Desainer League of Legends Kena Ban Gara-Gara Feeding
Sudah tidak diragukan lagi bahwa game online kompetitif dikenal sebagai game yang sangat “keras”. Mengingat besarnya popularitas League of Legends, membuat game ini dipenuhi oleh para player dengan perilaku yang cukup mengganggu. Beberapa perilaku mengganggu ini termasuk griefer, troll, feeder, dan lain-lain.
Menghadapi player seperti ini secara rutin bukan hanya mengganggu konsentrasi, namun juga melelahkan batin pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, Riot Games telah bekerja keras untuk memerangi para player seperti itu. Dari sekian banyaknya jenis perilaku buruk tersebut, feeder adalah salah satu yang cukup sering kita temui.
Feeder atau Feeding adalah sebuah kasus dimana player mati berkali-kali oleh lawan yang sama atau oleh beberapa pemain dari tim musuh. Hal ini merugikan tim, karena tim musuh mendapatkan XP dan gold yang tak terhitung jumlahnya hanya dengan farming secara terus-menerus dari si feeder tersebut.
Jika player mengalami hari yang buruk dan melakukan feed dalam satu pertandingan, maka fitur auto ban tidak akan aktif karena tidak bisa kita sangkal bahwa setiap orang bisa saja memiliki permainan yang buruk pada beberapa match. Akan tetapi, jika player tersebut melakukan feed di setiap pertandingannya selama berkali-kali, bahkan mengetik di chat bahwa dia sengaja melakukan feed, maka dia akan langsung terkena banned. Biasanya, pelaku akan menerima ban selama 14 hari.
Selain itu, bukan hanya para player biasa saja yang tidak aman dari fitur ban, karena staff Riot Games sendiri juga ternyata bisa terkena ban. Baru-baru ini, Riot Phlox, seorang desainer di tim Summoner’s Rift, mendapat ban dari League of Legends.
Riot Phlox adalah desainer di tim Summoner’s Rift League of Legends, yang merupakan salah satu sosok yang bertanggung jawab untuk menyeimbangkan game. Selain itu, dia merupakan salah satu lead developer yang mengerjakan perubahan jungle untuk preseason 2023, kamu bisa membaca artikelnya di sini.
Meskipun dia mungkin seorang developer untuk League of Legends, namun hal ini tidak mengindikasikan bahwa dia telah menguasai seluruh champion yang ada di dalam gamenya. Baru-baru ini dia telah menguji Ryze dalam pertandingan regulernya. Namun sangat disayangkan, dia bermain champion tersebut dengan sangat buruk.
Pada pertandingannya, dengan 13 pertandingan terakhir menggunakan Ryze, total dia mati ketika menggunakan champion tersebut telah mencapai 183 kali, dan dia tidak berhasil memperoleh satu kill pun. Yang ada malah setiap match-nya dia mati lebih dari 10 kali.
Bagi kamu yang bertanya-tanya apakah dia benar-benar Riot Phlox atau bukan, nickname in-game pengguna Ryze yang terkena ban adalah “RiotPhlox“. Mengingat player biasa tidak akan bisa menulis nama “Riot” pada nickname-nya, hal ini menegaskan bahwa player yang dimaksud memanglah Riot Phlox.
Satu hal yang perlu kamu catat, meski dia merupakan seorang developer dari game-nya, namun statusnya tersebut tidak menentukan keahlian mereka di dalam bermain. Tidak sedikit juga orang-orang yang bekerja di bawah naungan Riot Games berada di tier Bronze.
Ryze saat ini memiliki win rate terendah di League, dengan angka sekitar 45%. Meskipun Ryze mendapat buff pada patch 12.19, hal tersebut ternyata tidak cukup untuk meningkatkan win rate-nya. Dari kejadian ini, semoga saja kita bisa mendapatkan buff Ryze yang tepat, karena bisa dibilang kondisinya cukup memprihatinkan untuk dimainkan dalam solo queue.