Lima Momen Kecurangan di Kompetisi Esports Resmi
Tindakan curang atau yang biasa dikenal cheat memang tidak pernah lepas dari dunia games maupun esports itu sendiri. Hampir semua pemain dari game manapun pernah melakukan ini hingga sekarang. Kecurangan atau cheat adalah aktivitas dimana seorang pemain atau lebih melakukan sesuatu yang merugikan, baik untuk game yang dimainkan maupun orang lainnya. Tujuannya tidak lain adalah demi mendapat keuntungan atau mempermudah atau mempersulit pola dari game itu sendiri.
Artinya, kecurangan atau cheat tidak mempedulikan game itu sendiri serta pemain lain, hingga keinginannya sendiri terwujud. Mereka bisa saja melakukan hal itu di semua perangkat permainan yang ada. Sudah banyak kasus kecurangan atau cheat yang terjadi. Salah satu yang menarik adalah pada Point Blank. Game genre First Person Shooter (FPS) ini merupakan game dimana banyak terjadi praktik kecurangan atau cheat.
Mungkin kalau kalian masih ingat, beberapa kecurangan atau cheat yang terjadi pada game ini yaitu peluru tembus, wallhack, semprotan peluru tanpa batas, hingga cara instan menaikkan peringkat. Imbas dari kecurangan atau cheat itu, membuat Point Blank jatuh pamor, dimana pemain mulai gerah dengan kelakuan para pemain nakal tersebut. Akibatnya, game itu mulai ditinggalkan.
Point Blank adalah salah satu contoh dalam hal kecurangan atau cheat. Masih banyak game lainnya yang juga bernasib sama dengan game garapan Zepetto itu. Sebut saja Atlantica Online, Dragon Nest, hingga game beken seperti Dota 2 dan Counter Strike.
Kecurangan atau cheat bukan hanya dilakukan oleh kalangan pemain biasa saja, tetapi juga dilakukan oleh pemain profesional di suatu kompetisi esports. Dalam hal ini, pemain profesional melakukan kecurangan dan cheat dengan pola yang berbeda. Terkadang, aktivitas kecurangan atau cheat dalam kompetisi esports bisa terjadi yang namanya penyalahgunaan akun atau boosting, identitas palsu, hingga pengaturan skor pertandingan.
Pemain profesional yang melakukan kecurangan atau cheat dapat diganjar hukuman yang beragam mulai dari dilarang bermain selama waktu tertentu, akun dihilangkan oleh pengembang game, hingga didepak dari tim. Berikut adalah lima momen kecurangan atau cheat dalam turnamen yang telah Metaco himpun dari berbagai sumber. Apa saja?
Peluru Tembus
Pertama dibuka dengan kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pemain Ice Cee Jay Too, yaitu Tất Cẩm “Nomsenpai” Khôn. Ia melakukan ini saat berlaga di kualifikasi VALORANT Champions Tour 2022 Challengers Stage 1 Vietnam, Januari lalu.
Kasusnya ini bermula saat ia bertanding dengan menggunakan agent Chamber. Nomsenpai memasuki C site dan melihat pergerakan Jett musuh yang menghindar. Sontak ia melakukan rentetan tembakan sembarangan.
Dari pergerakannya itu, tidak terduga mengenai musuh yang menggunakan Astra yang berada di balik dinding. Bahkan saat itu, posisi musuh tidak terlihat oleh pandangan Nomsenpai dan bidikannya membuat Astra nyaris mati.
Panitia lapangan VALORANT Esports Vietnam langsung menciduk Nomsenpai dengan kecurangan yang dia lakukan. Tất Cẩm “Nomsenpai” Khôn didakwa melakukan kecurangan dalam turnamen kualifikasi VCT 2022 Challengers Stage 1 Vietnam, dan dilarang bermain selama 36 bulan.
Pemalsuan Umur
Kasus yang kedua adalah identitas palsu yang dilakukan oleh Tyson “asap” Paterson, dari kompetitif Counter Strike Global Offensive (CSGO).
Perbuatan asap terjadi pada November 2020, di mana ia memanipulasi data saat mengikuti turnamen 2v2 di Australia. Turnamen yang diikutinya itu merupakan turnamen pemanasan sebelum dimulainya DreamHack Masters Winter. Asap memanipulasi data dengan memalsukan umurnya untuk bisa mengikuti turnamen 2v2 itu. Padahal ketentuan ESL Australia melarang keras pemain di bawah 18 tahun untuk mengikuti turnamen.
Lantas asap mendaftar dengan umur diatas 18 tahun, padahal saat itu umurnya yang asli adalah 17 tahun. Tindakannya itu langsung ketahuan oleh panitia ESL Australia, dan menolak dokumen yang telah ia daftar di turnamen 2v2 itu.
Akibat perbuatannya, Tyson “asap” Paterson dijatuhi hukuman larangan bertanding di semua kompetisi CSGO manapun, dengan jangka waktu selama 12 bulan lamanya.
Layanan Boosting MMR
Ian “Chrysania” Chin merupakan pemain VALORANT dari Singapura yang tergabung dalam skuad Bleed eSports. Namanya terseret kasus penjualan layanan boosting matchmaking rating (MMR), di negara tersebut.
Kasus ini berawal pada awal tahun 2022. Chrysania melakukan aksi penjualan layanan boosting MMR kepada orang lain bersama dengan pihak lain. Hal itu dilakukan Chrysania dan pihak lain demi meraih keuntungan yang lebih dari perbuatan tersebut.
Layanan boosting MMR itu dipasarkannya secara luas melalui aplikasi penjualan yang berbasis di Singapura, dan memasarkannya hingga ke Asia bagian timur.
Jelas VALORANT Esports Singapura mencium gelagat buruk dari mereka. VALORANT Esports Singapura langsung memberikan hukuman kepada Ian “Chrysania” Chin dan yang lain, berupa dicoret dari skuad timnya dengan hukuman selama empat bulan.
Menggunakan Akun Lain dan Cheat
Dari ranah mobile esports juga terdapat beberapa kecurangan atau cheat yang dilakukan pemain profesional. Kasus kecurangan atau cheat ini terjadi di ranah kompetitif Playeruknown Battlegrounds Mobile (PUBGM) Indonesia.
Ada satu pemain profesional wanita bernama Putri Aurelia, melakukan ringing, yaitu menggunakan akun lain dalam kompetisi PUBGM. Kecurangan yang dilakukannya itu disampaikan PUBG Mobile Esports Indonesia melalui instagram resminya pada 13 Februari tahun ini.
Putri kedapatan oleh panitia lapangan di event OG WIB PUBG Mobile, dengan menggunakan akun lain yang bernama GEEKPutriiNIH. Dari perbuatannya itu, Putri Aurelia dihadiahi hukuman larangan bertanding di kompetisi PUBG Mobile Indonesia manapun selama 6 bulan.
Masih dengan ranah yang sama, ada juga pemain yang menggunakan cheat pada kompetisi OG WIB. Dialah Muhammad Alghazali Fasya yang menggunakan akun MSCzeinfysARC, dari tim MSC ARCANE.
MSCzeinfysARC beserta timnya diberi sanksi, berupa dilarang bermain di kompetisi PUBG Mobile Indonesia secara permanen.
Pengaturan Skor
Yang terakhir ada kecurangan mengenai pengaturan skor di turnamen VALORANT. Kasus ini terjadi pada tim Resurgence kontra BlackBird Ignis, yang berlaga di turnamen VALORANT Ignition Series September 2020 lalu.
Pertandingan kedua tim itu diwarnai dengan aksi kecurangan, di mana dua pemain Resurgence yaitu Malcolm “Germsg” Chung dan Ryan “Dreamycsgo” Tan melakukan aksi pengaturan skor. Menurut kesaksian tim VALORANT Esports, kedua pemain itu menyusun rencana untuk bertaruh kepada timnya sendiri, serta menyiapkan sejumlah uang.
Germsg kemudian memberitahu rekannya yang lain yaitu Justin “Boplek” Wong Chong Cheng, Sengdala “Jabtheboy” Jamnalong, Du Min “Mortdecai” Yeo dan Benedict “Benaf” Tan. Mereka beralasan dengan sengaja menutupi masalah ini dari manajemen tim dan penyelenggara VALORANT Esports, karena khawatir akan hukumannya dan risiko terhadap kontrak mereka dengan Resurgence.
Setelah BlackBird Ignis menang dengan skor 2-0 dari Resurgence, Germsg memberikan sejumlah uang yang tidak disebutkan ke semua rekan-rekannya yang lain, tujuannya untuk tidak menyampaikan hal tersebut ke manajemen maupun tim VALORANT Esports. Tetapi mereka menolak hal itu, dan kemudian Resurgence membubarkan diri.
Akibatnya, semua pemain Resurgence menerima ganjaran dari tim VALORANT Esports. Malcolm “Germsg” Chung dan Ryan “Dreamycsgo” Tan mendapat hukuman larangan bermain selama 36 bulan atau 3 tahun di semua kompetisi VALORANT.
Sementara empat pemain lainnya menerima dengan ganjaran hukuman yang berbeda. Justin “Boplek” Wong Chong Cheng dan Sengdala “Jabtheboy” Jamnalong dijatuhi larangan bermain di VCT selama 1 tahun, lalu Du Min “Mortdecai” Yeo dan Benedict “Benaf” Tan dijatuhi larangan bermain di VCT selama 6 bulan.
Itulah lima momen kecurangan di kompetisi esports resmi. Tindakan mereka yang seperti itu tidak hanya membuat rugi pihak-pihak lain seperti tim dan yang lainnya, tetapi juga karir mereka yang juga terancam.
Maka dari itu, mereka pun juga menyesali apa yang dilakukannya. Jadi, jangan coba-coba melakukan kecurangan ataupun menggunakan cheat ya. Alangkah baiknya bermain dengan aman saja.