Cara Developer Game Merayu Pemain Mengeluarkan Uang
Sekarang ini, ada sangat banyak game yang menyertakan microtransaction alias transaksi in-game. Transaksi yang kami maksud juga bukan karakter RPG membeli senjata menggunakan Gold yang dijatuhkan monster. Yang kami maksud adalah membeli mata uang premium untuk konten yang dijual oleh developer. Contohnya adalah skin di Fortnite, mata uang untuk gacha roll di semua game gacha, atau sekedar mengisi stamina untuk farming material.
Toko dan transaksi in-game ini biasanya ditemui di game gratis, mulai dari game esports seperti MOBA dan FPS, hingga game gacha. Kenapa transaksi in-game ini ada karena setiap developer perlu monetisasi alias cara mendapatkan uang agar game-nya terus bertahan. Namun belakangan ini bahkan game berbayar pun punya in-game store dengan dalih yang sama.
Ketika menyertakan in-game store, developer tentu saja ingin pemainnya mengeluarkan uang. Tidak hanya itu, developer ingin pemainnya terus mengeluarkan uang paling tidak dalam nominal yang sama atau lebih bagus lagi kalau nominalnya lebih besar. Karena itu developer mendesain banyak aspek dalam in-game store mereka sedemikian mungkin agar kamu sebagai pemain tergoda untuk belanja. Trik desain yang diimplementasikan juga sebenarnya menarik karena bisa menggoda pemain tanpa mereka sadari sama sekali.
1. Transaksi Pertama Sangat Penting, Juga Mudah dan Murah

Salah satu dinding pertama yang akan selalu menghalangi pemain untuk melakukan transaksi adalah harga yang terlalu tinggi dan metode pembayaran yang sulit diakses. Penghalang ini dulu sangat kentara karena harga transaksi dalam game masih dalam mata uang asing. Sementara untuk melakukan transaksi kamu biasanya harus punya kartu kredit, sesuatu yang tidak dimiliki banyak orang terutama di Indonesia.
Seiring perkembangan zaman, opsi metode pembayaran digital sekarang makin banyak dan bisa diakses semua orang. Lalu untuk masalah harga, developer biasanya akan sangat bermurah hati dan menawarkan transaksi yang tidak hanya sangat murah tapi juga cukup menggiurkan dari segi value.
Kalau kamu misalnya main game gacha, kamu pasti pernah atau bahkan sering disambut dengan trik ini. Ketika baru mulai bermain, kamu mungkin akan ditawarkan bundle atau paket pemula. Harganya sangat murah seperti hanya US$1 atau Rp16.000, dan isinya cukup banyak. Developer juga menekankan value ini dengan mencantumkan teks seperti “800% Value” atau “Best for Beginners”. Karena murah dan menguntungkan, kamu mungkin akan berpikir “ah cuma segini, harusnya ga masalah” dan membeli bundle tersebut.
Tawaran pertama yang murah ini adalah salah satu trik yang sengaja didesain developer. Ketika pemain sudah tergoda untuk melakukan transaksi pertama, maka mereka lebih mudah dirayu untuk melakukan transaksi berikutnya. Beberapa developer bahkan memberikan tawaran bundle khusus secara berkala dengan harga yang perlahan terus naik. Beberapa pemain pun bisa terbuai dengan tawaran ini. Metode penawaran yang sudah dikunci juga membuat proses transaksi juga bisa selesai hanya dengan satu klik saja, jadi insiden “khilaf” akan lebih sering terjadi.
2. Mata Uang Premium Menghilangkan “Beban” Transaksi

Semua game yang menyertakan transaksi in-game selalu menyertakan mata uang buatan mereka sendiri. Apapun namanya (Diamond, Jade, Shard, dan seterusnya), ketika kamu akan melakukan transaksi, kamu akan diminta membayar dengan mata uang ini. Untuk mendapatkan mata uang ini kamu tentunya harus membeli dengan Rupiah atau uang sungguhan.
Salah satu alasan kenapa mata uang ini dibuat adalah untuk menghilangkan keraguan pemain ketika melakukan transaksi in-game.
Ketika akan membeli barang, mungkin akan membandingkan harga barang tersebut dengan hal lain yang mungkin lebih penting. Misal kamu melihat baju bagus di sebuah toko. Ketika melihat harganya, kamu mungkin akan memikirkan berapa porsi makanan yang bisa kamu beli dengan harga tersebut. Kalau ternyata terlalu mahal atau kamu butuh uang untuk makan, kamu mungkin akan berpikir dua kali untuk membeli. Singkatnya, ada resistensi atau beban ketika berniat melakukan transaksi.
Nah, mata uang bohongan dalam game hadir untuk mengurangi atau menghilangkan resistensi tersebut. Harapannya adalah, karena kamu akan melakukan transaksi menggunakan Diamond, kamu tidak akan membandingkan transaksi tersebut jika digunakan untuk keperluan lain. Memang, kamu sebenarnya tetap bisa menghitung berapa rupiah nilai dari setiap Diamond yang kamu miliki. Namun ketika melakukan transaksi, rata-rata pemain tidak akan peduli dengan hitungan tersebut, entah karena malas dan/atau hitungannya tidak sederhana. Karena ketika Diamond-nya sudah terbeli, beban pemain untuk mengeluarkan uang sudah hilang.
3. Top-Up Dan Harga Beli Tidak Pernah Cocok

Menyambung poin di atas, beberapa game juga sengaja menjual mata uang premiumnya dalam nominal aneh. Misalnya di game seperti Genshin Impact, mata uang premiumnya yaitu Genesis Crystal dibeli dalam opsi nominal 60, 330, 1090, 2240, 3880, dan 8080. Ini sekali lagi membuat konversinya ke Rupiah jadi lebih sulit dihitung, membuat rata-rata pemain tidak akan mau repot menghitung.
Triknya tidak berhenti di situ saja. Developer juga umumnya menjual konten in-game dengan harga yang “tidak cocok” dengan jumlah mata uang yang dijual. Kembali ke Genshin Impact misalnya, harga untuk gacha pull adalah 160 Primogem per sekali pull, atau 1600 per 10 kali. Kemudian skin karakter dijual dengan harga 1680 atau 2480 Primogem. Kalau dibandingkan, harga tersebut tidak cocok dengan nomimal top-up yang bisa kamu dapatkan. Artinya setelah digunakan, Crystal yang kamu beli akan selalu bersisa.
Mata uang sisa ini adalah “benih” yang bisa digunakan untuk merayumu melakukan transaksi berikutnya. Misal suatu hari kamu membuka toko in-game dan melihat konten yang menarik. Kamu melihat harganya dan ternyata sisa mata uang Premium yang kamu pegang hampir cukup membeli konten tersebut. Kalau tergoda, kamu mungkin akan berpikir untuk top-up sekali lagi agar bisa membeli satu konten tersebut. Hanya saja dari situ kamu mungkin masih akan menyisakan sedikit mata uang untuk digunakan ke depannya, dan kamu terperangkap di siklus yang tidak ada habisnya.
4. Barang Bagus Tapi Durasi Terbatas

Satu lagi trik yang sering dilakukan developer untuk merayu pemainnya mengeluarkan uang adalah dengan memanfaatkan waktu dan kelangkaan buatan.
Developer bisa memperkenalkan konten baru yang bisa dibeli oleh pemain. Namun konten tersebut hanya tersedia dalam batas waktu tertentu. Jika tidak, harganya mungkin naik atau kamu akan makin sulit mendapatkannya setelah batas waktu tersebut. Atau kamu bahkan tidak akan bisa mendapatkan konten tersebut kecuali developer mau merilis ulang.
Batas waktu dan kelangkaan buatan ini akan memberikan tekanan ke pemain untuk mendapatkan karakter tersebut segera. Kalau ternyata tidak punya mata uang premium yang cukup, sang pemain bisa merasa terpaksa menggunakan rupiah.
5. Marketing Dan Paksaan Tidak Langsung

Terakhir, developer juga secara langsung menggodamu untuk membeli konten baru yang dirilis. Berbagai macam materi promosi mulai dari pengumuman di media sosial, reminder dalam game, hingga video dan foto-foto promosi. Game gacha buatan Hoyoverse seperti Genshin Impact adalah salah satu contoh perusahaan yang cukup agresif mempromosikan karakter barunya. Setiap ada karakter baru, Hoyoverse akan merilis minimal tiga video untuk mempromosikan karakter tersebut. Ini belum menghitung video lain yang juga menyertakan karakter yang sama seperti promosi event/patch atau cut-scene.
Ini juga belum menghitung pengaruh influencer yang secara langsung atau tidak mempromosikan konten baru tersebut. Beberapa influencer ini ada yang dibayar, tapi ada juga yang memang penggemar berat yang melakukannya secara sukarela. Kalau kamu main game gacha, kamu pasti sering menemui video seperti panduan/build atau opini mengenai karakter baru yang akan rilis. Semuanya bisa meyakinkan pemain untuk membeli karakter baru tersebut.
Satu lagi metode yang bisa dibilang jahat adalah jika developernya secara tidak langsung memaksa pemainnya mendapatkan konten baru tersebut. Contohnya developer merilis karakter yang sangat kuat atau mekanisme unik. Lalu di saat yang sama developer juga merilis konten, event, atau tantangan yang hanya bisa “dinikmati” jika kamu punya karakter baru tersebut. “Dinikmati” di sini bisa berarti karakter tersebut bisa menyelesaikan tantangannya dengan jauh lebih mudah. Atau sebaliknya karakter lain akan sangat kesulitan menjajal konten, event, atau tantangan baru yang dihadirkan. Untungnya, karena tergolong jahat dan akan menimbulkan reaksi negatif dari pemain, metode ini jarang ditemui.
Mayoritas metode di atas adalah hal yang sudah sangat sering ditemui di game yang punya in-game store. Tidak hanya itu, suka atau tidak, metode di atas cukup efektif untuk merayu pemain agar mau mengeluarkan uang. Selama pemain terus sukarela menghabiskan uang mereka untuk transaksi ini, developer pasti akan terus menggunakan metode-metode di atas. Karena itu kamu sebagai pemain harus lebih mawas diri ketika bermain game yang punya in-game store.
Mengeluarkan uang untuk bisa mendapatkan waifu favorit bukanlah sesuatu yang harus diatur oleh siapapun. Namun kami berharap kamu bertanggung jawab. Pastikan uang yang kamu gunakan bukan untuk hal yang lebih penting, dan jika kamu merasa mulai terjerumus, coba berhenti bermain paling tidak selama beberapa saat.