain penonton turnamen.

Spectator Esport

pengalaman-menonton-esports-pubg-csgo

Ketika sudah menjadi esports, pertandingan game akan disaksikan oleh audiens, baik secara online, langsung di venue, atau melalui rekaman. Agar audiens betah menonton pertandingan dalam waktu lama, game tersebut harus menyampaikan informasi secara efektif. Dengan begitu audiens mengerti dan mengikuti apa yang terjadi, dan bereaksi terhadap apa yang ia saksikan.

Selain aspek visual yang mudah dimengerti, game yang ingin serius ke ranah esports biasanya punya fitur spectator yang memberikan lebih banyak informasi ke audiens. Selain itu ada juga replay yang memperlihatkan kejadian penting yang baru saja lewat. Terakhir ada komentator yang menjelaskan apa yang terjadi serta berusaha membuat kamu tetap tertarik menyaksikan.

Sebagai contoh, kamu bisa melihat gambar di atas yang memperlihatkan spectator mode untuk CS:GO. Di sana terlihat jelas siapa saja yang masih hidup, HP yang dimiliki, senjata yang digunakan, serta posisi dalam peta. Pada gambar di bawah kamu juga bisa melihat layar spectator mode untuk Dota 2. Kedua game menampilkan banyak informasi secara efisien dalam satu layar.

pengalaman-menonton-esports-pubg-dota-2

Turnamen-turnamen LAN PUBG yang berlangsung di tahun 2017 memang memiliki komentator. Mereka terlihat berusaha membuat pertandingan menarik dan menyampaikan sebanyak mungkin informasi yang ada dalam pertandingan. Sayangnya, upaya mereka tidak cukup menutupi kekurangan PUBG sebagai esports, yaitu sangat sulit diikuti.

Build-Up Panjang yang Berujung Kebingungan

Kebanyakan game esports yang terkenal punya porsi action yang cukup banyak. Game MOBA seperti Dota 2 dan League of Legends punya fase laning sebelum akhirnya penuh dengan team fight. Namun selang beberapa menit ada skirmish, gank, atau interaksi antar pemain yang membuat pertandingan tetap menarik.

Game FPS seperti CS:GO punya down time yang sangat minim karena tiap ronde berlangsung cepat. Selain itu karena punya area yang kecil, tensi ketika pemain dari kedua tim akan bertemu selalu ada. Overwatch malah all action di semua tempat sampai-sampai sulit diikuti.

Sementara itu, PUBG umumnya punya down time yang sangat lama. Sekitar 10 sampai 15 menit awal (mungkin lebih), pemain akan sibuk mencari-cari senjata dan item untuk bertempur nantinya. Dalam lingkungan turnamen, pemain juga cenderung bermain lebih aman dan menghindari konfrontasi dengan tim atau pemain lawan.

pengalaman-menonton-esports-pubg-gameplay-1

Akibatnya selama 10 sampai 15 menit awal itu kamu mungkin tidak akan melihat kejadian yang berarti. Bahkan interaksi antara dua tim pun mungkin tidak ada. Seiring berkurangnya jumlah pemain dan semakin sempitnya area permainan, permainan akan menjadi semakin seru. Namun kamu harus cukup bersabar untuk mendapatkan keseruan itu.

Mungkin saya terlalu awam untuk memahami dinamika dan strategi dalam looting dan aktivitas di awal permainan. Jadi seiring waktu jika sering bermain dan menonton saya mungkin akan lebih paham dan memahami. Jika tidak, down time ini bisa jadi membosankan di mata audiens yang masih awam.

Sayangnya, ketika permainan mulai seru, permainan masih sulit diikuti. Mengawasi 20 sampai 30 pemain yang tersisa dan apa yang mereka lakukan adalah hal yang sulit. Jadi tidak heran jika aksi yang sebenarnya pun sulit ditangkap oleh kamera.

pengalaman-menonton-esports-pubg-gameplay-4

Dalam beberapa turnamen yang saya tonton pun kesulitan ini terlihat jelas. Beberapa kali kamera memperlihatkan pemain yang sedang tidak melakukan apa-apa, padahal di tempat lain sedang terjadi baku tembak. Ketika kameranya berpindah, baku tembak tersebut sudah usai dan pemain yang terlibat sudah mati.

Selain itu, informasi yang disajikan di layar sangatlah minim. Kamu tidak tahu perlengkapan milik pemain selain senjata yang ia pegang dan apa yang ia kenakan saat itu. Informasi lain seperti siapa saja pemain yang masih tersisa dan HP yang mereka miliki juga masih sulit diakses.

Dua kekurangan ini membuat saya sebagai penonton kesulitan mengikuti pertandingan yang berlangsung. Apa yang terjadi, siapa saja yang masih hidup, dan saja yang sudah mati tidak bisa dilacak.

pengalaman-menonton-esports-pubg-gameplay-2

Tidak cuma saya sebagai penonton, komentator pertandingan juga kesulitan menjelaskan apa yang terjadi. Informasi yang bisa mereka berikan hanya sebatas apa yang terlihat di layar yang di saat yang sama juga kesulitan mengikuti semua pemain.

Banyak informasi penting yang terlewat. Akibatnya, komentator kesulitan membangun storyline atau cerita yang menarik untuk membuat pertandingan menarik. Padahal mungkin ada beberapa momen keren yang bisa diceritakan, misalnya mungkin ada pemain yang bisa bertahan hidup meskipun hanya menggunakan pistol di sepanjang awal permainan. Sayangnya momen seperti itu bisa saja terlewat karena kurangnya informasi yang tersaji di layar.

Berbenah untuk 2018

PlayerUnknown sendiri sejak awal memang punya visi menjadikan PUBG sebagai game battle royale yang bisa menembus esports. Ia tidak salah, karena PUBG sendiri punya potensi menjadi esports terutama dengan basis pemainnya.

Untuk mencapai itu, PlayerUnknown harus melakukan banyak perbaikan. Game PUBG sendiri masih memerlukan perbaikan di sana sini. Setelah itu barulah mereka bisa melihat apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas penyajian esports mereka, terutama untuk penonton yang menyaksikan. Well, itu pun jika mereka benar-benar mau menjadikan game ini sebuah esports.