Coach/Pelatih Esports dan Pentingnya Anggota Di Balik Layar
Dalam wawancara kami dengan Jeremy “Tibold” Yulianto beberapa waktu lalu, kami sempat belajar mengenai pentingnya coaching. Ia menjelaskan dampak yang ia berikan sebagai coach atas prestasi Bigetron Esports menjuarai League of Legends Garuda Series Spring 2018.
Dari wawancara tersebut, kami jadi semakin tertarik tentang coach serta mereka yang bekerja di balik layar dalam ranah esports. Seperti apa sih peran mereka dalam sebuah tim, pertandingan, dan turnamen? Lalu yang tidak boleh ketinggalan, seberapa penting keberadaan mereka dalam tim dan mengapa beberapa tim atau pemain besar selalu memiliki “pasukan” di balik layar.
Mengenal Mereka yang Ada di Balik Layar
Saat ini, berbagai tim esports dari seluruh dunia punya banyak orang yang berperan di balik layar. Meskipun tidak pernah muncul di layar atau bermain secara langsung, orang-orang ini terlibat langsung dengan anggota tim, termasuk dalam gameplay. Dua posisi yang populer adalah manager dan coach.
Berbeda dengan coach, manager biasanya bertugas mengakomodasi dan menangani hal-hal di luar gameplay. Ini meliputi administrasi dan pendaftaran turnamen, jadwal scrim dan turnamen, mengelola makanan dan tempat latihan yang memadai, dan sebagainya. Dengan begitu pemain bisa fokus ke gameplay dan menjadi tim yang lebih baik.
Coach adalah mereka yang berurusan langsung dengan pemain dan berusaha membuat timnya menjadi lebih baik, baik secara kolektif maupun individu. Merekalah yang sering kamu lihat menyertai pemain di atas panggung sesaat sebelum bertanding.
Secara umum, coach adalah seorang yang mengarahkan tim dalam bertanding dan latihan untuk bisa menjadi pemenang. Coach jugalah yang menjadi penengah atau pihak ketiga yang netral dalam sebuah diskusi tim. Jika terjadi perbedaan pendapat, coach harus bisa memahami situasi dari semua sudut pandang dan mencarikan solusi terbaik untuk semua orang. Terakhir, ia juga bisa mengajukan ide untuk membuat timnya menjadi lebih baik.
Namun di luar tugas dasar tersebut, coach dalam esports kadang digunakan sebagai label umum untuk mereka yang berada di balik layar. Apa tugas coach dalam sebuah tim sangat bergantung pada kebutuhan tim tersebut, entah itu strategi/gameplay, komunikasi, atau bahkan mentalitas.
Ayo ambil contoh di beberapa cabang yang berbeda.
Astralis misalnya, selain in-game leader alias “pemain keenam” yang berada di atas panggung, mereka juga sempat memiliki sport psychologist. Sebelum menjuarai ELEAGUE Atlanta di 2017, Astralis dikenal sebagai tim yang punya kemampuan individu dengan mental yang buruk. Mereka sering choke dan underperform di turnamen besar sehingga berkali-kali gugur di semifinal turnamen besar.
Sadar akan masalah itu, mereka merekrut sport psychologist untuk meningkatkan mentalitas pemainnya. Tidak lama setelahnya, Astralis akhirnya lolos dari kutukan semifinal mereka dan bahkan keluar sebagai juara ELEAGUE Atlanta 2017.
Contoh lain adalah HungryBox di Super Smash Bros. Melee dan Crunch. Sampai tahun 2015, HungryBox adalah pemain yang handal dengan karakternya Jigglypuff. Sayangnya ia sering kandas saat menghadapi satu karakter yaitu Fox yang dipakai banyak orang. Ini membuatnya kesulitan mendapatkan gelar juara meskipun sering finish di peringkat yang cukup tinggi.
Sebagai pemain Fox, salah satu tugas awal Crunch adalah mempelajari dan menganalisa karakter serta pemain lain, terutama Fox. Ialah yang mencari tahu hal-hal kecil seperti kebiasaan, gameplay, serta tentunya kelemahan tiap pemain dan karakter yang mereka gunakan. Selanjutnya ia dan HungryBox mencari cara memanfaatkan “data” tersebut untuk menang.
Hari ini, HungryBox adalah salah pemain terbaik di ranah Super Smash Bros. Melee di seluruh dunia.
I really did it.
— hungrybox (@LiquidHbox) January 16, 2018
Officially #1 Player in the World. pic.twitter.com/rkChBAG7vr
Tentu saja, tiap tim serta esports punya infrastruktur dan tujuan yang berbeda ketika menggunakan pelatih. Beberapa tim League of Legends misalnya, punya tim kepelatihan yang lebih lengkap dengan adanya head coach dan analis. Sementara esports lain seperti Dota 2 lebih sporadis dan sesuai kebutuhan. Bahkan beberapa tim masih memilih untuk belum menggunakan coach.
Tiap Keunggulan Berkontribusi dalam Memperoleh Kemenangan
Pertanyaannya, seberapa penting coach atau orang-orang di balik layar ini dalam sebuah tim? Membantu meramu strategi dan meningkatkan kemampuan tim mungkin jelas penting. Namun bagaimana elemen lain seperti data, replay, dan terapi psikologis bisa berguna untuk tim dalam jangka panjang?
Saya pernah mendengarkan kelakar orang yang mengatakan “Buat apa sampai harus diajar coach? Game ini gampang koq.” Jika kamu adalah pemain yang ahli, mungkin benar. Namun di tempat lain lawanmu mungkin juga mengatakan itu dan sama jagonya denganmu.
Ketika bertanding, semua keunggulan yang kamu miliki berpengaruh dalam memperoleh kemenangan. Sebaliknya, kamu juga perlu memanfaatkan dan mengeksploitasi kelemahan lawan sebisa mungkin.
Salah satu keunggulan yang paling mudah adalah dengan memiliki pemain yang lebih jago secara individu. Karena itulah pemain seperti Miracle- atau Arteezy di Dota 2 selalu dibahas saat mereka pindah tim. They win games.
Namun dalam esports kompetitif di level tertinggi, tiap tim atau pemain mungkin punya skill individu yang relatif sama. Jadi, memiliki pemain dengan skill yang tinggi tidak lagi memberi dampak yang signifikan untuk menang.
Karena kekuatan pemain secara individu seimbang, maka tim harus mencari keunggulan di sektor lain. Salah satu sektor yang tersedia dan bisa dimanfaatkan oleh semua orang adalah informasi atau data.
Meskipun punya skill yang sama, tiap pemain dan tim punya ciri khas dan identitas sendiri. Semuanya terlihat dalam gameplay ketika mereka bertanding. Berkat teknologi yang semakin canggih, gameplay tersebut akan tersimpan baik dalam bentuk data statistik maupun rekaman/replay.
Data dan informasi tersebut bisa dianalisa dan diolah menjadi informasi baru. Tim atau pemain mungkin menemukan kebiasaan lawan, gaya dan pola bermain, cara mereka menanggapi berbagai situasi, serta tentunya kelemahan. Informasi baru ini kemudian digunakan menjadi strategi atau taktik tersendiri untuk tim dan pemain lain yang menjadi lawannya.
Sebagai gambaran, kamu bisa melihat penjelasan awal PPD pada video di bawah ini. Ia menjelaskan tendensi dan tren tim Cina di The International 2015 dalam memilih side dan first pick. Dari situ ia sengaja keluar dari kebiasaan timnya untuk menangkal tren dan tendensi tersebut.
Proses ini tidak hanya berlaku untuk lawan, tapi juga diri sendiri. Tiap tim atau pemain bisa mengevaluasi data dan rekaman gameplay mereka sendiri, lalu melihat apa yang bisa ditingkatkan dan diperbaiki.
Dari data dan informasi itu saja, tim atau pemain punya beberapa keunggulan. Mereka jadi punya strategi untuk menangkal lawan. Latihan mereka juga punya tujuan dan lebih terarah sehingga progres mereka menjadi lebih cepat.
Keunggulan ini bisa membuat tim atau pemain yang bertanding memiliki peluang menang yang lebih besar atas lawannya. Bahkan, bukan tidak mungkin tim atau pemain yang secara skill kalah bisa saja menang hanya karena bisa menangkal strategi lawannya dengan efektif.
https://www.youtube.com/watch?v=m3_uXrgdD0s
Sayangnya, proses mengumpulkan dan menganalisa data memakan waktu lama dan menguras otak. Pemain mungkin tidak punya waktu karena mereka harus latihan paling tidak untuk mempertahankan atau meningkatkan skill individu. Selain itu tidak semua pemain mampu membaca dan mengolah data menjadi informasi yang berguna.
Nah, dalam situasi itulah sebuah tim memerlukan seseorang yang bekerja di balik layar. Dalam contoh di atas berarti tim tersebut memerlukan analis atau coach yang mampu menggali, menganalisa, serta mengolah informasi.
Konteks yang sama juga bisa diaplikasikan terhadap kebutuhan yang lain. Astralis yang saya sebutkan di atas misalnya, menggunakan sports psychologist menjelang ELEAGUE Atlanta 2017. Tujuannya jelas menutupi kelemahan mereka dalam urusan mentalitas yang dimanfaatkan oleh tim lawan.
Astralis mungkin bisa memperbaiki masalah ini tanpa merekrut orang tambahan. Namun membangun mental adalah proses yang sulit dan bisa makan waktu, terutama untuk tim yang pemainnya cukup muda. Itu pun sebelum mereka break down dan malah memilih untuk menyerah.
Mereka yang Di Belakang Layar Punya Peran Penting
Kesimpulannya, ketika persaingan dalam esports semakin ketat, bahkan keunggulan sekecil apapun bisa menjadi faktor penentu kemenangan. Peran coach serta orang-orang di balik layar adalah menciptakan keunggulan ini di luar game dan memastikan tim lawan tidak memperoleh keunggulan atas tim yang ia bela.
Seperti yang saya sebutkan, dalam beberapa cabang esports kebutuhan akan coach atau personil di balik layar masih tergantung pada kebutuhan tim. Tim yang menggunakan coach menganggap apa yang diberikan oleh coach mampu membantu mereka memenangkan pertandingan. Namun sebelum mulai mempertimbangkan menarik coach, mereka harus tahu apa yang mereka perlukan, dan apakah mereka perlu bantuan coach untuk memenuhi itu.