Jian “Uzi” Zi-Hao, Legenda Tanpa Gelar World Champion
Legenda esports diciptakan dari prestasi, performa, dan highlight. Namun, Uzi mungkin satu-satunya legenda esports yang ada namun tidak memiliki gelar dunia. Prestasi dan loyalitas Uzi perlu diacungi jempol. Darinya, kita bisa belajar bahwa yang harus dilakukan adalah tetap bersabar dan berusaha lebih keras. Inilah Uzi, legenda dari scene kompetitif China yang namanya akan tetap selalu dikenang sebagai salah satu pemain terbaik di dunia.
Uzi juga merupakan salah satu pemain yang diakui sebagai ikon sebuah tim. Berkat kesetiaannya selama bertahun-tahun membela satu tim yaitu Royal Never Give Up, Uzi menjadi kekuatan salah satu kekuatan utama RNG untuk mendominasi di scene League of Legends di China. Jadi meskipun hingga hari ini ia harus puas dengan dua runner-up World Championship, Uzi tetap menjadi legenda yang diwaspadai oleh pemain profesional lain.
Performa Mengejutkan Ketika Debut
Uzi bergabung dengan Royal Club pada Oktober 2013 dan langsung menjadi salah satu pemain dengan kemampuan mekanik yang tinggi. Kekuatan Uzi bersama Royal Club di liga League of Legends domestik membuat mereka lolos ke perempat final World Championship Season 3 setelah mengalahkan rival serta salah satu tim terbaik saat itu, yakni Oh My God. Kehebatan mereka berlanjut hingga berhadapan dengan Fnatic yang saat itu memiliki roster yang di atas kertas sangat kuat.
Kenyataannya, Royal Club berhasil mengalahkan Fnatic dan berhak melaju ke babak grand final untuk berhadapan dengan SK Telecom T1 K dengan pemain yang kemudian juga disebut sebagai legenda, Faker.
Royal Club mendapatkan dukungan oleh hampir sebagian besar analis dan caster berkat kekuatan mereka yang sangat mendominasi. Sayangnya, Uzi dan Royal Club tidak sadar bahwa yang harus mereka lawan adalah rookie yang menjanjikan dan namanya akan dikenang sebagai The Unkillable Demon King. Mereka akhirnya harus tunduk melawan Faker dan SK Telecom T1 K dan Uzi harus merelakan summoners cup pertamanya. Namun, kita tidak bisa membantah bahwa performa Uzi di Worlds Season 3 sangat kuat sehingga layak meraih posisi runner-up di ajang tersebut.
Pergi dan Kembali
Meraih posisi runner-up dua kali di World Championship bukanlah sesuatu yang berarti bagi Uzi. Pada Desember 2014, AD Carry ini akhirnya berpindah ke tim rival dari Royal Club, Oh My God yang menjadi salah satu transfer pemain terbesar tahun itu. Harapan menjadi juara dunia masih ingin dipegang oleh Uzi. Namun, setelah bergabung dengan Oh My God ia justru semakin jauh dari kata juara. OMG dan Uzi gagal lolos ke 2015 World Championship.
Setelah itu, pada Desember 2015, Uzi bergabung bersama QG Reapers sepanjang musim semi. Meskipun mendapatkan hasil dengan meraih peringkat pertama di grup A 2016 LPL Spring Split, Uzi tidak berhasil meraih juara pertama di 2016 LPL Spring Split Playoff dan pada Mei 2016, Uzi kembali membela tim lamanya yang sudah berganti nama yaitu Royal Never Give Up atau RNG.
Konsistensi dan Kesetiaan
Meskipun sempat berpindah tim, faktanya, Uzi tetap setia sampai hari ini membela tim yang sama. Uzi adalah figur yang mencerminkan konsistensi dan kesetiaan di region China di saat banyak pemain yang memilih berpindah-pindah atau malah dikeluarkan dari tim karena performanya yang naik-turun. Ini berbeda dengan Uzi yang selama bertahun-tahun selalu konsisten meski tidak pernah meraih piala World Championship, meskipun berkali-kali harapan fans RNG selalu dihancurkan oleh SKT sepanjang tahun 2016 hingga 2017.
Kesetiaan Uzi dapat dilihat dari mata fans yang menganggap Uzi adalah RNG dan RNG adalah Uzi. Ia dianggap sebagai salah satu figur terbesar di negara China dan bahkan sudah menjadi legenda bahwa Uzi dan RNG adalah satu kesatuan yang tidak bisa dilepas. Sampai saat ini, Uzi masih membela RNG meskipun sudah beberapa kali terkena cedera lengan.
Juara Internasional Pertama
Tahun 2018 menjadi tahun kebangkitan pertama bagi region China. Pada tahun ini, persaingan di LPL semakin panas dan dibuktikan dengan kekuatan ganas RNG dan IG yang berhasil meraih prestasi gemilang. Uzi bersama RNG yang menjuarai pergelaran 2018 LPL Spring Split langsung mendapatkan haknya untuk bermain di 2018 Mid-Season Invitational untuk pertama kalinya.
Beruntung, pada tahun yang sama, performa saingannya dari region Korea Selatan yaitu Faker dan SKT T1 sedang kurang baik yang membuat Uzi bisa menggila. Namun, Kingzone Dragon X sebagai juara baru Korea Selatan tentu tidak bisa tinggal diam membiarkan region lain mengambil alih kuasa Korea Selatan di tingkat internasional. Kingzone Dragon X berhasil meraih peringkat pertama di babak grup yang membuat mereka terlihat sangat mendominasi.
Namun, Uzi bersama RNG menjawab usaha mereka. Mereka terlihat sangat kuat di babak playoff dan mengejutkan semua mata. Bertarung melawan Korea Selatan yang saat itu masih terlihat mendominasi, Royal Never Give Up akhirnya berhasil mengangkat trofi internasional pertama mereka dan menjadi juara MSI 2018.
Si Pemenang Asian Games
Di Tahun yang sama, Asian Games sebagai ajang olahraga terbesar di Asia memasukkan esports sebagai cabang eksebisi. Diadakan di Jakarta dan Palembang, Asian Games 2018 menjadi pergelaran olahraga pertama yang memasukkan cabang esports. Uzi terpilih bersama kontingen China lain dari masing-masing tim esports LPL untuk membela negara mereka.
Meskipun masih kalah melawan Korea Selatan di grup, Uzi bersama kontingen China lain tidak kenal menyerah, mereka berhasil meraih peringkat dua di grup dan harus berhadapan dengan Taiwan sebelum melawan region rival mereka, Korea Selatan.
Kemenangan mereka terhadap Taiwan membuat tim ini lolos ke babak grand final dan mereka bertemu dengan Korea Selatan yang berhasil mengalahkan Arab Saudi. Uzi akhirnya kembali bertemu dengan rival dari Korea Selatan, Faker.
Uzi yang sedang onfire setelah menjuarai MSI mendapatkan momentum kali ini tentunya membuat Faker dan kontingen Korea Selatan lainnya waspada. Uzi akhirnya mendapatkan kemenangan yang membuat China berhasil mendapatkan medali emas eksebisi di Asian Games 2018 setelah mengalahkan Korea Selatan yang diperkuat oleh Faker.
Kondisi Kesehatan
Selain Faker, Uzi memiliki lawan terberat yang harus selalu ia hadapi, yaitu cedera. Kesehatan Uzi terlihat tidak stabil dan beberapa kali mengalami cedera. Uzi memiliki cedera di lengan dan di kaki. Tidak hanya itu, bahkan dokter yang mendiagnosis Uzi mengatakan bahwa Uzi memiliki lengan berusia 40-50 tahun, hal ini tentu jauh melebihi umurnya saat ini yaitu 23 tahun.
Uzi: "The worst part is this area, it will affect the entire arm. Sometimes it feels like my arm is retired already…"
— Linda🦦 (@iCrystalization) September 9, 2019
Cut together some of Uzi's parts in a recent video by Nike, which talks career longevity, injuries and maintaining players health, as per the LPL partnership. pic.twitter.com/EPCxTs1ytQ
Selain itu, Uzi juga mempunyai masalah pada bagian bawah tubuhnya. Berkarir selama tujuh tahun dan terus menerus duduk membuatnya hampir tidak bisa merasakan kakinya. Hal ini tentunya membuat kita khawatir tentang kesehatan Uzi ketika dewasa nanti. Selain itu, saat ini, Uzi memutuskan beristirahat akibat pandemi COVID-19 yang membuat RNG harus memainkan salah satu AD Carry terbaik asal Taiwan, Betty.
Legenda yang Pantang Menyerah
Uzi adalah sosok legenda yang pantang menyerah. Prestasi yang gemilang di tingkat region tidak membuatnya puas. Ambisi untuk meraih trofi internasional masih membara di tubuhnya. Cedera yang berkali-kali menimpanya tidak membuatnya menyerah atas mimpinya. Dari Uzi kita belajar bahwa seberapa banyak rintangan yang kita hadapi, kita tidak boleh menyerah atas apapun.
Uzi adalah legenda tanpa mahkota, hanya tinggal melengkapi trofi dengan menjuarai World Championship yang membuat dia berdiri berdampingan bersama legenda League of Legends lainnya, Faker. Dari sosok Uzi kita belajar kesetiaan, konsistensi dan pantang menyerah.