Just Error adalah Contoh Membentuk Tim Penuh Bintang Tak Menjamin Kemenangan
Tim bentukan RAMZES666 dkk, Just Error sebelumnya pernah diprediksi akan menjadi tim yang terkuat terutama saat tim ini mengikuti EPIC League Divisi pertama. Namun, hasil yang didapatkan oleh tim ini justru sangat mengecewakan dan tersingkir dengan sangat cepat di playoff divisi kedua EPIC League.
Hal yang menarik datang setelah tim ini mendapatkan tawaran dengan jumlah yang tidak sedikit untuk membela salah satu organisasi esports besar asal Eropa yang belum pernah terjun ke kompetitif Dota 2, namun Just Error justru menolak tawaran ini dan memilih untuk membubarkan tim mereka.
Hal ini dikonfirmasi oleh RAMZES666 sebagai salah satu pemain dari Just Error. Ia menyebut Just Error menganggap penampilan mereka sangat mengecewakan dan justru tawaran ini akan membuat organisasi tersebut akan memiliki tugas yang sangat berat. Terdapat banyak kendala yang membuat tim yang dipenuhi bintang ini harus bubar dengan prestasi yang mengecewakan.
Kendala tersebut adalah komunikasi antar pemain dimana tim ini terdiri dari 4 pemain asal CIS dan SumaiL yang hanya bisa berbahasa Inggris dan bermain dari Amerika Utara akibat pandemi yang menyerang. Selain itu, jadwal EPIC League membuat SumaiL harus beradaptasi di dalam tim ini yang tentunya membuat tim ini semakin sulit. RAMZES666 juga menyebut ketertinggalan patch juga menjadi faktor kekalahan mereka ditambah dengan beberapa hal fundamental yang membuat keputusan pembubaran roster menjadi semakin kuat.
Sebenarnya, Just Error masih memiliki undangan turnamen di OGA DOTA PIT S4: Eropa-CIS. Namun, mengingat pembubaran ini telah dilakukan, posisi Just Error akhirnya digantikan oleh tim asal CIS, Live to Win yang diisi oleh SoNNeikO dkk. Masih belum diketahui kemana nantinya pemain-pemain dari Just Error akan berlabuh, namun tentunya hal yang harus fans lakukan adalah mendukung keputusan mereka masing-masing.
Sebenarnya performa mengecewakan dari roster penuh bintang tidak hanya terjadi di Dota 2 saja. Pada tahun 2018, saat kompetisi League of Legends terbesar di Amerika Utara, NA LCS mulai menggunakan sistem franchise, TSM yang merupakan tim kuat saat itu memutuskan untuk mengundang duo bot laner terbaik Eropa yaitu Zven dan Mithy untuk bermain bersama mereka serta mengundang jungler Rookie of the Year Amerika Utara, MikeYeung.
Diundangnya ketiga pemain ini pada awalnya bertujuan agar tim ini tampil lebih baik di NA LCS. Tidak hanya itu, tim ini bahkan digadang-gadang akan menjadi roster yang kuat dan dapat bersaing secara internasional. Sayangnya, keputusan untuk mendatangkan ketiga pemain ini justru menjadi awal jatuhnya tim ini. Jangankan tampil lebih baik, TSM bahkan tidak dapat lolos ke event internasional pada saat itu.
Selain itu, pemain ADC yang dikeluarkan oleh TSM saat itu, Doublelift justru menjuarai turnamen selama empat musim berturut-turut bersama Team Liquid yang mendadak menjadi sangat kuat. Sementara itu, TSM harus terjebak di dalam babak playoff hingga akhir 2019 meskipun telah berkali-kali merombak roster mereka. Untungnya, pada akhir tahun 2020, TSM berhasil menemukan sinergi yang pas dengan mendatangkan kembali duo bot mereka yang pernah mereka keluarkan dan memenangkan LCS Summer 2020.
Tentunya, hal ini menjadi pelajaran mendalam bagi TSM untuk tidak asal merombak roster dan mendatangkan pemain bintang begitu saja. Pelajaran yang didapatkan dari Just Error dan TSM tentunya adalah tidak asal dalam membentuk roster dan tidak selamanya pemain penuh bintang akan menjadi prestasi yang sangat baik. Pelajaran ini tentunya juga harus dipelajari oleh fans dan tim Indonesia agar berfokus kepada roster penuh bintang.