Free FireKamus dan Serba-Serbi EsportsMagic ChessMobile LegendsPUBGVALORANT

Taunting Dalam Turnamen Game, Salahkah?

Untuk kamu yang ketinggalan beritanya, beberapa waktu lalu Bigetron Esports terlibat dalam sebuah kontroversi. Mereka mengumumkan permintaan maaf dan memotong gaji salah satu pemain Mobile Legends mereka melakukan tindakan yang kurang menyenangkan di turnamen Game Prime 2018.

Bigetron sama sekali tidak mengklarifikasi tindakan yang dilakukan oleh sang pemain. Menurut komunitas lokal, sang pemain melakukan taunting dalam bentuk recall di depan base Aerowolf Roxy saat Bigetron sudah dipastikan memenangkan game.

Bigetron kemudian kembali meminta maaf dan membatalkan hukuman tersebut. Namun backlash dari komunitas termasuk dari pemain Aerowolf sendiri sudah terlanjur terjadi.

Kejadian ini juga mengangkat satu pertanyaan menarik: apakah taunting dalam turnamen itu salah? Apakah taunting layak dianggap sebagai tindakan yang tidak sportif atau tidak profesional?

Apa Itu Taunting?

taunting-dalam-turnamen-hearthstone

Untuk kamu yang belum tahu, taunting adalah tindakan provokasi ke orang lain. Dalam dunia video game, orang lain ini berarti lawan mainmu.

Tindakan taunting ini bisa dilakukan di dalam atau luar game. Di luar game, ini bisa dilakukan dalam bentuk gesture atau perkataan. Umumnya pesan yang disampaikan adalah meremehkan lawan atau menyombongkan diri, baik sebelum atau setelah pertandingan. Pernyataan lewat media sosial juga bisa dianggap sebagai taunting, apalagi ketika dua tim akan atau baru selesai bertanding.

Dalam game, pemain bisa menggunakan fitur atau gerakan taunt yang sudah tersedia dalam permainan. Berbagai game fighting, Dota 2, sampai League of Legends memiliki fitur ini dan bisa digunakan oleh siapa saja.

Kadang pemain juga menggunakan fitur lain untuk melakukan taunting ke lawannya. Dota 2 adalah salah satu contoh kuat untuk ini. Pemain bisa melakukan chat wheel spam, item drop, fountain dive, dan yang paling baru, offensive tipping. Lalu jangan lupa juga taunt paling kontroversial di dunia fighting game dan juga FPS: teabagging.

Tidak semua pemain sering atau bahkan suka dengan taunting. Namun di sisi lain ada pemain dan tim yang malah dikenal suka melakukannya. Saat artikel ini diturunkan banyak tim Dota 2 kelas dunia yang menggunakan chat wheel dan juga offensive tipping setelah membunuh lawannya. Lalu di fighting game, pemain seperti NuckleDu dan Punk dikenal sering melakukan teabagging terhadap lawannya.

Bagian dari Permainan dan Juga Menguji Skill

Pada akhirnya, kita harus mengingat bahwa apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan di video game tergantung pada fitur dan ‘hukum’ dari game itu sendiri. If it’s in the game, it’s allowed. Ini juga berlaku untuk taunting, entah itu melalui gerakan taunt itu sendiri atau dengan cara lain.

Taunting bahkan bisa dibilang salah satu taktik dan strategi ketika bertanding. Lebih tepatnya, taunting adalah salah satu trik untuk melakukan mind game.

Video dari Core-A Gaming menjelaskan hal ini dalam videonya, menggunakan fighting game sebagai referensi utama.

Meskipun tidak selalu, taunting umumnya bertujuan untuk menghina lawan dalam permainan. Pemain yang merasa terhina kemudian akan merasa marah, terancam, dan frustasi. Ia akhirnya mendapatkan tekanan untuk menang demi membalas hinaan tersebut.

Karena emosinya tidak stabil, pemain tersebut lebih rentan membuat kesalahan. Langkah dan gerakannya mudah ditebak dan cenderung berisiko tinggi, tilting, lalu bisa dikendalikan dengan mudah.

Sebagai contoh dalam cuplikan di atas, Tokido menggunakan gerakan taunt Akuma untuk meng-KO lawannya, Punk. Ini tidak hanya dilakukan di final turnamen besar yaitu EVO 2017, ia melakukannya terhadap Punk, pemain muda yang sering melakukan in-game taunt ke lawan, termasuk teabagging. Spoiler, Punk yang semakin tertekan secara mental tidak dapat berbuat banyak di final dan kemudian kalah di pertandingan tersebut.

Singkat kata, taunting adalah salah satu strategi yang tujuan akhirnya adalah kemenangan. Fiturnya tersedia dalam permainan, dan beberapa pemain pun akan mencari cara untuk melakukan itu. Jadi karena taunting akan terjadi, berarti tugas pemain adalah menanggapi taunt tersebut secara mental.

Tiap pemain punya cara sendiri menanggapi taunt, dan semuanya bergantung pada kekuatan mental. Mereka yang kurang berpengalaman bisa runtuh dengan mudah ketika melihat satu atau dua taunt dari lawan. Dalam Dota 2, kamu bisa mendiamkan (mute) lawan sehingga tidak bisa melihat chatwheel spam, begitu juga di Hearthstone terhadap lawan yang suka menggunakan emote.

Beberapa pemain menanggapi dengan tertawa atau malah taunt balik karena memang ingin berkelakar. Kemudian mereka yang bermental kuat tidak akan terpengaruh sama sekali. Mentalitas ini biasanya dimiliki oleh mereka yang sudah punya segudang pengalaman.

Tetap Ada Batasan

Meskipun secara tertulis tidak dilarang, bukan berarti taunting tidak punya batasan sama sekali. Video dari Core-A Gaming di atas juga menjelaskan bahwa sejatinya menghina lawanmu adalah sesuatu yang dilarang. Alasannya adalah untuk melindungi kehormatan lawanmu.

Dalam video yang sama aturan tersebut punya pengecualian tidak tertulis dalam dua hal. Pertama, menghina tidak bisa dilakukan ke mereka yang punya skill yang jauh lebih rendah. Ini hanya akan membuatmu terlihat seperti seorang bully yang suka menindas pemain baru yang seharusnya diajari.

Kedua, penghinaan masih bisa diterima jika menyinggung skill kedua pihak, termasuk mentalitas. Semua bentuk taunting yang saya disebutkan di atas umumnya punya makna yang sama. Jika dilakukan saat pertandingan berakhir, tujuannya untuk menertawakan kemampuan lawan yang terbukti lebih rendah. Jika dilakukan di tengah pertandingan, tujuannya untuk memecah fokus dan konsentrasi lawan. Jika dilakukan sebelum bertanding, tujuannya untuk mempengaruhi rasa percaya diri lawan.

taunting-dalam-turnamen-mind-control
Don’t do this, ever

Sebaliknya, provokasi dan taunting yang menghina sesuatu selain skill lawan jelas dilarang, baik itu di dalam maupun di luar pertandingan. Ini berarti menghina fisik, ras, kepribadian, dan sebagainya. Jika melakukan ini, kamu layak disebut sebagai pemain yang toxic dan layak menerima backlash bahkan di luar turnamen.

Karena itulah, taunting yang tidak menyinggung pemain di luar skill dalam permainan hampir tidak pernah dilarang di tengah turnamen. Jika di luar itu, baru penyelenggara turnamen biasanya mengambil tindakan.


Kamu mungkin tetap merasa bahwa taunting dalam permainan bukanlah bagian dari sportivitas atau profesionalitas. Namun pada akhirnya selama masih bisa dilakukan, mereka yang suka melakukan taunting akan tetap melakukannya, karena itulah bagian dari permainan dan merupakan salah satu cara untuk menang.

Beberapa pemain profesional yang terkenal suka melakukan taunting juga tahu batasan. Mereka tidak pernah menghina pemain lain di luar dari lingkup status sebagai pemain. Jika keluar dari lingkup itu, mereka pun akan mendapatkan backlash atau bahkan hukuman.

Taunting akan menguji mentalitas pemain dan membuat pemain tersebut memperlihatkan kepribadian serta kekuatan mental mereka. Inilah yang kemudian membuat pertandingan menjadi semakin menarik. Selama kedua pemain atau tim tetap bersalaman dan mengatakan “good game”, taunting akan tetap ada dan menjadi salah satu strategi permainan.

Baca juga: Apa itu tilting dan bagaimana mencegahnya ketika bermain game?