Dota 2Kamus dan Serba-Serbi Esports

Live Service Dan Mengapa Game-Game Dari Developer Besar Tutup

Live service adalah salah satu model game yang sangat sering kamu jumpai saat ini. Genre apapun yang kamu mainkan, kamu pasti menemui elemen live service. Misalnya kamu harus selalu online, game tersebut menghadirkan konten dan update baru secara berkala, serta microtransaction. Berkat model ini, kamu bisa tetap terhibur setiap hari hanya dengan satu game saja. Selain itu dari segi angka, game dengan model ini juga merupakan yang paling populer dan paling menguntungkan.

Namun dalam dua tahun terakhir, sejumlah game live service ini satu per satu tutup. Parahnya lagi, beberapa di antaranya adalah game dari developer/publisher ternama, dan usianya masih satu atau dua tahun saja. Anthem dari Bioware/EA, Babylon’s Fall dari Platinum Games/SquareEnix, dan Apex Legends Mobile dari Respawn/EA ke kelompok ini. Lalu pindah ke mobile, game lama seperti Brave Frontier dan Dragalia Lost juga akhirnya tutup dan saya yakin selain keduanya ada sangat banyak game gacha mobile yang tutup tanpa sepengetahuan banyak orang.

Apa yang terjadi? Apakah game live service ternyata bukan model yang menjanjikan masa depan yang manis? Apa yang membuat game-game yang kami sebutkan di atas tutup? Tidak juga. Game live service tetap menjanjikan profit besar, tapi tidak semua bisa menganut model tersebut.

Apa Itu Live Service Game Dan Evolusinya

kenapa-game-live-service-tutup-atari
Sumber: Pixabay

Sebelum internet jadi sangat lekat di kehidupan banyak orang, game adalah medium hiburan dengan model yang sangat jelas. Kamu membeli game lalu memainkannya. Jika kamu suka dengan game itu, kamu mungkin akan memainkannya sampai tamat dan dengan senang hati menceritakannya ke teman-teman di sekolah. Jika tidak, kamu mungkin akan menamatkannya, mungkin juga tidak, dan pastinya akan kecewa karena uang yang kamu belanjakan terbuang percuma.

Seiring perkembangan zaman, internet kemudian muncul dan semakin lama semakin mudah diakses. Developer game pun memanfaatkan teknologi internet ini untuk reaksi mereka dengan terus ‘memelihara’ game yang sudah mereka rilis. Harapannya adalah agar pemainnya terus bermain hingga bertahun-tahun lamanya, dan selama kurun waktu itu pemain mau mengeluarkan uang lebih untuk game tersebut.

Singkatnya, game as a service alias live service game adalah game yang setelah rilis akan tetap mendapatkan update untuk bisa dinikmati pemainnya. Update ini bisa berupa patch atau balance update untuk memperbaiki elemen gameplay yang rusak hingga konten atau bahkan fitur baru yang membuat pemainnya penasaran dan ingin mencoba. Game yang menganut model ini juga tidak harus game gratis karena banyak game berbayar yang juga menghadirkan update dan konten baru baik secara terus menerus maupun dalam kurun waktu tertentu.

Model live service game sendiri terus berkembang. Awalnya game MMO seperti World of Warcraft atau Runescape terus menghadirkan konten seperti dungeon atau raid boss baru agar pemainnya betah bermain setiap hari. Kemudian banyak game yang mulai menggunakan model ini untuk menghadirkan konten baru atau bahkan fitur baru. Lalu tentu saja sekarang ini ada sangat banyak game yang menggunakan sistem daily mission, Battle Pass, dan limited time event dengan imbalan menarik. Terakhir, model langganan seperti Game Pass dan EA Play juga termasuk dalam live service.

FOMO Dan Keterbatasan Waktu

kenapa-game-live-service-tutup-futurama

Model live service dirancang dengan tujuan mempertahankan player retention alias agar pemain terus kembali bermain setiap harinya. Developer ingin membuat ‘bermain game X’ menjadi salah satu rutinitas sehari-hari pemain. Dari situ pemain akan mengantisipasi konten baru dan beberapa di antaranya diharapkan membeli konten tersebut dengan Rupiah. Cara ini terbukti ampuh, apalagi kalau kamu melihat angka pendatan game seperti Genshin Impact atau Fortnite

Jika dirancang sedemikian rupa, keseluruhan model live service ini menimbulkan FOMO atau fear of missing out. Artinya pemain akan rela bermain dan menghabiskan waktu atau bahkan uang agar tidak ketinggalan perkembangan terbaru. Setiap kali karakter baru Genshin Impact rilis, saya yakin ada banyak yang sebenarnya tidak butuh karakter itu. Namun karena temannya mendapatkan karakter tersebut, atau melihat video YouTube mengatakan bahwa karakter tersebut sangat kuat, beberapa orang pasti jadi tergoda.

Hal yang sama juga berlaku untuk konten unik yang terkunci di balik Battle Pass. Misalnya kalau kamu ingin skin unik satu karakter, kamu harus membeli Battle Pass premium dan rajin bermain. Bahkan saya yakin banyak pemain yang rela bermain setiap hari demi mendapatkan imbalan dari daily mission. Perlahan, game yang awalnya jadi hiburan yang seru jadi rutinitas sehari-hari.

kenapa-game-live-service-tutup-wild-rift
Wild Rift

Bermain game adalah aktivitas yang memakan waktu, bahkan untuk menyelesaikan daily/weekly mission sekalipun. Artinya semakin banyak game live service yang kamu mainkan, semakin banyak juga waktu yang harus kamu luangkan untuk keep up dengan konten game tersebut.

Sebagai contoh, anggaplah saat ini saya memainkan tiga game secara rutin: Genshin Impact, Mobile Legends, dan Marvel Snap. Untuk menyelesaikan daily mission di Marvel Snap, saya cuma perlu bermain selama 30-45 menit. Untuk Mobile Legends kurang lebih 45 menit sampai satu jam, lalu untuk Genshin Impact kurang lebih 60 sampai 75 menit. Jika ditotalkan, itu kamu harus meluangkan waktu dua sampai tiga jam setiap harinya. Itu hanya bermain demi menyelesaikan daily mission saja. Jika game-nya misalnya mengadakan event baru atau merilis konten baru, saya jamin waktu yang harus diluangkan akan lebih lama.

Suatu waktu kamu mungkin punya waktu luang untuk memainkan lebih dari satu game secara rutin. Namun suatu saat waktu luang ini mungkin akan semakin terbatas. Kamu tidak bisa lagi seenaknya menghabiskan waktu satu jam hanya demi daily mission Genshin Impact.

kenapa-game-live-service-tutup-genshin
Sumber: PC Invasion

Buat yang sudah bekerja atau punya tanggung jawab, akan ada momen di mana kamu tidak bisa bermain dalam waktu lama. Ini belum mempertimbangkan faktor jenuh karena setiap hari bermain hanya demi menyelesaikan daily mission atau menaikkan level Battle Pass. Namun di sisi lain, kamu mungkin merasa harus keep up, karena jika tidak kamu mungkin ketinggalan karakter atau event yang keren. Pada akhirnya, karena sudah merasa rutinitas game-mu sudah tidak sehat, kamu mulai mengurangi jumlah game yang kamu mainkan.

Nah, di situlah masalah yang dihadapi game live service saat ini. Developer untuk game dengan model ini sudah mengeluarkan waktu, tenaga, dan tentu saja biaya untuk menghadirkan konten dan update secara berkala. Game dengan model ini pun jumlahnya tidak sedikit. Nah, agar bisa tetap mengeluarkan konten, mereka perlu menarik perhatian dan waktu pemain agar mereka mau bermain setiap hari, dan berharap beberapa di antara mereka mengeluarkan uang.

Sayangnya, waktu dan perhatian pemain sangatlah terbatas. Satu pemain tidak akan bisa secara rutin memainkan tiga atau empat game live service sekaligus tanpa harus mengorbankan tanggung jawab di dunia nyata. Tidak hanya itu, seperti yang disebutkan di atas, pemain mungkin jenuh karena harus melakukan hal yang sama setiap hari.

kenapa-game-live-service-tutup-main-hp
Sumber: Pixabay

Karena itu pemain mungkin akan memutuskan untuk setia di satu game saja, atau bahkan tidak sama sekali. Sang pemain akhirnya pindah memainkan game dengan model tradisional, tamat, lalu main game lain. Karena di game seperti itu kamu tidak bisa bermain kapan saja dan tidak perlu takut ketinggalan apa-apa.

Pada akhirnya, akan ada game live service yang sudah bekerja keras menghadirkan konten dan update secara rutin, tapi tidak mendapatkan pemain dan/atau pendapatan rutin yang diinginkan.

Akibatnya, sejumlah game live service akhirnya tutup atau berhenti memberikan update karena biaya dan tenaga yang dikeluarkan tidak sepadan. Ada yang tutup karena sudah ‘tua’ dan kalah saing dengan ‘anak baru’ seperti misalnya Brave Frontier dan Dragalia Lost, tapi ada juga yang sudah ‘gagal’ padahal belum berusia satu atau dua tahun seperti Babylon’s Fall dan Anthem. Kalau kita melirik scene game gacha mobile, fenomena ini pasti lebih banyak lagi.

kenapa-game-live-service-tutup-twitter
Sumber: Kotaku Australia

Apakah ini berarti game live service adalah model yang jelek? Jelas tidak, karena kenyataannya semua game paling populer saat ini adalah live service. Ketika Dragalia Lost dan Brave Frontier tutup, Genshin Impact dan sejumlah game gacha mobile lain sukses meraup jutaan dolar. Ketika Anthem dicecar oleh banyak pemain, Fortnite dan Apex Legends masih berjaya. Babylon’s Fall dan Marvel Avengers mungkin sudah tutup, tapi Warframe masih bisa bertahan.

Meskipun menjanjikan, bahkan developer besar pun sepertinya harus lebih hati-hati dalam membuat game live service. Mungkin tidak semua elemen live service bisa diimplementasikan di satu game. Tidak semua game bisa ditempel dengan Battle Pass, atau harus menghadirkan konten baru hingga waktu yang tidak terbatas. Lalu yang paling penting, pastikan game-nya seru dulu. Karena juga game-nya ternyata tidak seru atau bahkan ‘cacat,’ pemain akan tidak berpikir panjang untuk pindah ke game berikutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *