Meskipun Hadiahnya Kecil, The International 2023 Tetap Ramai Ditonton
Akhir bulan Oktober lalu, turnamen tahunan terbesar Dota 2 yaitu The International 2023 selesai digelar. Team Spirit keluar sebagai juara lewat performa gemilang sepanjang turnamen. Ini juga menjadikan mereka tim kedua yang bisa menjadi tim Dota 2 terbaik di dunia setelah OG.
Meskipun berlangsung dengan cukup baik, ada satu catatan pahit yang menandai The International 2023 ini. Turnamen yang dikenal dengan hadiah bombastis tersebut sekarang hanya punya total prizepool sebesar US$3,2 juta atau sekitar Rp50 miliar. Kalau harus dibandingkan, total tersebut lebih kecil dari apa yang dimenangkan Team Secret sebagai juara ketiga di The International 2021 yaitu US$3,6 juta.
Menurunnya prizepool The International memang bukan hal yang baru terjadi sekarang. Prizepool turnamen yang sama di tahun 2022 lalu juga sebenarnya sudah mulai turun. Namun minimnya konten Battle Pass yang merupakan ‘biang keladi’ angka prizepool The International membuat banyak pemain yang enggan menggelontorkan uang untuk Battle Pass. Karena yang beli tidak banyak, hadiah turnamen pun jadi sedikit.
Lantas, kalau pemain yang berkontribusi jadi berkurang, apakah itu berarti yang menonton The International juga merosot? Apakah ini akan menjadi awal dari matinya Dota 2 sebagai esports dan The International sebagai turnamen paling bergengsi? Tidak juga.
Kalau melihat angka di situs Esports Charts, The International 2023 ditonton selama total 65 juta jam dengan rata-rata jumlah penonton 541.240. Sebagai perbandingan, The International 2022 ditonton selama total 67 juta jam dengan rata-rata jumlah penonton 563.713 orang.
Dari perbandingan tersebut, bisa dilihat bahwa meskipun menurun, angka penonton The International 2023 masih tergolong sangat banyak. Meskipun mungkin tidak lagi berkontribusi ke prizepool, penggemar esports Dota 2 tetap menyaksikan tim-tim terbaik di game favorit mereka.
Tentu saja ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap angka ini, entah itu secara positif atau negatif. Satu faktor pembeda terbesar adalah The International 2022 diadakan di Singapura, sementara The International 2023 diadakan di Amerika Serikat. Ini tentunya mempengaruhi jam berapa turnamennya disiarkan. The International 2022 punya jam yang lebih ramah untuk Asia Tenggara, sementara The International 2023 lebih ramah untuk Eropa. Terlepas dari itu, angka penonton The International 2023 masih tergolong tinggi meskipun hadiahnya menurun drastis.
Ini tentu jadi bukti bahwa total hadiah tidak menentukan seberapa populer sebuah turnamen esports. Faktor yang paling menentukan tentu saja seberapa populer game itu sendiri sebagai esports. Toh selama 10 tahun terakhir League of Legends tetap ramai ditonton meskipun kejuaraan dunianya tidak punya hadiah sebesar The International. Begitu juga dengan turnamen game fighting EVO 2023 yang hadiahnya tidak seberapa tapi tahun ini justru memecahkan rekor baru.
Pertanyaan yang lebih penting justru apa yang akan terjadi di musim berikutnya. Memang, esports Dota 2 sepertinya akan tetap berlanjut di musim depan. Hanya saja tidak ada yang tahu seperti apa bentuknya. Masalahnya, Valve memutuskan untuk meniadakan Dota Pro Circuit yang meregulasi esports Dota 2 selama beberapa musim terakhir.
Bentuk baru esports Dota 2 di musim depan tentu saja akan menentukan seberapa populer game ini sebagai esports nanti. Kalau tidak menjanjikan, tim-tim yang saat ini sedang meraba-raba dan mengamati dari jauh akan angkat kaki dari game ini.