Fighting Games

Sejarah Skullgirls, Game Fighting Indie dengan Kualitas dan Potensi Mengagumkan

Jauh sebelum Riot mengumumkan Project L, Reverge Labs dan Autumn Games sudah membuat Skullgirls di PS3, Xbox 360 dan PC. Skullgirls adalah sebuah game fighting indie yang terinspirasi dari sistem pertarungan di Marvel vs Capcom 2.

Mengapa Skullgirls menjadi game fighting yang menarik untuk dibicarakan? Jawabannya adalah, karena game ini memiliki potensinya sendiri, serta drama yang cukup menarik untuk dibicarakan. Orang Indonesia mana ada yang tidak suka drama, terutama drama yang melibatkan developer game.

Pengembangan Skullgirls

Skullgirls awalnya disusun sebagai beberapa desain karakter liar yang dibuat oleh ilustrator Alex “o_8” Ahad sejak sekolah menengah. Saat kuliah, Ahad memiliki ide hipotesis untuk menggunakan konsep karakter untuk game fighting. Ide tersebut kemudian menjadi kenyataan ketika Ahad diperkenalkan kepada penggemar game fighting dan penonton turnamen Mike “Mike Z” Zaimont, yang telah mengerjakan engine game fighting selama waktu luangnya.

Pekerjaan awal pada proyek Skullgirls baru mereka dimulai pada tahun 2008. Pengembangan engine dan pra produksi dimulai pada tahun 2009. Ahad menggambar art dan desain karakter berdasarkan berbagai pengaruh. Seperti karya Mike Mignola dan Bruce Timm, FLCL Gainax, Red Hot Riding Hood karya Tex Avery, Darkstalkers Capcom, dan seniman George Kamitani dan Daisuke Ishiwatari.

Ahad dan Zaimont mengajukan Skullgirls ke beberapa perusahaan, akhirnya bekerja sama dengan pengembang independen Reverge Labs yang baru didirikan pada tahun 2010. Mereka kemudian menandatangani kontrak dengan penerbit Autumn Games.

Pada bulan April 2011, Reverge Labs melisensikan OtterUI sebagai solusi UI dan pengembangan Skullgirls Pada Pameran E3 2011, pengembang dan penerbit Jepang Konami mengumumkan bahwa mereka akan membantu mendistribusikan game tersebut.

Setelah game tersebut dirilis, tim Skullgirls mulai memberikan bocoran konten mendatang untuk game tersebut, termasuk paket suara baru, palet warna, dan karakter yang dapat diunduh. Namun, tak lama kemudian, Autumn Games dihantam dengan serangkaian tuntutan hukum terkait Def Jam Rapstar.

Seluruh tim pengembangan Skullgirls diberhentikan oleh Reverge Labs pada Juni 2012. Hal ini mendorong tim untuk melakukan reformasi di bawah moniker baru, Lab Zero Games, untuk terus mengerjakan rilis PC dan DLC. Autumn Games yang memiliki seluruh IP Skullgirls memutuskan untuk mendukung seluruh upaya tersebut dan membantu Lab Zero Games untuk urusan pengembangan terkait Skullgirls.

Transisi dan Crowdfunding

Terlepas dari dukungan dan keinginan Autumn Games untuk memperluas Skullgirls, litigasi mereka yang terus berlanjut mencegah penerbit memberikan dukungan finansial apa pun. Mencoba meneruskan perjuangan tersebut, Lab Zero Games memutuskan untuk meminta bantuan basis penggemarnya sekali lagi, menyusul keberhasilannya di event amal EVO 2013.

Pada tanggal 25 Februari 2013, Lab Zero Games membuat halaman Indiegogo untuk Skullgirls, dalam upaya mengumpulkan $150.000 untuk pengembangan karakter DLC pertama game tersebut, Squigly. Kontributor menerima berbagai hadiah, antara lain wallpaper desktop, salinan digital dari soundtrack resmi, Steam key untuk rilis PC, Steam key untuk Half-Minute Hero, dan kesempatan untuk menambahkan karakter latar ke dalam game.

Kampanye ini mencapai tujuan awalnya dalam waktu kurang dari 24 jam, sedangkan tujuan tambahan dari karakter DLC kedua, Big Band, mendapatkan pendanaan hanya dalam waktu 2 minggu. Karakter DLC ketiga, ditentukan oleh suara penggemar, didanai selama dua hari terakhir, bersama dengan versi robot Ms. Fortune yang bernama Robo-Fortune.

Kampanye Indiegogo mengumpulkan hampir $830.000 dari sasaran awal $150.000. Beberapa karakter alternatif dan paket suara announcer juga tercapai golnya. Semua karakter dan paket suara tadi dapat diunduh gratis untuk tiga bulan pertama sejak dirilis.

Pada tanggal 7 November 2013, Lab Zero Games mengumumkan bahwa Autumn Games telah memutuskan hubungan dengan Konami, mengutip sikap Konami yang tidak responsif sebagai rintangan utama untuk merilis tambalan konsol lebih lanjut. Menyusul pembubaran kemitraan, Konami meminta penghapusan Skullgirls dari PlayStation Network dan Xbox Live Arcade pada akhir 2013.

Sebagai tanggapan, Lab Zero Games mengumumkan pada 17 Desember 2013 bahwa Skullgirls akan dirilis ulang di konsol sebagai Skullgirls Encore, sebuah versi baru yang mencakup perubahan dan penambahan terkini, pada Januari 2014.Encore menandai transisi versi konsol ke penerbit barunya, Marvelous dan CyberFront, dan bertepatan dengan perilisan Squigly dan DLC “Character Color Bundle”.

Sementara Encore dirilis sebagai pembaruan judul untuk versi Xbox 360, versi PlayStation 3 mengharuskan pemilik mengunduh ulang game tersebut tanpa biaya apapun.

Pembubaran dan Transisi lagi

Pada bulan Juni 2020, berbagai tuduhan pelanggaran dibuat terhadap desainer dan programer utama Mike Zaimont. Dua orang mengklaim bahwa Zaimont telah membuat komentar seksual yang tidak pantas terhadap mereka, yang memicu penyelidikan internal atas perilaku Zaimont di dalam Lab Zero Games. Keputusan diambil oleh dewan Lab Zero Games untuk meminta pengunduran diri Zaimont. Menurut art produser senior Brian Jun, Zaimont menolak untuk mengundurkan diri kecuali serangkaian tuntutan dipenuhi, yang menurut Jun “sangat tinggi dan berpotensi ilegal”. Tuntutan Zaimont ditolak oleh dewan.

Sebagai tanggapan, Zaimont membubarkan dewan dan mengambil alih kepemilikan Lab Zero Games. Animator senior Jonathan Kim mengklaim bahwa Zaimont menyampaikan ultimatum di mana dia memberi semua karyawan yang tidak puas hingga 31 Agustus untuk meninggalkan perusahaan. Pada akhir Agustus, Kim, Jun, dan animator utama Mariel Cartwright mengundurkan diri dari Lab Zero Games dan masing-masing mengeluarkan pernyataan mengecam tindakan Zaimont.

Dalam satu hari setelah pengunduran diri, Hidden Variable Studios dan Autumn Games memutuskan hubungan mereka dengan Mike Zaimont dan Lab Zero Games dalam sebuah pernyataan bersama. Dalam pernyataan tersebut, kedua belah pihak menyatakan niat untuk bekerja sama dengan karyawan yang mengundurkan diri dari Lab Zero Games untuk pengembangan lanjutan Skullgirls.Tak lama setelah pengunduran diri, Zaimont membalas dengan memecat staf lainnya, menjadikannya satu-satunya karyawan dan pemilik Lab Zero Games.

Cartwright mengumpulkan uang untuk stafnya, yang telah dipecat tanpa pesangon, dengan menjual buku sketsanya. Beberapa mantan anggota Lab Zero Games, termasuk Cartwright dan Kim, kemudian mendirikan studio game independen berstruktur kooperatif baru bernama Future Club.

Pada bulan Februari 2021, Autumn Games mengungkapkan pengembanganSeason Pass 1, yang mencakup empat karakter DLC, artbook digital, dan soundtrack yang diperbarui. Penerbit juga membocorkan kemungkinan DLC petarung kelima, bersama dengan konten gratis lainnya, bergantung pada kesuksesan Season Pass. Pada Maret 2021, Future Club secara resmi mengumumkan kolaborasi mereka dengan Hidden Variable Studios dalam mengembangkan konten DLC 2nd Encore.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *