Bagaimana Solusi Masalah Visa yang Menghantui para Atlet Esports?
Masalah visa memang kerap menjadi masalah bagi tim esports Asia menjelang acara-acara besar yang diadakan di Amerika Serikat. Namun kini, masalah ini akhirnya memakan korban tim yang harus membatalkan kepergiannya ke Boston Major meskipun sudah mendapatkan direct invite. Mereka adalah Execration.
Jika biasanya masalah kerap terjadi karena berkas visa yang ditolak, kali ini apa yang Execration alami berbeda. Seluruh pemainnya telah memiliki persetujuan visa, namun kali ini proses aplikasi visa P-1 mereka tidak bisa selesai tepat waktu. Mungkin, karena memang proses birokrasinya yang lambat dan tidak ada pihak yang mampu memperkirakannya sebelumnya.
Kejadian ini terjadi pada tanggal 30 November 2016 lalu, dan meskipun pada akhirnya Valve bisa memberikan surat pernyataan yang mengatakan kepada USCIS (badan imigrasi AS) bahwa Execration memang mengikuti Boston Major, namun sudah terlambat bagi Execration untuk bisa menghadiri Boston Major tepat waktu.
Babak group stage Boston Major sendiri akan berlangsung pada tanggal 3 Desember 2016, dan Valve mengharuskan setiap tim untuk datang paling tidak dua hingga tiga hari sebelumnya.
Selain Execration, dua tim esports asal Tiongkok juga mengalami masalah visa. Namun LGD.FY dan iG.Vitality sedikit beruntung. Masing-masing dari mereka hanya perlu kehilangan dua pemain skuad utamanya karena penolakan visa dan masih bisa terbang ke Amerika Serikat untuk mengikuti Boston Major dengan pemain cadangan.
Bukan Masalah Baru
Apa yang dialami oleh Execration, LGD.FY, dan IG.V ini bukanlah hal mengejutkan. Beberapa tim esports memang kerap gagal menghadiri sebuah turnamen karena alasan visa, dan masalah visa ternyata tidak selalu dialami oleh tim dari Asia.
Pada The International 2016 kemarin, dua tim asal Filipina, yaitu Execration dan TNC Pro Team sempat mengalami hambatan mengenai visa yang ditolak oleh kedubes AS di Manila.
Namun pada akhirnya, setelah meminta bantuan ke Valve dan Senator Bam Aquino (salah satu orang yang memiliki kedudukan dan pengaruh dalam pemerintahan) yang juga seorang pro esports, kedua tim berhasil berangkat dan sampai di Seattle H-1 sebelum pertandingan Wild Card yang diikuti oleh Execration.
Menilik sedikit ke belakang sebelum The International 2016, kamu tentu dapat mengingat turnamen yang harus kehilangan dua tim undangan karena masalah visa, yaitu Nanyang Championship Season 2 pada tanggal 6 – 10 Juli 2016.
https://twitter.com/zai_2002/status/749337579485483008
Evil Geniuses terpaksa harus mencabut keikutsertaan mereka dari turnamen tersebut karena Syed “SumaiL” Hassan menerima penolakan atas visanya meskipun sudah tiga kali mengirimkan aplikasi dan dibantu oleh sang penyelenggara turnamen itu sendiri.
Tidak hanya EG, Fnatic juga harus undur diri dari Nanyang Championship Season 2 meskipun mereka menerima direct invite. Alasannya sama, menurut theScore esports Djardel “Dj” Mampusti mengalami masalah pada pengurusan visanya untuk masuk ke negara yang dikenal dengan sebutan Negeri Tirai Bambu itu.
Masalah visa juga dialami oleh Invictus Gaming yang ditolak mengunjungi Amerika Serikat untuk mengikuti turnamen Starladder i-League Season 2 pada 21 – 24 Juli 2016 lalu. Menurut halaman Facebook resmi iG, kedubes AS mengatakan bahwa permohonan iG untuk mengunjungi AS “tidak dapat dipercaya”. Karena hal ini iG digantikan oleh compLexity.
Dapatkah Visa P-1 Menjadi Solusi?
Pada penghujung bulan April 2016 kemarin, sebuah situs petisi dari pemerintah AS, We the People, mendapatkan petisi dari pengguna bernama K.C.
Ia meminta bahwa esports, apapun judulnya, harus dianggap sebagai cabang olahraga yang sah, yang kemudian berujung pada seluruh atletnya mampu menggunakan visa P-1 untuk mengunjungi AS.
Petisi tersebut ada karena kasus yang dialami oleh William “Leffen” Hjelte, pemain Super Smash Bros. Melee. Pada tahun 2015, Leffen terpaksa dideportasi dari AS karena menandatangani kontrak sponsor dari sebuah perusahaan Amerika.
Hal yang dilakukan oleh Leffen jelas tidak boleh dilakukan di bawah visa B-2 (turis). Jika Leffen memiliki visa P-1, maka masalah deportasi itu tidak akan terjadi. Jika B1/B2 adalah visa untuk pengunjung karena keperluan bisnis atau wisata, maka visa P1 diperuntukkan untuk atlet olahraga atau kelompok/individu yang bekerja di ranah hiburan.
Setelah sekitar satu bulan berlalu, pada tanggal 23 Mei 2016 petisi tersebut akhirnya mendapatkan 100.000 tanda tangan digital dan tim dari White House pun merespon. Mereka mengatakan bahwa sebenarnya, esports sudah dianggap oleh pemerintah AS sebagai sebuah cabang olahraga yang membutuhkan visa P-1 bagi para atletnya.
Sekadar klarifikasi, Leffen kemudian menerima visa P-1 di bulan Mei 2016 bahkan sebelum petisi tersebut mencapai 100.000 tanda tangan. Visa tersebut memungkinkan ia untuk menetap sementara di AS hingga bulan Juli guna menghadiri EVO 2016.
https://twitter.com/TSM_Leffen/status/727948178490859520
Dari pernyataan pemerintah AS dalam petisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap atlet esports sudah harus mulai mengurus visa P-1 untuk kedatangannya ke AS, tidak lagi menggunakan visa B-1/B-2. Bahkan, visa P-1A (salah satu anak kategori dari P-1) memungkinkan seorang atlet untuk menetap sementara di AS selama 5 – 10 tahun lamanya.
Dilansir dari pernyataan resmi compLexity, tiga pemain Dota 2 sebelum TI6 mereka, yaitu Rasmus “Chessie” Blomdin, Linus “Limmp” Blondin (ya, Chessie dan Limmp adalah kakak beradik), dan Simon “Handsken” Haag adalah pemain Dota 2 pertama yang memperoleh visa P-1.
Di luar Dota 2, compLexity pernah berhasil memberikan visa P-1A kepada pemain Counter-Strike: Global Offensive mereka, Rory “dephhh” Jackson.
Namun, jika melihat apa yang terjadi pada Execration rupanya membuat visa P-1 tidak semudah membalikkan telapak tangan. Di situs resmi USCIS, kamu dapat melihat bahwa baik Execration dan Valve dapat dengan mudah menyerahkan seluruh dokumen yang diminta.
Sayangnya, mungkin Execration kurang beruntung dan pihak USCIS terpaksa menunda persetujuan visa mereka dengan mengeluarkan surat RFE (Request for Evidence) yang berfungsi untuk meminta bukti tambahan kepada pihak terkait.
Hal yang USCIS lakukan tidaklah salah dan merupakan sesuatu yang wajar sebelum menerima kedatangan WNA ke negaranya. Hasilnya, Execration akan terlambat untuk menghadiri group stage dan membuatnya tidak bisa menjadi peserta Boston Major kali ini.
Lantas, bagaimana solusi untuk mencegah hal ini terjadi? Kembali lagi ke waktu. Menurut situs Immihelp, proses visa P-1 dapat berlangsung hingga delapan minggu lamanya. Jadi alangkah lebih baik jika memang aplikasi ini sudah berjalan sejak dua bulan sebelumnya.
Sisi baiknya, esports sudah menjadi sangat besar. Visa P-1 sudah mulai direkomendasikan oleh pemerintah AS kepada para atlet esports untuk mengunjungi AS. Ranah Dota 2 di Asia Tenggara juga sudah semakin besar. Dalam TI6, sudah terdapat tiga tim dari Asia Tenggara yang bertanding. Sebuah kemajuan dari TI5 yang hanya memiliki satu wakil saja, yaitu Fnatic.
Sumber gambar: Flickr Dota 2 The International