Mengapa Seeding Penting dalam Turnamen Esports
Membuat turnamen adalah hal yang sulit. Bahkan untuk turnamen online kecil saja, ada banyak hal yang harus kamu pertimbangkan. Yang pertama adalah format yang adil dan tepat yang pernah kami bahas di artikel terpisah. Yang kedua adalah seeding untuk semua peserta dalam turnamen tersebut.
Dalam artikel ini, kami akan membahas apa itu seeding dan mengapa seeding perlu dipertimbangkan ketika mengadakan turnamen.
Apa Itu Seeding
Dalam turnamen olahraga maupun esports, sebagian atau semua peserta akan diberikan ranking awal. Ranking inilah yang disebut dengan seed atau seeding.
Secara harfiah, seeding berfungsi “menanam” atau menempatkan peserta ini ke dalam bracket atau grup turnamen di posisi yang sudah ditentukan. Ini membuat bracket terbentuk sedemikian rupa agar sebaran kekuatan tiap pemain menjadi lebih seimbang.
Salah satu contoh di esports adalah pembagian grup di League of Legends World Championship 2018. Dalam pembagian ini, total 16 tim dibagi menjadi tiga seeding yang berbeda. Empat tim ada di seeding pertama, delapan di seeding kedua, dan empat lain di seeding ketiga.
Jika kamu melihat pembagian di atas, empat tim seeding pertama berada di grup terpisah. Masing-masing grup juga memiliki tepat dua tim dari seeding kedua, dan sisanya diisi oleh tim dari seeding ketiga.
Seeding juga bisa diterapkan dalam elimination bracket. Umumnya, peserta dengan seeding tinggi akan berada di bagian bracket yang terpisah. Tidak cuma itu, lawan pertama untuk peserta seeding tinggi biasanya adalah peserta dengan seeding tengah atau bawah.
Sebagai gambaran, berikut adalah seeding umum untuk elimination bracket.
Bagaimana Seeding Terbentuk
Seeding harus selalu ditentukan sebelum turnamen dimulai. Jika turnamen tersebut dilakukan secara terpisah, seeding juga perlu dilakukan di antara tiap fase. Cara paling objektif dan akurat untuk menentukan seeding adalah dengan sistem ranking yang diperlihatkan dalam bentuk angka. Angka ini bisa berupa rekor pertandingan, poin, atau elo.
Sebagai contoh, turnamen Major Dota 2 saat ini selalu punya dua fase, yaitu fase grup dan playoff. Fase grup selalu dimainkan dengan format GSL/double elimination dengan seeding yang ditentukan oleh penyelenggara. Setelah fase grup berakhir, peringkat satu hingga empat akan ditentukan dengan jelas untuk seeding di fase playoff.
Pada babak playoff, tim peringkat satu dan dua akan memulai playoff dari upper bracket, peringkat tiga dan empat dari lower bracket. Tidak cuma itu, tim peringkat pertama di tiap grup akan selalu bertemu dengan tim peringkat dua dari grup lain. Sementara tim peringkat tiga grup akan selalu bertemu dengan tim peringkat empat dari grup lain.
Jika kita akan mengadakan turnamen elimination bracket hari ini dengan tim terbaik Dota Pro Circuit 2019 sebagai peserta, seeding bisa ditentukan dengan mudah. Cukup lihat ranking masing-masing tim dan tentukan posisi mereka di bracket.
Untuk scene esports yang berumur panjang dan sejarahnya tercatat dengan baik, elo dan prestasi masing-masing peserta di masa lalu juga bisa jadi patokan seeding. Namun jika tidak ada, penyelenggara harus melakukan riset dan mengestimasi level kemampuan tiap peserta. Itu berarti penyelenggara harus objektif dalam menentukan seeding tersebut.
Kenapa Harus Repot Melakukan Seeding dengan Benar?
Pertanyaan yang muncul adalah kenapa harus repot-repot melakukan seeding? Kalau pesertanya memang jago, harusnya ia bisa mendominasi turnamen siapapun lawannya bukan? Selain itu, bukankah tidak adil jika peserta dengan seeding tengah atau bawah selalu bertemu dengan peserta seeding tinggi? Ini tentu membuat tim yang kemampuannya kurang jadi tidak punya peluang untuk maju jauh di turnamen.
Seeding yang baik penting untuk peserta maupun penyelenggara itu sendiri. Ingat, turnamen yang baik bisa secara objektif menentukan siapa peserta terbaik dalam situasi yang adil. Sementara seeding yang buruk justru membuat tujuan tersebut tidak terwujud.
Anggaplah sebuah turnamen dengan format elimination bracket. Atas alasan apapun, penyelenggara kemudian memutuskan untuk tidak melakukan seeding meskipun ia bisa. Bracket kemudian ditentukan secara acak, dan peserta yang kuat berada di bagian bracket yang sama.
Dalam skenario tersebut, setengah peserta yang kuat mungkin tereliminasi lebih awal dari semestinya. Sementara peserta yang lebih lemah maju lebih jauh dari semestinya, mungkin sampai ke misalnya empat besar.
Oke, mungkin peserta tersebut senang karena bisa finis di empat besar. Akan tetapi mayoritas lawan yang ia hadapi mungkin tidak terlalu kuat. Artinya kemampuannya mungkin tidak benar-benar teruji sepanjang turnamen, dan layak tidaknya gelar atau hadiah yang ia peroleh jadi dipertanyakan.
Memang, mungkin ia membuktikan kemampuannya dalam situasi yang ada. Namun jika ia ditempatkan di bracket dengan seeding yang baik, ia mungkin tidak mendapatkan finis empat besar. Ada pemain yang lebih baik darinya yang harus gugur lebih awal karena bracket yang buruk.
Bagi penyelenggara, seeding yang buruk juga bisa memberikan efek buruk. Efeknya makin terasa jika turnamen tersebut disiarkan online dan diikuti oleh tim yang kuat dan terkenal.
Ayo kita gunakan kembali kasus di atas. Sebuah turnamen menggunakan format elimination bracket tanpa seeding yang baik. Sebagian besar peserta turnamen adalah peserta yang kuat dan punya penggemar yang banyak. Para penggemar ini rela menonton secara langsung demi menonton tim atau pemain favoritnya. Ini tentu menguntungkan untuk penyelenggara.
Bayangkan jika sebagian peserta tersebut harus gugur dari awal karena seeding yang buruk. Sebagian besar penggemar peserta yang sudah gugur mungkin enggan menonton. Penyelenggara akhirnya kehilangan audience.
Sekali lagi, turnamen yang baik adalah turnamen dengan format yang adil dan jadi ajang untuk membuktikan siapa yang paling jago. Dengan kata lain, satu-satunya cara paling ampuh dan konsisten untuk bisa memenangkan turnamen bukan dengan bracket yang beruntung. Just get good.