Overwatch

Overwatch, Mantan GOTY yang Menemui Kehancuran

Overwatch orisinal pernah menjadi salah satu game besar, baik di komunitas pemain biasa atau industri esports. Dirilis pada tahun 2016, Overwatch memberikan hawa yang cukup segar untuk game FPS. Padahal, game buatan Blizzard Entertainment itu bukan yang pertama di genre tersebut. Kalian tentu pernah mendengar Team Fortress 2, bukan? Ya, Overwatch bisa dibilang memiliki konsep yang sama dengan Team Fortress 2, namun dengan sentuhan berbeda. 

Sebagai game FPS berbasis hero, Overwatch punya karakter yang lebih bervariasi dengan kemampuan unik mereka masing-masing. Ditambah dengan lore yang mewarnai pengenalan karakter-karakter tersebut membuat Overwatch menarik minat banyak gamer. Dengan gameplay yang lebih terpoles, wajar jika game ini mendapat review bagus dan beberapa penghargaan bergengsi, salah satunya adalah Game of the Year 2016.

Jadi, bagaimana game yang bisa segitu besarnya di komunitas game mengalami kehancuran dan mati mengenaskan di tangan adiknya sendiri?

Rusak karena konten sendiri

Brigitte
Sumber:; Blizzard Entertainment

Seperti halnya game berbasi hero lainnya, memberikan update seperti karakter, map, dan mode baru merupakan jalur kehidupan yang harus dilalui, tak terkecuali Overwatch. Sejak dirilis pada tahun 2016, Blizzard sukses memanjakan para pemainnya dengan konten-konten baru. Mulai dari event Halloween hingga pengenalan Sombra, semua konten yang dihadirkan dilahap habis oleh para penggemar.

Blizzard pun tidak menghiraukan para pemain yang memiliki semangat kompetisi ketika bermain Overwatch. Dua tahun setelah dirilis, Blizzard mengenalkan Overwatch League, sebuah liga esports profesional yang ditujukan kepada pemain-pemain tersebut. Dengan permainan intens yang ditampilkan oleh para pesertanya, Overwatch League merasakan masa kejayaannya sebagai salah satu liga esports terbaik di dunia.

Adanya konten-konten hangat di dalam game dan liga esports membuat Blizzard sukses membahagiakan semua bagian dari komunitas Overwatch. Sayangnya, masa keemasan tersebut tak bertahan lama. Blizzard memang tetap konsisten menambahkan konten baru ke dalam game buatannya, namun konten tersebut yang justru menjadi awal kehancuran dari Overwatch.

Perkenalkan Brigitte, karakter yang menjadi biang keladi dari akar masalah game ini. Dirilis pada tahun 2018, Brigitte langsung menjadi hero yang dibenci oleh komunitas Overwatch. Alasannya apalagi jika bukan perihal overpowered, meski peran dari karakter ini adalah Support. Brigitte juga menjadi unsur penting lahirnya meta GOATS di Overwatch, yaitu bermain dengan tiga hero Tank serta tiga hero Support.

Masuknya Brigitte ke roster hero Overwatch membuat keseimbangan game menjadi berantakan. Banyak pemain, terutama content creator, mulai menganggap game garapan Blizzard ini membosankan. Pihak pengembang memang mencoba “memperbaiki” Brigitte lewat beberapa nerf. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Kerusakan yang ada sudah terlanjur besar dan perbaikan yang memakan waktu lama membuat Overwatch mulai dijauhi penggemarnya.

Hadirnya game baru gratis yang lebih menarik

Fortnite
Sumber: Epic Games

Setelah menggali lubang kuburnya sendiri, Blizzard tetap memberikan konten “baru” untuk Overwatch. Sayangnya, hal tersebut ternyata belum cukup untuk menarik kembali para pemain yang telah kabur dari game ini. Selain karena masalah yang dibuat sendiri, hadirnya game baru yang terlihat lebih menyenangkan menjadi salah satu penyebab kehancuran dari Overwatch.

Tak ada yang menyangka bahwa Fortnite, game buatan Epic Games yang dirilis pada tahun 2017, dapat menjadi sangat besar beberapa tahun kemudian. Sebelum Fortnite, PUBG terlebih dahulu mencuri perhatian banyak gamer lewat genre Battle Royale yang dibawakan. Namun, eksistensi PUBG belum dapat mengalahkan Overwatch, yang pada saat itu masih menjadi game yang sering dimainkan.

Meski tak berbasis hero seperti Overwatch, Epic Games mampu memberikan konten-konten terbaik untuk Fortnite, seperti skin, event, emote, dan lain sebagainya. Konten yang dihadirkan ternyata ampuh untuk membuat sejumlah content creator dari game lain, tak terkecuali Overwatch, berpaling ke Fortnite. Ditambah dengan perilisan konten dari Blizzard yang terkesan amburadul, hijrahnya pemuka Overwatch ke game sebelah seperti tak terelakan.

Sehabis PUBG dan Fortnite, game baru lain seperti Apex Legends serta VALORANT muncul untuk ikut memukul habis Overwatch. Padahal, meski berbeda genre, kedua game tersebut memiliki elemen yang sama dengan Overwatch, yaitu karakter berbasis hero. Lalu, mengapa mereka seperti tak mampu bersaing dalam menggaet pemain baru dan lama? Kata kuncinya ada di kata “game gratis” dan juga konten yang lebih menarik tentunya.

Setelah gelap, akankah Overwatch 2 menunjukkan terangnya?

Ketika Blizzard mematikan server dari Overwatch, maka berakhir sudah perjalanan game ini setelah beberapa tahun belakang mati suri. Sebagai gantinya, Blizzard telah merilis sekuelnya, Overwatch 2. Dikenalkan dua tahun yang lau, Overwatch 2 mendapat beragam reaksi dari penggemarnya. Sebagian menyambut baik lembaran baru yang dibuka, sebagian berpikiran skeptis dan meramal bahwa game ini tidak akan bertahan lama.

Masalah di awal peluncuran Overwatch 2 seperti memberikan sinyal bahaya kepada Blizzard. Akahkan sekuel ini mampu mengembalikan kejayaan kakaknya dulu? Atau justru turu terlalu cepat karena hal yang sama? Well, kami bukan cenayang, jadi biarlah waktu yang membuktikan. Namun, satu hal yang pasti, yaitu Overwatch (orisinal) sudah mati.