Kerja Sama Senilai US$200 Juta Antara Riot Games dan MLB Mungkin Saja Menjadi Angin Segar bagi Tim LCS
Developer League of Legends (LoL), Riot Games, baru saja melakukan finalisasi atas tawaran yang diberikan oleh MLB Advanced Media (MLBAM) untuk melakukan streaming LCS di platform mereka. Tawaran tersebut bernilai sebesar US$200 juta (sekitar Rp2,6 triliun) dan terikat kontrak selama 2 tahun.
Jika kerja sama ini benar-benar terjalin, nantinya menurut berbagai sumber media, Riot Games akan memberikan hak streaming atas acara esports mereka kepada MLBAM untuk ditayangkan melalui aplikasi mereka. Aplikasi ini tengah dikembangkan oleh BAMTech, anak perusahaan MLBAM itu sendiri, yang secara khusus menyiarkan pertandingan LoL secara langsung serta berbagai video on-demand.
Kerja sama ini tentu sangat strategis bagi kedua pihak. Pertama bagi MLB, mereka bisa menjaring banyak potensi konsumen baru yang demografisnya adalah gamer dan banyak mengonsumsi konten online. Dengan begitu, pihal MLB akan memiliki lebih banyak viewership di platform mereka dan tentu membuka lebih banyak opsi untuk pengiklan.
Kedua bagi Riot Games, ini tentu menjawab permasalahan yang selama ini dimiliki oleh perusahaan asal Los Angeles tersebut, yaitu sumber pendapatan.
Meskipun esports ditonton oleh jutaan orang setiap hari melalui YouTube dan Twitch, namun Riot Games sendiri, atau esports League of Legends masih kesulitan untuk menghasilkan pendapatan yang sepadan dengan biaya produksi keseluruhan musim LCS.
Kerja sama ini mampu memberikan titik cerah bagi industri esports dunia, terutama Riot Games itu sendiri. Selain uang yang diterima dari penawaran ini, Riot Games juga memiliki lebih banyak opsi untuk melakukan monetisasi dari platform streaming berkat koneksi MLB dengan para pengiklan.
Dengan uang itu juga, Riot Games bisa memberikan insentif dan/atau kompensasi yang lebih besar ke tim-tim yang menjadi peserta sirkuit esports League of Legends, khususnya LCS. Kerja sama ini tentu menjadi angin segar untuk peserta LCS mengingat isu tersebut juga sempat menjadi topik hangat di komunitas League of Legends bulan Agustus lalu.
Meskipun saat ini masih belum diketahui bagaimana aplikasi streaming ini nantinya digunakan, apakah berbayar atau tidak, namun Joost van Dreunen, Chief Executive of Consulting di SuperData Research mengatakan kalau Riot Games bisa saja menarik biaya untuk menikmati konten di aplikasi streaming ini, dengan memberikan imbalan berupa konten eksklusif in-game.
Jika memang nantinya Riot Games harus memungut bayaran untuk bisa menonton streaming mereka, atau bahkan sampai menonaktifkan channel Twitch dan YouTube untuk fokus menyiarkan konten di sini, mereka akan menghadapi risiko tinggi kehilangan penonton. Mengingat YouTube dan Twitch sudah memiliki basis komunitas yang sangat besar, mungkin saja penikmat LCS nantinya akan semakin berkurang.
High risk, high rewards. Menurut saya, langkah yang diambil oleh Riot Games sudah tepat. Daripada hanya bertumpu pada Twitch dan YouTube, akan lebih baik bagi mereka untuk mencoba hal baru dan berharap bahwa keputusan mereka nantinya bisa “menyelamatkan” esports LoL di Amerika Serikat.
Sumber: Los Angeles Times