Player Sudah Lelah dengan Game yang Memiliki Durasi 100 Jam?
Selama beberapa tahun terakhir, industri game telah menyaksikan perubahan besar, terutama dalam hal preferensi gamer terhadap durasi game. Jika dulu game dengan durasi panjang dianggap sebagai standar kualitas yang baik, kini banyak pemain mulai merasa jenuh dan lelah dengan game yang membutuhkan waktu lebih dari 100 jam untuk diselesaikan.
Perkembangan Video Game dengan Durasi Panjang
Teknologi modern memungkinkan pengembang game untuk menciptakan dunia yang semakin luas dan kompleks. Mulai dari Skyrim hingga The Witcher 3: Wild Hunt, game dengan durasi panjang berhasil memikat banyak player dengan feel imersif yang ditawarkan. Namun, ternyata tidak sedikit juga yang merasa bahwa durasi panjang justru terasa sangat melelahkan.
Alasan utamanya? Karena kesibukan hidup. Sekarang ini kita hidup di yang era serba cepat, di mana waktu adalah salah satu sumber daya paling berharga. Banyak pemain merasa sulit untuk menginvestasikan puluhan hingga ratusan jam untuk memainkan satu game, terutama jika gameplay-nya terasa repetitif atau tidak menawarkan sesuatu yang baru di setiap sesinya.
Pendapat Will Shen, Mantan Developer Bethesda
Will Shen, mantan desainer game di Bethesda yang terkenal lewat karyanya di Skyrim dan Fallout 4, baru-baru ini mengungkapkan pendapatnya dalam sebuah wawancara di channel YouTube Kiwi Talks. Menurut Shen, tren game dengan durasi panjang memang sempat berjaya, tetapi kini terjadi pergeseran.
Dia juga menyebutkan bahwa game seperti Skyrim dan Fallout 4 adalah contoh utama yang mempopulerkan tren tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, gamer mulai mencari alternatif yang lebih ringan, terutama di tengah jadwal harian yang semakin padat.
Alasan Gamer Lelah dengan Game Panjang
Ada beberapa alasan mengapa game berdurasi panjang kini mulai kehilangan daya tariknya. Pertama, banyak gamer merasa bahwa game dengan durasi 30 hingga 100 jam sering kali dipenuhi dengan “padding” — konten tambahan yang tidak benar-benar menambah value bermain, sehingga membuat gamenya terasa membosankan setelah beberapa waktu.
Kedua, player kini lebih menghargai game dengan durasi pendek yang memiliki cerita kuat. Contohnya adalah game Mouthwashing, yang hanya membutuhkan waktu 2 hingga 3,5 jam untuk diselesaikan. Meski singkat, game ini berhasil mendapatkan respons positif berkat narasinya yang menarik.
Ketiga, munculnya game indie yang mengutamakan kualitas cerita dibandingkan kuantitas konten turut memengaruhi perubahan preferensi ini. Apalagi dengan harga yang lebih terjangkau, game-game ini menawarkan game unik tanpa memakan banyak waktu pemain.
Selain itu, layanan streaming seperti Xbox Game Pass dan PlayStation Plus juga mendorong player untuk mencoba berbagai game dalam waktu singkat, dibandingkan menghabiskan waktu lama pada satu judul saja.
Bagi para pengembang, perubahan ini adalah peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, mereka harus mampu menciptakan game yang menawarkan pengalaman mendalam tanpa harus mengorbankan durasi. Di sisi lain, mereka juga perlu memahami bahwa tidak semua gamer memiliki kebutuhan yang sama. Beberapa pemain mungkin tetap menikmati game dengan durasi panjang, tetapi mayoritas mulai beralih ke pengalaman yang lebih singkat dan langsung.
Lalu, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu masih menikmati game dengan durasi 100 jam, atau lebih memilih game singkat yang bisa selesai dalam satu atau dua hari? Yang jelas, preferensi ini akan terus berubah seiring dengan dinamika gaya hidup modern.
Sumber: Gamebrott