Dota 2

Sejarah dan Perkembangan Dota 2, Berawal dari Mod Hingga Kompetisi Esports Terbesar di Dunia (Bagian I)

Siapa yang tidak kenal dengan Dota 2? Game yang dikembangkan oleh Valve ini bisa dibilang menjadi salah satu cabang esport terbesar di dunia. Hal ini dibuktikan dengan besarnya prize pool yang ditawarkan pada kompetisi paling prestisius mereka, The International, yang saat ini mencapai US$20,7 juta (sekitar Rp267 miliar).

Tidak hanya prize pool, eksekusi turnamen mereka juga sangat apik, meriah, dan menghibur. Meskipun saya hanya bisa menontonnya secara online sambil melihat foto-foto yang dipamerkan oleh para media peliput, saya tetap merinding kagum. Pasti keren rasanya jika bisa benar-benar menyaksikan “piala dunia” Dota 2 tersebut secara langsung.

Sejarah Dota 2 - Image 1

Kini, Dota 2 menjadi lebih dari sekadar game saja. Layaknya game esports, Dota 2 sudah menjadi sebuah kehidupan, membentuk komunitas di seluruh dunia, dan memberikan impian bagi setiap pemainnya untuk bisa berdiri di atas megahnya panggung The International.

Namun tahukah kamu bahwa kesuksesan Dota 2 tidak terjadi hanya dalam sehari? Perkembangan game ini sudah dimulai lebih dari sepuluh tahun lalu yang lalu. Bahkan beberapa dari kamu yang sedang membaca ini mungkin masih duduk di bangku taman kanak-kanak ketika ranah esport untuk DotA baru terbentuk.

Aeon of Strife, Nenek Moyang MOBA

Sejarah Dota 2 - Image 2

Semua bermula dari game buatan Blizzard, Starcraft: Brood War yang dirilis pada tahun 1998 untuk PC. Kepopuleran Starcraft ini mampu mengalahkan Warcraft II: Tides of Darkness yang sudah dirilis tiga tahun sebelumnya.

Salah satu fitur baru yang Blizzard sematkan dalam game RTS terbarunya ini adalah map editor atau yang dikenal sebagai sebutan StarEdit dalam Starcraft. Melalui fitur ini, para pengguna dapat membuat mode permainan baru menggunakan aset Starcraft yang nantinya dimainkan oleh pengguna lainnya.

Pada tahun 2002, seorang modder dengan alias Aeon64 membuat sebuah inovasi dengan map buatannya yang diberi nama Aeon of Strife (AoS). Map tersebut digadang sebagai cikal bakal lahirnya genre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) atau ARTS (Action Real Time Strategy).

Sejarah Dota 2 - Image 3

Di dalam AoS, pemain akan mengendalikan satu unit kuat yang disebut sebagai hero (berbeda sekali tentunya dengan Starcraft sendiri yang mengharuskan pemain mengontrol banyak unit sekaligus). Tujuanmu adalah menghancurkan markas lawan sambil membunuh unit-unit mereka yang dikontrol oleh AI dan terus menerus muncul di tiga lane berbeda.

Lambat laun, unit lawan yang muncul akan semakin kuat. Cara bagi hero untuk bisa mengimbangi perkembangan lawan tersebut adalah mengumpulkan gold yang didapat dari last hit sebanyak-banyaknya, serta melakukan upgrade terhadap armor atau senjata.

Dari konsep permainan AoS, kamu tentu sudah bisa melihat hal-hal fundamental yang kini dimiliki oleh genre MOBA pada umumnya seperti hero, lane, dan gold dari last hit.

MOBA yang Lebih Dinamis berkat Fitur yang Lebih Kaya di Warcraft III

Sejarah Dota 2 - Image 4

Tidak lama setelah AoS booming, Blizzard merilis Warcraft III: Reign of Chaos yang legendaris pada tanggal 3 Juli 2002. Game ini menawarkan mekanisme gameplay yang belum dimiliki oleh Starcraft seperti level pada hero, tingkat ability, dan progres item yang dinamis.

Kepopuleran AoS ternyata tidak berhenti setelah Warcraft III dirilis. Mengikuti kesuksesan dan kepopuleran StarEdit, Blizzard juga memberikan fitur World Editor dalam game terbarunya tersebut. Konsep AoS yang diterima dengan baik oleh seluruh pemain ingin dihidupkan kembali dengan custom map di Warcraft III.

Defense of the Ancients Beta 2

Sejarah Dota 2 - Image 5

Dari seluruh custom map berkonsep AoS yang dibuat di Warcraft III, hanya ada satu yang menjadi paling populer. Custom map tersebut dibuat oleh seorang modder berinisial Eul dan karyanya diberi judul Defense of the Ancients Beta 2.

Versi pertama Defense of the Ancients ini kurang lebih sudah menggambarkan apa yang ada di dalam versi penerusnya. Terdapat tiga lane, gold untuk membeli dan upgrade item, pilihan hero Sentinel dan Scourge yang memiliki mekanisme level up dan ability scaling, serta Ancient di masing-masing kubu untuk dihancurkan.

Satu tahun kemudian tepatnya pada tanggal 1 Juni 2003, Blizzard merilis ekspansi Warcraft III: Frozen Throne. Ekspansi ini memberikan beberapa perbaikan dalam segi gameplay (mengurangi bug) dan menambah unit-unit baru untuk dimainkan. Artinya, akan ada lebih banyak aset untuk diikutsertakan ke dalam custom map.

DotA 2: Thirst for Gamma yang “Gagal”

Sejarah Dota 2 - Image 6

Selepas perilisan Frozen Throne, Eul memutuskan untuk berhenti dari pengembangan Defense of the Ancients (DotA) dan mencoba membuat sekuelnya yang diberi nama DotA 2: Thirst for Gamma. Ia menjanjikan mekanisme permainan yang lebih menantang, luas, dan bervariatif untuk elemen kompetitif.

Namun, DotA 2: Thirst for Gamma tidak pernah berhasil mencuri hati para pemain Warcraft III, baik itu yang sudah bermain DotA sebelumnya atau baru mengenal genre MOBA. Terdapat beberapa spekulasi alasan yang menjadi penyebab utama ketidakpopuleran sekuel tersebut. Salah satunya adalah game tersebut hampir tidak dapat dimainkan dengan layak, alias unplayable.

Pemain beberapa kali mengeluhkan banyak sekali bug yang masih tertinggal dalam Thirst for Gamma sehingga mengganggu jalannya permainan. Gameplay yang kurang seimbang dan kompleksnya mekanisme permainan saat itu juga menjadi salah satu alasan mengapa Thirst for Gamma gagal mengejar kepopuleran DotA.

Lahirnya DotA Allstars Beta berkat Open Source

Sejarah Dota 2 - Image 7

Eul kemudian “menghilang” setelah membuka akses source code DotA ke semua modder (menjadikannya open source). Berkat itu, versi-versi lain dari DotA lahir dari kreatifitas para komunitas seperti DotA DX dan DotA Unforgiven. Dua judul tersebut hanyalah segilintir dari banyaknya versi yang tersedia di luar sana dengan pilihan hero-hero yang sangat bervariasi.

Melihat banyaknya variasi DotA, dua modder bernama Meian dan Ragn0r memutuskan untuk menggabungkannya ke dalam satu map. Pada tanggal 3 Februari 2004, sebuah custom game berjudul DotA Allstars Beta v0.95 dirilis. Map ini berisikan kompilasi hero dari berbagai versi DotA di luar sana. Tidak lama, komunitas DotA langsung mengusung map ini sebagai versi terbaik untuk dimainkan pada saat itu.

Peran Meian dan Ragn0r dalam pengembangan DotA Allstars hanya berlangsung selama satu bulan, sebelum mereka memberikan wewenang penuh kepada modder jenius bernama Steve “Guinsoo” Feak. Pada bulan Maret 2004, Guinsoo merilis DotA Allstars versi 3.xx dan selang satu bulan kemudian ia merilis versi 4.xx.

Guinsoo, “Ayah” DotA Allstars

Sejarah Dota 2 - Image 9

Adanya Guinsoo dalam tim pengembangan map DotA Allstars membuat gameplay menjadi lebih baik, minim bug, dan memiliki hero yang lebih balanced. Atas jasanya dalam DotA Allstars terdapat item untuk mengapresiasi para penemunya, yaitu Eul’s Scepter of Divinity dan Guinsoo’s Scythe of Vyse.

Semakin banyak orang yang bermain DotA Allstars, Steve “Pendragon” Mescon yang waktu itu baru berusia 18 tahun bersama dengan Guinsoo memutuskan membuat website DotA-Allstars.com dan mendirikan Clan TDA (Team DotA Allstars) pada tanggal 14 Oktober 2004 sebagai platform untuk menghimpun komunitas custom game tersebut.

Semakin lama, permintaan para pemain untuk Clan TDA merilis map baru semakin tinggi. Guinsoo memutuskan untuk merekrut anggota klan untuk membantunya dalam pengembangan DoTA, mereka adalah Neichus dan IceFrog. Bersama mereka, Guinsoo mulai memasuki era versi 5.xx dengan perkenalan beberapa hero baru seperti Tidehunter, Ursa Warrior, dan Atropos.

Guinsoo dan timnya tidak berhenti untuk terus berinovasi dengan memperkenalkan hero baru dan membuat permainan lebih seimbang setelah melakukan nerf terhadap beberapa hero lama. Hingga akhirnya, versi DotA Allstars yang paling revolusioner rilis, yaitu 5.84, pada bulan November 2004.

Versi 5.84 sebagai Map Kompetitif Pertama

Sejarah Dota 2 - Image 10

Mengapa disebut sebagai versi paling revolusioner? Karena versi 5.84 adalah versi stabil pertama dalam sejarah DotA Allstars. Dari titik ini, ranah kompetitif untuk “game yang hanya sebuah mod” mulai terbentuk. Perubahan besar terjadi, organisasi yang nantinya memberikan pengaruh besar dalam esport satu persatu muncul ke permukaan seraya lahirnya versi 5.84.

Pada tanggal 20 November 2004, organisasi International Gaming Syndicate (IGS) menyelenggarakan liga resmi DotA Allstars untuk pertama kalinya. Di musim pertama, IGS berhasil menarik 20 tim untuk ikut serta. Di musim kedua pada tahun 2005, jumlah peserta bertambah lebih dari dua kali lipat menjadi 45 tim.

Sejarah Dota 2 - Image 11

Tim-tim yang memiliki pengaruh besar di Eropa dan Amerika Utara juga mulai terbentuk di era 5.84 ini. Mungkin kamu tidak tahu beberapa nama tim ini, namun PluG (nantinya berganti menjadi compLexity), Apex (nantinya berganti menjadi JMC), Say Plz, dan Jukes on You (nantinya berganti menjadi MYM) adalah beberapa tim yang sangat berpengaruh di ranah esport Amerika Utara dan Eropa pada saat itu.

Versi 6.00, Kepergian Guinsoo, dan Peran Besar IceFrog

Sejarah Dota 2 - Image 12

Masuk bulan kedua tahun 2005, DotA Allstars versi 6.00 rilis. Namun, tidak lama Guinsoo mengumumkan kepergiannya dari dunia modding dan menyerahkan pengembangan sepenuhnya kepada Neichus dan IceFrog, dan Pendragon sebagai penanggung jawab website.

Kemana Guinsoo pergi? Tidak ada yang tahu kemana ia pergi saat itu, ada rumor yang mengatakan ia menghabiskan waktunya untuk bermain World of Warcraft. Beberapa tahun kemudian, tersirat kabar bahwa Guinsoo direkrut oleh Riot Games sebagai game designer League of Legends yang ternyata benar.

Di bawah Neichus dan IceFrog, DotA Allstars terus memperoleh hero balancing dan wajah-wajah baru seperti Earthshaker, Tiny, Dazzle, Phantom Lancer, Enchantress, Axe, dan masih banyak lagi. Bisa dikatakan, Neichus adalah sosok di balik layar yang membuat DotA Allstars dan Dota 2 menjadi begitu “luas” hingga saat ini.

Sejarah Dota 2 - Image 13

Sayangnya, Neichus memutuskan untuk ikut keluar dari dunia modding. Ada yang mengatakan alasan dia pensiun adalah kehilangan passion untuk DotA Allstars. Neichus menyerahkan posisi head developer kepada IceFrog seorang diri mulai dari versi 6.10. Di versi ini, IceFrog tidak berhenti untuk terus memperbaiki gameplay dan melakukan balancing.

DotA Allstars di Blizzcon

Sejarah Dota 2 - Image 14

Pada bulan Oktober 2005, popularitas DotA Allstars meningkat di antara penyelenggara kompetisi. Blizzard mengumumkan bahwa DotA Allstars akan menjadi cabang baru yang dilombakan di Blizzcon. Hal yang sama juga diutarakan oleh penyelenggara Clanbase dan Electronic Sports League (ESL).

Pada titik ini, ranah kompetitif baru terjadi di sekitar Eropa dan Amerika Utara saja. Hingga akhirnya hype DotA Allstars mulai merambah ke negeri Cina sedari versi 6.12. Hal ini dikarenakan seorang modder sekaligus penggemar DotA bernama Heintje merilis versi ini dalam bahasa Mandarin yang jauh lebih mudah dimengerti oleh para pemain di Cina.

Sejarah Dota 2 - Image 15

Namun, pada titik ini, ranah kompetitif di Asia masih jauh lebih prematur dibandingkan Eropa dan Amerika Utara. Hingga datanglah era versi 6.2x. Bermula dari “bibit” yang ditanam oleh Heintje pada versi 6.12, ranah kompetitif DotA di wilayah Asia sudah semakin berkembang ketika menginjak versi 6.2x.


Karena kontennya yang cukup panjang, maka sejarah Dota 2 selanjutnya akan kami rilis di bagian kedua. Nantikan artikelnya ya!