Berita

Pemain Indonesia Finis Empat Besar di Kejuaraan Tetris Dunia

Gamer Indonesia sebenarnya tidak hanya bisa berprestasi di game esports mainstream saja. Banyak pemain Indonesia yang juga bertanding dan meraih prestasi di turnamen game lain yang mungkin jarang kamu dengar. Salah satunya adalah Nenu yang finis sebagai empat besar di Classic Tetris World Championship 2020.

Sesuai namanya, Classic Tetris World Championship 2020 adalah kejuaraan dunia untuk game Classic Tetris. Sejatinya, turnamen ini setiap tahun diadakan di Amerika dalam sebuah pameran game retro. Tapi akibat pandemi Covid-19, turnamen ini harus diadakan secara online. Karena diadakan secara online, pemain lain dari seluruh dunia jadi mendapatkan kesempatan untuk ikut serta, salah satunya adalah Nenu dari Indonesia.

Nenu sendiri sebenarnya salah satu langganan di ranah kompetitif Classic Tetris. Ia sering mengikuti turnamen online Classic Tetris bulanan, dan bahkan beberapa kali mendapatkan finis yang cukup tinggi. Tapi mungkin tidak banyak yang menyangka ia bisa bertanding di kejuaraan dunia dan finis lebih baik dari pemain-pemain veteran.

Turnamen ini sendiri terbilang cukup unik dan bisa dianggap sebagai awal generasi baru pemain Classic Tetris. Pasalnya selain Nenu, rata-rata usia pemain yang bertanding di babak delapan besar terbilang sangat muda. Selain itu lebih dari setengahnya juga merupakan nama baru. Satu-satunya nama yang mungkin dikenal banyak orang adalah juara bertahan dua kali berturut-turut Joseph Saelee. Nama veteran seperti Jonas Neubauer dan Koryan gugur lebih awal dari turnamen.

Menurut penyelenggara, ada cerita yang menarik tentang perjalanan Nenu di babak delapan besar. Di tengah pertandingan empat besar/semifinal, rumahnya mengalami mati listrik/mati lampu. Ia harus bergegas ke rumah teman untuk melanjutkan pertandingan. Perlu diingat bahwa turnamen ini menggunakan Classic Tetris asli. Artinya ia harus membawa console jadul NES (dan mungkin beserta TV jadul) ke rumah temannya tersebut.

Pada akhirnya, Nenu kalah menghadapi Pixelandy yang berusia 15 tahun. Tapi Pixelandy juga tumbang di final menghadapi adiknya sendiri, Dog, yang baru berusia 13 tahun. Menariknya, Dog sendiri diceritakan baru bermain Classic Tetris dalam waktu yang belum terlalu lama.


Terlepas dari itu, selamat untuk Nenu. Setelah sekian lama bertanding di turnamen online bulanan, ia akhirnya bisa bertanding di kancah dunia meskipun tidak keluar sebagai juara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *