Shroud di Sentinels: Jadi Penyelamat atau Justru Malapetaka?
Dari dulu hingga saat ini, penggemar VALORANT hampir selalu punya ekspektasi besar ketika melihat Sentinels bertanding. Namun, jika dulu ekspektasi tersebut diberikan karena dominasi mereka di scene kompetitif, kini semua mata tertuju ke tim asal Amerika Utara itu karena hadirnya satu pemain legendaris. Ya, pemain itu bernama Michael “shroud” Grzesiek.
Setelah pensiun dari kompetisi Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO), shroud mulai fokus ke karirnya sebagai seorang streamer. Pemain kelahiran 1994 ini dielu-elukan sebagai dewanya game-game FPS. Tak hanya jago bermain CS:GO, shroud juga mampu menampilkan kemampuan dan bidikan tajamnya di game lain seperti PUBG, Apex Legends, hingga VALORANT.
Penggemarnya tentu rindu melihat sang idola tampil kembali di panggung profesional. Akan tetapi, kami rasa tidak banyak orang yang menyangka bahwa shroud akan memilih Sentinels sebagai tim pertamanya setelah pensiun. Ada alasan mengapa kami berpikir demikian.
Kami tetap menganggap Sentinels sebagai salah satu tim yang menarik untuk ditonton, namun kami tidak setuju jika masih ada yang menganggap mereka sebagai salah satu tim terbaik di dunia. Ya, mereka memang punya pemain bintang seperti TenZ, tetapi melihat perkembangan mereka setelah memenangkan turnamen internasional pertama VALORANT, kalian tentu akan memiliki pemikiran yang sama dengan kami.
Dibanding dengan tim lain, paling tidak di wilayah yang sama, strategi yang diterapkan oleh Sentinels bisa dibilang cukup tertinggal. Komposisi Agent mereka tidak menyesuaikan meta yang ada, terlalu mengandalkan satu pemain, dan lain sebagainya. Ditambah dengan adanya rumor mengenai kurangnya scrim yang dilakukan oleh Sentinels, membuat tim ini dianggap tak memperdulikan lagi turnamen VALORANT.
Berkaca dari sana, tak sedikit orang yang bertanya-tanya apa yang bisa dilakukan oleh “si tua” shroud untuk membangunkan raja yang tertidur bernama Sentinels.
Peran shroud di Sentinels
Mesti terlihat bermain ngawur setelah mendapat gelar juara, Sentinels bukan tanpa perubahan. Mereka mencoba mengubah sedikit roster mereka dengan membangku cadangkan zombs dan mendatangkan Kanpeki sebagai penggantinya serta mengontrak Rawkus secara permanen sebagai pelatih mereka. Sayangnya, perubahan itu tidak berjalan sukses. Di turnamen terakhir mereka, Sentinels tidak mampu memenangkan satu pertandingan pun.
Untuk menghadapi VCT NA LCQ, Sentinels kembali merombak pemainnya. Kanpeki yang baru bermain di satu turnamen dicadangkan, begitu juga dengan SicK yang sempat punya masalah keluarga. Selain shroud, mereka turut mendatangkan Zellsis dari Version1. Tak hanya itu, sejumlah analis permainan didatangkan pula oleh Sentinels. Lalu, bagaimana pembagian Agent setelah perubahan tersebut?
Melihat dari rekaman scrim melawan Faze yang di-streaming secara “tidak sengaja” oleh TenZ, kita bisa menerka-nerka strategi baru yang bakal diterapkan oleh Sentinels. ShahZam dan dapr menggunakan Agent Initiator yaitu Fade dan KAY/Ol, TenZ akhirnya menggunakan Chamber, Zellsis menjadi Raze, dan shroud menggunakan Astra.
Melihat komposisi tersebut, ShahZam sepertinya masih akan menjadi Initiator utama di Sentinels. Apabila menggunakan dua Initiator, maka dapr atau Zellsis yang kemungkinan mengisi posisi itu. Dapr sendiri bisa dipindah untuk bermain Agent Sentinel atau Controller. Peran Chamber nampaknya akan dipercayakan kepada Tenz, sementara Duelist bisa diserahkan kepada Zellsis atau keduanya bisa bergantian.
Menjadikan shroud sebagai Controller tim menurut kami adalah keputusan yang tepat dan terbaik. Setelah mencadangkan zombs, SicK sempat mengisi posisi tersebut. Namun, menjadikan SicK sebagai Controller adalah hal yang mubazir. SicK, yang merupakan pemain paling konsisten di Sentinels, memiliki kemampuan mekanik yang baik dan sangat disayangkan jika dirinya ditempatkan di lini belakang.
Dengan pengalaman yang dimiliki oleh shroud, disertai dengan level game sense tingkat atas, Controller tentu Agent terbaik untuk dirinya. Meski sudah kurang lebih empat tahun absen dari dunia kompetisi, akurasi tembakan dari shroud tidak boleh diremehkan. Dengan kombinasi tersebut, shroud bisa menjadi jangkar tim yang kuat. Masalah fragging, yang sempat menimpa zombs, kemungkinan bisa diatasi oleh shroud.
Tetap sediakan stok Copium dan Hopium
Tidak ada bukti yang pasti apakah shroud mampu membawa Sentinels kembali ke masa jayanya. Kita hanya bisa melihat sekilas scrim yang dilakukan oleh mereka dan konten streaming roster bukanlah acuan yang baik. Tim-tim yang bertanding di VCT NA LCQ juga harus diperhitungkan.
The Guard, lawan pertama Sentinels, tetap menjadi tim unggulan. Perubahan roster yang dilakukan NRG dan 100 Thieves terlihat cukup menjanjikan di Stage 2 yang lalu. Tim-tim “veteran” seperti FaZe Clan, Cloud9, dan Shopify Rebellion (sebelumnya Luminosity Gaming) juga tidak boleh dipandang sebelah mata. Terakhir, ada tim yang sedang naik daun, Evil Geniuses, yang bisa saja menjegal jalan dari Sentinels.
Pada akhirnya, para penggemar hanya bisa berharap dan sisanya menyaksikan apakah hadirnya shroud bisa menjadi perubahan terbaik bagi Sentinels. VCT NA LCQ dapat menjadi turnamen profesional pertama dan terakhir pria asal Kanada tersebut di VALORANT. Karenanya, kami merekomendasikan kepada kalian untuk menyediakan sebanyak-banyaknya stok Copium dan Hopium.