5 Tips Menikmati Solo Queue Di Video Game (dan Terhindar dari Pengalaman Toxic)
Solo queue adalah istilah ketika kamu bermain sendirian di game berbasis tim (misal Mobile Legends atau Dota 2). Well, secara teknis kamu tidak bermain seorang diri, tapi dipasangkan dengan pemain-pemain lain yang tidak kamu kenal. Kamu dan sejumlah pemain yang tidak kamu kenal ini kemudian harus bisa bekerja sama agar memenangkan pertandingan.
Bermain solo queue adalah pengalaman yang menarik, tapi sangat sulit ditebak. Dalam situasi terburuk, sesi solo queue bisa jadi mimpi buruk yang membuatmu marah ke semua hal. Tapi jika kamu bisa mempertahankan mentalitas yang tepat, solo queue juga bisa jadi sesi yang menyenangkan dan memberikan sense of reward yang berbeda, bahkan jika kamu kalah sekalipun.
Berikut adalah lima tips menikmati solo queue di berbagai game dan terhindar dari pengalaman buruk/toxic.
Jangan Malas Berkomunikasi
Salah satu feeling terbaik yang bisa kamu dapatkan ketika bermain sendirian adalah ketika tim kamu bisa berkoordinasi dengan baik. Bisa memahami dan menanggapi gerakan satu sama lain akan membuat permainan jauh lebih mudah dinavigasi, bahkan jika kamu pada akhirnya kalah sekalipun. Karena pada kenyataannya tim lain mungkin lebih baik dan juga punya koordinasi yang solid.
Tapi kadang untuk bisa berkoordinasi dengan baik kamu dan rekan setim tetap perlu berkomunikasi. Karena itu jangan malas berkomunikasi dengan rekan setim, apapun caranya. Bahkan satu ping bisa menyampaikan apa yang ingin kamu lakukan.
Selalu Siap, Mau, dan Bisa Beradaptasi
Bermain solo berarti bertemu dengan sejumlah pemain yang tidak kamu kenal dan bekerja sama menuju kemenangan. Hanya saja karena rekan setim kamu mungkin punya ide yang berbeda tentang bagaimana cara terbaik untuk menang. Bahkan satu karakter pun bisa dimainkan dengan cara yang berbeda oleh setiap pemain.
Terkadang, ide dan strategi yang kamu inginkan ketika bermain mungkin berbeda dari rekan setim kamu. Tergantung situasinya, kamu bisa memaksakan strategi tersebut. Tapi tidak jarang kamu mungkin harus mau sedikit beradaptasi dengan permainan rekan setim. Misalnya, jika kamu suka bermain agresif/barbar tapi rekan setim kamu lebih hati-hati dalam mengambil risiko, mungkin jangan seenaknya maju sendirian. Atau jika kamu biasanya hanya mengikuti aba-aba rekan setim, kadang ada saatnya kamu yang harus mengambil keputusan.
Ketika bermain solo, semua rekan setim kamu mungkin punya “otak” yang berbeda. Tapi sekali lagi, selama semua anggota bisa melengkapi dan menyesuaikan diri satu sama lain, kamu harusnya bisa mendapatkan pengalaman yang lebih baik.
Sampaikan Sesuatu dengan Nada yang Lebih Positif
Terkadang rekan setim kamu akan melakukan kesalahan, dan kadang kesalahan tersebut bisa membuatmu kesal karena sederhana dan harusnya bisa dihindari. Menegur kesalahan rekan setim sebenarnya wajar saja. Tapi ada baiknya memberikan feedback dengan nada yang lebih positif.
Misalnya, rekan setim kamu mati karena dikeroyok oleh tim lawan. Tapi ia sebenarnya mati karena melakukan farming sendirian jauh dari base dan rekan setim padahal tim lawan tidak terlihat di map. Ketimbang mengatakan “buta ya?” atau “ngga liat map ya?” mungkin ada baiknya mengatakan “jangan farming kejauhan” atau “kalau pada miss mending balik/sembunyi dulu.”
Memberikan feedback dengan kalimat negatif dan menghina hanya akan merusak mood pemain tersebut. Jika rekan setim jadi malas bekerja sama karena mood yang buruk setelah dihina, kamu justru akan semakin sulit untuk menang, dan bahkan menciptakan situasi yang hostile sepanjang permainan.
Jika Ada Rekan Setim yang Toxic, jangan Ikutan Toxic
Terkadang ketika bermain, ada rekan setim yang atas alasan apapun mulai berperilaku toxic. Suka atau tidak, suatu hari kamu pasti akan bertemu seorang yang berperilaku seperti ini. Tapi sebagai pemain yang jadi rekan setim, sebaiknya jangan meladeni dengan perilaku yang toxic juga.
Jika kamu ingin meladeni pemain yang toxic, sebaiknya buat ia tenang atau diam. Jika kamu tidak yakin atau tidak tahu caranya, sebaiknya abaikan pemain tersebut. Meladeni pemain toxic dengan perilaku yang tidak kalah toxic berisiko membuat mood tim menjadi sangat buruk. Setelah bertemu pemain yang toxic kamu tentu tidak ingin mengakhiri permainan dengan kekalahan yang buruk.
Baca juga: 5 Tips Menghadapi Pemain Toxic Agar Kamu Tidak Tersulut Emosi
Jangan Terlalu Mengingat Kekalahan atau Pengalaman Buruk di Game Sebelumnya
Seperti yang saya sebutkan di atas, sebaik apapun kamu dan tim kamu bermain, akan ada saat di mana kamu harus menelan kekalahan. Kamu mungkin menyempatkan diri melakukan review dan mempelajari apa saja kesalahan yang kamu lakukan atau apa yang bisa kamu tingkatkan/perbaiki dalam permainan. Tapi jangan sampai perasaan negatif karena kalah terbawa ke game berikutnya.
Membawa perasaan negatif akibat kekalahan bisa merusak performa di game beriktunya. Mengingat kekalahan akan membuatmu ingat dan takut melakukan kesalahan di game sebelumnya. Selain itu jika kekalahan di game sebelumnya disebabkan oleh rekan setim yang tidak bisa diajak kerja sama, kamu jadi bisa jadi kurang percaya dengan rekan setim kamu di game berikutnya. Karena itulah, selalu mulai game beriktunya dengan mental yang fresh dan lupakan hasil pertandingan sebelumnya.
Meskipun topik yang kita bahas di sini menyinggung aktivitas yang menuntut interaksi dengan orang lain, tips yang kami berikan lebih mengarah ke diri kamu sendiri. Ini karena di sesi yang singkat dan hanya sekali seperti solo queue, kamu tidak bisa mengubah atau memaksakan kehendakmu ke orang lain. Karena itu cara yang mungkin lebih mudah dan bisa dicapai adalah dari diri sendiri. Good luck.