Kisah Princess Frost Hero Honor of Kings Global, Putri dari Suku Chonokh!
Seorang putri dari Dataran Tengah, Princess Frost memiliki kecantikan yang tiada banding, namun kecantikannya itu terselubung oleh ekspresi penuh kesedihan, mencerminkan kerinduannya pada kampung halaman yang telah hilang. Dia dikirim ke Tanah Utara dengan dalih pernikahan diplomatik, tetapi malah dipersembahkan kepada Dewa-Dewa Es. Membeku dalam es, dia jatuh ke dalam tidur yang panjang.
Saat terbangun, kampung halamannya sudah tidak lagi sama, dan orang-orang dari Tanah Utara bersimpuh di hadapannya, memohon perlindungan. Meskipun kini dia adalah pelindung Tanah Utara dengan kemampuan mengendalikan kekuatan es, bunga plum dari kampung halamannya terus membekas di hatinya. Apa yang harus dilindungi Princess Frost? Berikut adalah kisah hero Honor of Kings Global, Princess Frost!
Kisah Princess Frost Hero Honor of Kings Global!
Suku Chonokh dulu mengembara di padang rumput luas di wilayah utara benua. Di sana, mereka hidup dari hasil alam, menggembalakan ternak mereka. Baik pria maupun wanita Chonokh berperan sebagai prajurit tangguh, ditemani sekawanan serigala.
Saat udara dingin yang menusuk dari utara membekukan padang rumput, suku-suku itu terpaksa bermigrasi ke selatan, melancarkan serangan demi serangan ke Dataran Tengah. Negara-negara di Dataran Tengah yang sebelumnya saling berperang terpaksa menghentikan konflik mereka dan bersatu menghadapi serangan para prajurit Chonokh yang ganas. Sebuah gencatan senjata sementara pun tercapai, dengan pengorbanan besar berupa gandum dan kain, serta hadiah berupa seorang putri dari Dataran Tengah, Princess Frost.
Suku Chonokh membawa sang putri ke tempat suci mereka, Laut Musim Dingin, di mana dia dipersembahkan sebagai pengantin untuk dewa suku mereka. Mereka percaya bahwa dengan melakukan ini, sang dewa akan turun ke dunia dan melindungi suku mereka. Seiring waktu, tradisi ini berkembang menjadi ritual suci yang kejam dan nyawa sang putri menjadi persembahan.
Tubuh Putri Frost terperangkap dalam es selama bertahun-tahun sementara benua itu dilanda perang. Beberapa negara besar muncul dari kehancuran perang, dan mereka tidak lagi ingin menghormati perjanjian damai dengan suku Chonokh. Negara-negara tersebut merencanakan untuk memusnahkan suku barbar utara.
Mereka merancang rencana licik: menyerang padang rumput saat suku-suku itu merayakan pernikahan, saat di mana Chonokh tidak siap untuk bertahan. Pada hari itu, padang rumput hijau berubah menjadi merah darah. Peristiwa ini tercatat dalam sejarah sebagai “Pernikahan Merah.” Namun, para jenderal belum puas dengan pembantaian itu. Mereka mengincar harta karun yang tersembunyi di tundra beku, di tempat peristirahatan beku para pengantin yang dipersembahkan, di mana banyak harta sebagai persembahan untuk dewa suku terpendam dalam es.
Para pembantai itu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka bersorak saat mulai membawa peti-peti emas kembali ke Dataran Tengah. Namun, sebelum mereka menyadarinya, langit menjadi gelap dan badai salju muncul entah dari mana, diikuti oleh longsoran salju yang dahsyat.
Tentara yang dulu gagah berani pun berbalik dan melarikan diri, tetapi jalur pelarian mereka terhalang oleh salju dan es. Mereka hanya bisa merangkak seperti cacing saat es mulai membungkus tubuh mereka, mengurung mereka dalam kuburan transparan. Malam pun berlalu. Langit kembali cerah, dan para Chonokh yang selamat muncul dari tempat persembunyian mereka. Para prajurit suku berkumpul di sekitar dewi es mereka, sosok yang telah menjinakkan Laut Musim Dingin dan sendirian melindungi Tanah Utara: Putri Frost. Mata esnya menyiratkan kesedihan mendalam saat jari-jarinya yang ramping menyentuh wajah-wajah prajurit tanah airnya yang beku dan terpelintir.