VALORANT

Lima Strategi Unik di Kompetisi VALORANT Sejauh Ini

Tahun 2022 merupakan tahun penting untuk scene kompetitif VALORANT. Selain menyajikan sejumlah turnamen di beberapa wilayah, kita juga telah menyaksikan penyelenggaraan dua turnamen major, Masters Reykjavik dan Masters Copenhagen. Turnamen yang terakhir disebut bisa dibilang spesial karena untuk pertama kalinya sejak pandemi penonton bisa menyaksikan langsung pertandingan yang berjalan.

Berakhirnya Last Chance Qualifier menandakan bahwa semakin dekatnya turnamen VALORANT terbesar tahun ini, Champions Istanbul. Sebelum beranjak ke sana, ada baiknya kita melihat momen-momen yang telah terjadi di sepanjang tahun. Momen yang kami maksud adalah strategi unik yang dijalankan oleh sejumlah tim di seluruh. Mereka menolak menjalankan meta ang ada dan menunjukkan gaya permainannya sendiri.

Berikut adalah sejumlah strategi unik yang terjadi di turnamen VALORANT sejauh ini.

MengYoru di Bind

Kita mulai dari strategi yang dijalankan oleh tim yang kini menjadi favorit banyak penggemar, Paper Rex (PRX). Tim yang membanggakan wilayah APAC ini memang terkenal sebagai tim yang memiliki gaya permainan yang agresif dan eksentrik. Salah satu strategi unik mereka adalah menggunakan Yoru di Bind.

Yoru bisa dibilang Agent Duelist yang jarang atau bahkan tidak pernah dipakai oleh pemain profesional di kancah internasional. Namun, di tangan seorang f0rsakeN, Yoru menjadi Agent yang menakutkan di Bind. Kalian bisa tanya apa yang dirasakan oleh G2 Esports dan FNATIC ketika f0rsakeN berhasil mengobrak-abrik strategi mereka dengan teleportasi milik Yoru.

Walau terlihat seru untuk ditonton, strategi menggunakan Yoru di Bind tidak selalu berhasil. DRX dan FunPlus Phoenix (FPX) menjadi contoh tim yang berhasil meredam f0rsakeN ketika menggunakan Duelist tersebut. Akan tetapi, jika ada tim yang masih berani menggunakan Yoru di Bind, maka PRX adalah satu-satunya tim yang akan melakukannya. Saat ini sejumlah tim, termasuk PRX dan FPX, juga pernah mencoba menggunakan Yoru di Breeze.

Membeli Light Shield di setiap ronde

https://www.youtube.com/watch?v=O5Ka2Iji3cM&t=915s

Strategi unik yang dijalankan oleh NRG ini sudah kami bahas secara merinci di sebuah artikel, tetapi kami tetap memasukkannya karena ini adalah sebuah taktik ekonomi yang mungkin sering terlewat. Inti dari strategi ini adalah membeli Light Shield di setiap ronde meski sebenarnya semua pemain punya kredit yang cukup untuk membeli Heavy Shield. 

Strategi penghematan ini dapat membuat sebuah tim membeli senjata yang bagus seperti Phantom dan Vandal walau sebenarnya mereka berada di ronde eco. Taktik ini bisa berjalan mulus apabila kalian tahu bahwa semua anggota tim musuh menggunakan Vandal. Sayangnya, ketika menjalankan strategi ini, NRG gagal memenangkan pertandingan ketika melawan Ghost Gaming.

Tanpa Duelist di Ascent

Strategi ini juga pernah kami singgung dalam sebuah artikel tersendiri. Seperti yang sudah kalian ketahui, banyak tim profesional yang kini sudah meninggalkan Agent Duelist. Akan tetapi, map yang sering menggunakan strategi ini adalah Icebox, di mana jalan masuk ke kedua site cukup lebar. Untuk map lain, kami tetap percaya bahwa Duelist masih tetap diperlukan untuk melakukan entry.

Namun, di sepanjang turnamen VALORANT 2022, banyak tim yang juga menerapkan strategi tanpa Duelist di map Ascent. Untuk menutupi ketidakadaan Duelist, sebuah tim biasanya akan menggunakan kombinasi dua Initiator, yaitu Fade dan juga KAY/O. Kedua Agent tersebut sudah lebih dari cukup untuk membersihkan area dan membantu tim untuk melakukan entry.

https://www.youtube.com/watch?v=3Dz6IF8tuW8&t=444s

Seperti halnya strategi lain, taktik tanpa Duelist di Ascent ini tidak selamanya berhasil. Paling menonjol adalah gagalnya 100 Thieves dalam memenangkan sebuah ronde ketika menjadi attacker. Ketika berhadapan dengan FaZe Clan di LCQ NA kemarin, mereka mencatatkan nol kemenangan ketika berpindah posisi. Namun, ketika strategi ini berhasil diterapkan, peran Duelist semakin terlihat terpojokkan.

Phoenix akhirnya muncul

Setelah sekian lama, akhirnya Phoenix muncul juga di turnamen VALORANT. Pernah menjadi primadona di awal-awal perilisan game, Phoenix kini kian tersisih dari Duelist lainnya. Riot Games belum lama ini memberikan sedikit buff kepada Agent tersebut, namun tetap saja masih belum ada tim profesional yang mau memilihnya. Tapi, semua itu berubah ketika fragger handal dari Team Liquid, ScreaM, memilihnya sebagai Duelist di Ascent.

Di tangan ScreaM, Phoenix seperti terlahir kembali. Flash miliknya yang sekarang lebih cepat meledak terlihat efektif digunukan di area-area sempit Ascent. Ultimate Phoenix mampu memaksimalkan insting memburu dari ScreaM. Hasilnya, Phoenix berkontribusi dalam kemenangan Team Liquid atas M3 Champions (eks Gambit Esports) di Ascent pada final LCQ EMEA yang lalu.

Selain Team Liquid, Evil Geniuses (EG) dan FaZe Clan juga sempat mencoba jasa Phoenix di Ascent. Boostio, pemain EG, bahkan mencatatkan KDA 31/29/9 ketika menggunakan Duelist. Sayang kedua tim tak mampu memetik kemenang di masing-masing kesempatan. Namun, dengan keberhasil ScreaM menggunakan Phoenix di LCQ, kita bisa berekspektasi bahwa Team Liquid akan menggunakan strategi ini di Champions Istanbul nanti.

Breach di Breeze dan tanpa Viper!?

Diawali dengan PRX dan diakhiri juga dengan PRX. Ya, strategi unik terakhir ini lagi-lagi digunakan oleh tim yang menjadi runner-up pada Masters Copenhagen. Seperti yang kita sering lihat di scene kompetitif VALORANT, ketika bermain di Breeze, Viper adalah Agent penting yang selalu dipilih di map ini. Akan tetapi, komposisi Agent yang dipilih PRX kali ini sangat unik dan berani, karena digunakan di map terakhir pada babak Grand Final Masters Copenhagen.

Pertama, mereka membuang Viper jauh-jauh dan menggantinya dengan Astra. Kedua, mereka tetap menerapkan gaya bermain agresif dengan memilih dua Duelist, yaitu Yoru dan Neon. Ketiga, mereka mengganti Sova dengan Fade sebagai Initiator utama. Terakhir dan paling unik di antara semuanya, PRX membawa Breach di Breeze.

Jangan salah, Breach adalah salah satu Initiator terbaik saat ini. Dia punya flash yang menyebalkan, begitu juga dengan Ultimate serta kemampuan Signature-nya. Namun, untuk map selebar Breeze, kemampuan tersebut bisa dibilang kurang efektif jika digunakan. 

Kita sempat diperlihat dengan sejumlah strategi menarik dengan komposisi ini, baik ketika menjadi defender maupun attacker. Awalnya, strategi tersebut berjalan dengan mulus dan terlihat menyakinkan. Sayangnya, semua itu dihancurkan dengan adaptasi yang dilakukan oleh FPX serta permainan gila dari Suygetsu. Meski gagal, kami yakin PRX akan melakukan hal serupa di Champions Istanbul 2022 mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *