Lainnya

Review Coffee Talk Episode 2: Hibiscus and Butterfly, Ada Cerita di Balik Secangkir Kopi

Metaco kembali mendapat kesempatan untuk mencicipi game baru buatan Toge Productions, Coffee Talk Episode 2: Hibiscus and Butterfly. Seperti yang sudah bisa kalian lihat dari judulnya, game ini merupakan sekuel dari Coffee Talk yang dirilis pada tahun 2020. Selang tiga tahun, Coffee Talk 2 sejumlah membawa gameplay serta cerita baru di dalam game-nya.

Berikut adalah review dari kami!

Masih dengan formula yang sama

Jika kalian sudah pernah memainkan seri ini sebelumnya, Coffee Talk 2 masih membawa nuansa serta mekanik game yang serupa. Secara garis besar, game ini adalah sebuah visual novel yang dibumbui gameplay ringan. Namun, tak seperti visual novel kebanyakan, game ini tidak memiliki pilihan dialog. Walau begitu, kalian bakal dihadapkan pada sejumlah pilihan yang akan kami bahas nanti.

Di sini, kalian masih bermain sebagai seorang barista sekaligus pemilik dari sebuah kafe (karakter bisa dinamai sesuka hati) bernama Coffee Talk. Di sepanjang game, kalian akan diminta untuk membuatkan minuman kepada para pengunjung sambil mendengarkan obrolan mereka.

Membuat minuman adalah mekanik game yang masih disuguhkan di Coffee Talk 2. Untuk membedakannya dengan game pertama, Toge Productions menambahkan dua menu, Hibiscus dan Blue Pea. Bahan lainnya tetap sama. Kalian bisa mencampurkan tiga bahan untuk menciptakan minuman untuk para pengunjung.

Membuat minuman di Coffee Talk 2

Minuman inilah yang bisa dibilang menggantikan posisi dari pilihan dialog. Kalian bisa membuat minuman sesuai permintaan pelanggan atau menyajikan hidangan yang tak sesuai. Pilihan tersebut tentunya akan memengaruhi dialog yang bakal ditampilkan. Jika melihat achievement Steam, membuat minuman yang tak sesuai kemungkinan bisa mengubah jalannya cerita.

Membuat minuman yang diinginkan juga tak terlalu sulit. Para pengunjung biasanya akan memberikan petunjuk mengenai bahan yang perlu kalian gunakan. Akan tetapi, tak jarang juga petunjuk yang diberikan masih ambigu dan kalian harus memutar otak untuk menciptakan minuman yang sesuai. Memiliki catatan atau setidaknya mengingat resep minuman di game pertama terkadang bisa membantu.

Kalian diberikan lima kali kesempatan untuk membuat minuman pelanggan. Jadi, kalian tidak perlu khawatir apabila merasa salah memilih bahan. Jika masih merasa was-was, kalian bisa bermain mode Endless di mana kalian bisa membuat minuman tanpa batasan. Resep yang sudah pernah kalian buat bisa dilihat kembali melalui fitur Brewpad.

Selain membuat minuman, Toge Productions juga menambah mekanik game baru, yaitu memberikan barang kepada tamu tertentu. Di beberapa scene (hari), kalian akan menemukan barang yang tertinggal atau ada tamu yang menitipkan barang mereka untuk diberikan kepada tamu lainnya.

Mekanik game baru

Seperti halnya minuman, barang tersebut akan memengaruhi cerita dan dialog game. Selain ke orang yang tepat, memberikan barang juga punya timing tersendiri. Jika terlambat, barang tersebut akan hilang satu atau dua hari setelah diterima. Well, Coffee Talk 2 bukanlah game yang susah. Kalian bisa mengulang hari apabila merasa perlu memberikan barang kepada tamu tertentu.

Selain dua mekanik game di atas, Coffee Talk 2 masih menggunakan formula yang sama. Kalian bisa melihat profil singkat pengunjung melalui Tomodachill, sebuah nama media sosial yang mirip Twitter. Berbeda dengan game pertama, kalian kini bisa melihat serta memberikan Like ke “cuitan” para pengunjung.

Cerita singkat yang dimuat The Evening Whisperss masih bisa kalian temukan di sini, begitu juga memilih BGM yang akan kalian dengarkan sepanjang permainan.

Orang dewasa dengan segala permasalahannya

Seperti yang sudah kami sebut sebelumnya, Coffee Talk 2 adalah sebuah visual novel. Itu tandanya cerita adalah elemen yang ditonjolkan di game ini. Berbeda dengan A Space for the Unbound, tak ada tema besar yang dihadirkan di sini (koreksi jika salah). Namun, cerita yang disuguhkan masih tentang permasalahan sosial, khususnya yang menerpa orang-orang dewasa.

Karakter yang ditampilkan memang cukup berbeda, di mana tak hanya ras manusia saja yang muncul. Bagi yang belum terbiasa, mungkin akan cukup kaget melihat desain karakternya. Namun, karakter-karakter tersebut sebenarnya sama saja seperti manusia di dunia nyata. Selain karakter dari game pertama, ada beberapa karakter baru yang muncul, tentunya membawa ceritanya masing-masing.

Sebagai orang yang hampir menginjak usia kepala tiga, permasalahan yang diangkat cukup mengena di hati. Mulai dari sulitnya menemukan pasangan yang cocok, riwehnya mengurus pernikahan, hingga masalah pekerjaan bisa kalian temukan di Coffee Talk 2. Permasalahan tersebut dikemas dengan cukup baik oleh Toge Productions lewat obrolan para pengunjung.

Salah satu masalah di game

Walau cerita menjadi elemen terkuat di Coffee Talk 2, aspek tersebut juga bisa menjadi kelemahan dari game ini. Tidak adanya tema besar membuat fokus cerita jadi terbagi-bagi. Sebuah masalah bisa membuat pemain tertarik mengikuti perkembangannya. Namun, jika tidak relate, pemain bisa saja tidak peduli pada karakter tertentu.

Tentunya, hal ini kembali lagi kepada para pemain. Melihat konsep dan vibe yang diberikan oleh Coffee Talk 2, kami toh senang-senang saja mendengarkan cerita dari karakter di game ini. Apalagi ada pixel art ciamik plus animasi serta musik lo-fi yang memanjakan mata dan telinga ketika bermain.

Apabila kalian menginginkan game yang santai (atau penggemar visual novel), Coffee Talk Episode 2: Hibiscus and Butterfly adalah pilihan yang sangat cocok. Game ini tersedia di  Nintendo Switch, Xbox One, PlayStation 5, PlayStation 4, dan PC.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *