Kamus dan Serba-Serbi Esports

Mengenal Komponen yang Menentukan Harga Sebuah Game

Pada tahun 2009 kami pernah membaca artikel yang menceritakan bagaimana sebuah game mendapatkan harga retailnya. Dari artikel yang ternyata dipresentasikan di universitas Columbia tersebut kami jadi tahu komponen apa saja yang membentuk harga sebuah game.

Dari harga US$60 (Rp934 ribu – kurs 28 Oktober 2022), retailer mendapatkan US$15 (Rp234 ribu). US$7 (Rp108 ribu) ke jaminan produk, potongan harga, dan marketing. US$4 (Rp62 ribu) ke biaya produksi. US$7 (Rp108 ribu) ke platform fee (XBOX, Nintendo, atau PlayStation), dan sisanya ke pengembang atau developer (US$27=Rp420 ribu).

Mengapa US$60?

Bukan suatu kebetulan bahwa setiap penerbit game AAA menetapkan harga game mereka pada US$60. Angka tersebut seperti sebuah perjanjian yang tidak tertulis di antara publisher. Mereka menetapkan standar pada harga minimum US$60 untuk menjamin potongan yang mereka terima cukup besar. Belum lagi kalau mereka menerbitkan edisi terbatas atau DLC yang memperbanyak pemasukan.

Meskipun harga ini bekerja dengan baik untuk publisher, tetapi tidak memberi banyak pengaruh bagi retailer apalagi di luar negara yang disupport oleh sebuah konsol. Karena itu biasanya para retailer ini membeli game bekas dengan harga yang rendah dan menjual setinggi-tingginya. Di Amerika, saat GameStop masih berjaya, mereka mengatakan kalau penjualan game bekas membuat mereka bisa bertahan dari terjangan platform digital.

Perubahan Harga Pada Era Digital

Era digital yang memiliki koneksi kecepatan tinggi mengubah segalanya. Salah satu yang berubah adalah harga game yang diterbitkan di platform digital seperti Steam, Epic Game Store, Battlenet, U-Play, GoG, dan banyak lagi.

Semula developer dan publisher game hanya mendapatkan USS27 dari US$60 (sekitar 45%). Berkat platform digital, developer dan publisher saat ini bisa mendapatkan 70% dari US$60 (sekitar US$42), nyaris dua kali lipat ketimbang distribusi fisik. Sementara itu platform penyedia mendapatkan 30% sisanya.

Bila game yang diterbitkan berasal dari platform yang sama, maka developer publisher bisa saja mendapatkan semua bagian dari harga penjualan. Sebagai contoh, studio Microsoft akan mendapatkan semua uang bila mereka meluncurkan game di platform Xbox Live.

Era Baru Harga Baru?

Label harga US$60 menjadi standar mulai dari generasi ketujuh, dengan Xbox 360 dan PlayStation 3. Selama waktu ini, Nintendo memotongnya dengan mengenakan biaya $50 untuk judul Wii harga penuh.

Namun, dengan Wii U (bagian dari generasi kedelapan dengan Xbox One dan PS4), Nintendo juga menaikkan hingga US$60 game. Harga ini bertahan dengan judul Switch.

US$50 adalah harga dasar pada generasi sebelumnya untuk beberapa waktu. Dari kira-kira peluncuran PlayStation pada tahun 1995 (generasi kelima) hingga akhir generasi keenam (Xbox, GameCube, dan PS2), sebagian besar game AAA dihargai US$50. Ada beberapa outlier, seperti judul N64 yang lebih mahal, tetapi titik harga US$50 adalah standar.

Tentu saja, sekadar membandingkan angka tidaklah akurat. Perlu menyesuaikan inflasi untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat. Game PlayStation seharga US$50 pada tahun 1995 setara dengan US$87 pada tahun 2021. Pada tahun 2001, game GameCube seharga US$50 akan sama dengan US$75 hari ini. Dan sebuah game seharga US$60 untuk Xbox 360 pada tahun 2005 akan berharga US$81 dalam uang hari ini.

Mengapa Publisher Menaikkan Harga Game?

Strauss Zelnick, CEO Take-Two (yang menerbitkan seri NBA 2K), adalah salah satu nama perusahaan yang telah berbicara tentang kenaikan harga game.

Dia berkomentar tentang berapa lama sejak game mengalami kenaikan harga, dan mengatakan bahwa perusahaan berpikir konsumen “siap untuk” game seharga US$70. Ini karena judul seperti 2K21 memberikan “serangkaian pengalaman luar biasa [dan] banyak replayability,” katanya.

Take-Two menyimpulkan bahwa ia berencana untuk membuat keputusan tentang harga untuk game lain berdasarkan kasus per kasus. Manajemen Xbox telah menawarkan pemikiran serupa, mengatakan bahwa harga game itu rumit. Misalnya, judul Ori and the Will of the Wisps yang diterbitkan Xbox dirilis dengan harga US$30, sedangkan game lain dari studio yang sama dihargai US$40 atau US$60.

Kesimpulannya?

Sedikit banyak developer dan publisher berusaha mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin dari game yang mereka buat. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, inflasi, dan ongkos pembuatan game yang semakin tinggi menjadi salah satu poin penentu peningkatan harga game.

Selain itu para developer juga harus membayar lisensi dari software dan hardware yang mereka gunakan. Hal ini tentunya akan semakin memperkecil keuntungan yang didapat oleh para publisher maupun developer. Untuk itu mereka mulai menaikkan harga game ke angka US$70. Terasa sangat tinggi karena pendapatan kita juga ikut terpengaruh dengan inflasi, sama dengan para developer dan publisher game.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *