Tugas Analis dan Mengapa Peran Ini Penting di Tim Esports
Salah satu elemen yang paling disorot dari sebuah tim esports adalah pemain. Hal ini wajar saja terjadi karena para pemain lah yang pada akhirnya memberikan kemenangan kepada tim. Namun, seperti pada olahraga konvensional, faktor kemenangan sebuah tim esports tidak hanya berasal dari pemain. Faktor yang kami maksud adalah staf kepelatihan.
Tak bisa dipungkiri, industri esports sekarang semakin berkembang. Seakan mengejar ketertinggalannya dengan olahraga lain, staf kepelatihan kini tidak hanya berkisar pada coach saja. Tim-tim besar yang bermain di level tertinggi sudah mulai melengkapi kepingan-kepingan untuk meningkatkan keberhasilan mereka memenangkan sebuah turnamen. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mendatangkan analis ke dalam staf kepelatihan mereka.
Berbeda dengan coach atau pelatih, analis memiliki tugas yang lebih spesifik. Mulai dari mengamati permainan tim dan musuh hingga mengolah data pertandingan, analis kian menjadi peran yang sangat penting di scene esports.
Apa saja tugas dari analis dan perbedaannya dengan seorang coach? Berikut adalah penjelasannya.
Tugas analis dan perbedaannya dengan coach di esports
Sebelum mengetahui beberapa tugas dari analis, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu coach di tim esports. Tak jauh berbeda dengan pekerjaan di olahraga lain, tanggung jawab seorang coach akan berkisar pada performa tim.
Tugas mereka tentunya adalah membina dan membimbing para pemain. Coach akan memberikan masukan sesuai dengan kemampuan para pemain, memberikan petunjuk strategi di dalam permainan, memberikan motivasi, dan lain sebagainya. Di zaman modern ini, coach sendiri sudah mulai terbagi menjadi beberapa peran, seperti head coach, draft coach, strategic coach, hingga psikolog.
Lalu, bagaimana dengan analis? Peran ini biasa diasosiasikan dengan pengamat pertandingan dan tugas dari seorang analis memang tidak jauh dari sana. Mereka adalah orang yang paham seluk-beluk sebuah game, paling up to date soal meta dan perubahannya, serta tahu secara mendalam mengenai kemampuan dari semua pemain di tim.
Selain harus mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pemain sendiri, analis juga wajib mengidentifikasi hal yang sama terhadap para pemain lawan. Caranya adalah dengan menonton pertandingan musuh dan menganalisanya. Selain itu, dengan mengamati scrims, seorang analis juga mampu menebak strategi yang kemungkinan bakal digunakan oleh tim lain dan kebiasaan-kebiasan yang dilakukan oleh pemainnya.
Tugas dari analis memang bisa dilakukan oleh coach. Akan tetapi, banyak tim profesional yang sudah mulai membagi dan membedakan tugas tersebut dengan coach. Hal ini bertujuan untuk meringankan peran dari coach dan membuat mereka lebih fokus dengan aspek lainnya di sebuah tim esports.
Bukan sekadar data KDA
Pratama “Yota” Indraputra, sosok yang sudah malang-melintang di scene esports Indonesia, membeberkan bahwa tugas terpenting dan tersulit dari seorang analis adalah mengolah data pemain. Menurutnya, seorang analis harus bisa membuktikan kualitas dari seorang pemain dengan data yang dimilikinya. Mantan analis dari Bigetron ini bahkan menyebut bahwa KDA tidaklah berarti bagi tim profesional.
“Gua harus cari metrik di mana kita bisa tahu seorang pemain itu konsisten atau, jago di role tertentu, seberapa sering kita melakukan kesalahan, dan lain sebagainya. Itu yang sebenarnya dicari dari seorang analis,” ucap Yota ketika berbicara dengan Metaco.
Laporan data dari analis tidak hanya berguna untuk mengevaluasi permainan tim, tetapi juga untuk perekrutan pemain baru. Yota membandingkannya dengan olahraga lain seperti bisbol. Untuk mencari pemain baru di bisbol, sebuah tim biasanya akan menggunakan metrik yang dinamakan On-base Percentage (OBP). Namun, Yota mengaku saat ini dia masih mencari metrik apa yang cocok digunakan di esports.
“Gua masih belum menemukan metrik seperti OBP di esports, khususnya di MOBA. Faktor kemenangan di esports itu banyak. Skor di bisbol atau sepak bola itu penting, tapi di MOBA engga,” jelas Yota.