Bagaimana Perubahan Sistem Esports League of Legends Asia Tenggara Mengubah Scene Lokal
Minggu lalu, Garena mengumumkan bahwa mereka akan mengubah sistem esports League of Legends di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Perubahan yang dibuat sangat signifikan dan mengubah bentuk esports League of Legends daerah ini.
Hanya saja, meskipun perubahan yang dibuat punya tujuan dan alasan yang masuk akal, ada banyak yang membuat saya khawatir. Tergantung apa yang terjadi ke depannya, sistem baru ini bisa saja membuat esports League of Legends di Indonesia bertahan hidup atau malah mengalami kemunduran.
Dari Sistem Tertutup Menjadi Sistem Terbuka
Untuk kamu yang belum tahu, pada dasarnya Garena tidak akan mengadakan GPL serta liga di masing-masing negara anggota GPL ke depannya. Itu berarti LGS yang ada di Indonesia tidak akan diadakan lagi.
Sebagai gantinya, tiket untuk maju ke turnamen internasional seperti MSI, Rift Rivals, dan World Championship akan diperebutkan di rangkaian turnamen bernama SEA Tour.
Dalam SEA Tour, tiap negara Asia Tenggara akan mengadakan kualifikasi di negaranya masing-masing. Tim terbaik dari negara masing-masing kemudian akan maju ke babak playoff dan bertanding untuk memperebutkan tiket ke event internasional.
Rangkaian SEA Tour ini akan memakan waktu sekitar satu bulan. Ini jelas lebih singkat dari rangkaian liga lokal seperti LGS plus GPL yang memakan tiga hingga empat bulan.
Perubahan kedua ada pada kekosongan di luar masa SEA Tour ini. Dengan banyaknya jadwal kosong di kalender kompetitif League of Legends Asia Tenggara, penyelenggara pihak ketiga punya ruang yang lebih luas untuk mengadakan turnamen League of Legends alias Open Tournament. Dalam pengumumannya, Garena sendiri juga mengajak penyelenggara yang tertarik untuk mengajukan turnamen mereka dan bersedia untuk memberikan bantuan.
Dari yang sebelumnya cukup terpusat, Garena kini mengubah esports League of Legends di Asia Tenggara menjadi scene yang lebih terbuka. Meskipun ini tentu punya tujuan baik, ada beberapa kekhawatiran yang timbul dari perubahan sistem ini.
Scene Lokal yang Minim Audience
Sepanjang dua tahun ini, viewership untuk esports League of Legends di Indonesia bisa dibilang tidak mengagumkan. Jika dibandingkan dengan game MOBA lain seperti live stream lokal turnamen Pro CircuitDota 2 atau bahkan AOV Star League (ASL) yang juga miliki Garena, angka viewer turnamen League of Legends di Indonesia masih kalah.
Intinya adalah dengan viewer yang tidak seberapa, investasi tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya lain untuk mengadakan liga panjang seperti LGS tidak sepadan dengan apa yang didapatkan. Dengan SEA Tour yang lebih singkat, jumlah sumber daya yang harus dikeluarkan oleh Garena untuk mengelola turnamen jelas bisa dipangkas.
Namun yang menjadi fokus saya di perubahan ini adalah turnamen pihak ketiga yang ada di luar SEA Tour.
Kami sempat menanyakan pendapat owner Bigetron Edwin “Starlest” Chia terkait perubahan ini. Menurutnya, “perubahan ini bagus untuk scene Asia Tenggara karena akan meningkatkan persaingan tim di level regional (antar-negara). Namun scene lokal di negara dengan audience League of Legends kecil seperti Indonesia akan sangat kesulitan.”
Sistem Open Tournament ini tidak hanya terbuka di satu negara saja, namun untuk seluruh Asia Tenggara. Artinya kamu bisa mengikuti Open Tournament yang diadakan di negara lain. Lalu berkat Tournament Realm, kamu bisa bermain tanpa harus memiliki akun di server negara tersebut.
Melalui sistem baru ini, tim League of Legends di Asia Tenggara bisa bertemu dan bertanding dengan tim negara lain dalam sebuah turnamen. Ini jelas menjadi nilai positif karena selama ini kita hanya melihat tim-tim besar Asia Tenggara bertemu di GPL. Untuk tim Indonesia, Open Tournament juga akan jadi ajang mencari pengalaman menghadapi tim di luar.
Pertanyaan besarnya adalah, ada berapa banyak Open Tournament League of Legends skala besar nantinya? Lalu akankah ada Open Tournament besar di Indonesia?
Ketika ditanya terkait hal ini, Garena mengingatkan bahwa bulan Agustus nanti akan ada Hyperplay, sebuah festival esports dan musik yang akan diadakan di Singapura. Didukung oleh Riot, League of Legends tentu jadi judul game yang akan dipertandingkan di sana. Garena juga mengatakan bahwa turnamen ini punya skala internasional, dan Indonesia akan mengadakan kualifikasi untuk menentukan tim yang akan dikirim ke sana.
Sekali lagi, ini adalah arah yang positif untuk tim League of Legends di Asia Tenggara serta audience yang memang menyukai game ini. Lebih banyak turnamen internasional berarti lebih banyak pengalaman bermain dengan tim luar yang bisa berimbas pada peningkatan level permainan.
Sayangnya di saat yang sama ini bisa membuat scene di Indonesia menjadi lebih sepi turnamen offline/LAN League of Legends besar.
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, dibandingkan game lain, viewership League of Legends di Indonesia jauh lebih kecil. Dengan angka audience yang tidak seberapa, penyelenggara besar di Indonesia tentu akan berpikir dua kali untuk mengadakan Open Tournament skala besar di Indonesia.
Seperti Hyperplay, cara yang paling ideal adalah mengadakan turnamen LAN skala internasional. Itu berarti mengundang tim Asia Tenggara serta menarik audience luar. Pertanyaannya kembali ke apakah biaya mengundang tim luar ke Indonesia serta menyiapkan broadcasting untuk audience luar DAN Indonesia sepadan.
Memang, di Indonesia ada turnamen seperti Guardian Series oleh Cyberstation atau turnamen lokal skala kecil lainnya. Namun agar sebuah game bisa dilirik oleh masyarakat dan juga sponsor, sebuah turnamen tetap perlu production value berkualitas yang mampu menarik audience.
Selain turnamen kecil serta Hyperplay, Garena masih belum menyebutkan nama Open Tournament lain. Saat kami tanya, mereka masih dalam proses merencanakan kerja sama dengan penyelenggara pihak ketiga.
Akankah Kembali ke Masa Jaya?
Tentu saja ini bukan berarti esports League of Legends di Indonesia akan mati begitu saja seiring waktu. Pada akhirnya, mereka yang menyukai League of Legends dan ingin maju sampai ke level tertinggi akan terus bermain dan mencari cara untuk maju ke World Championship.
Edwin sendiri mengatakan bahwa saat ini Bigetron Esports akan fokus mengincar juara SEA Tour dan maju ke World Championship. Ia berharap Bigetron Esports bisa menghidupkan kembali League of Legends di Indonesia dengan menuai prestasi di panggung internasional.
Open Tournament skala besar juga bukan tidak mungkin diadakan di Indonesia. Hanya saja, melihat posisi League of Legends di ranah esports Indonesia saat ini dan bagaimana beberapa hal masih “dalam proses”, sulit untuk tidak pesimis.
Mungkin saya salah, dan kita akan kembali melihat turnamen League of Legends diadakan di venue besar dengan setup yang keren seperti beberapa tahun sebelumnya. Kita lihat saja dalam beberapa minggu ke depan. Saya sendiri akan sangat menyayangkan jika scene esports League of Legends Indonesia hanya ada sebatas turnamen online level kecil menengah.