Benarkah VALORANT Punya Skin P2W?
Seperti halnya game lain, skin sepertinya sudah menjadi bagian dari VALORANT. Hampir setiap bulan, Riot Games selaku pengembang game selalu mengeluarkan skin baru yang dibeli oleh pemain. Dan sama seperti game kompetitif yang menjual skin, ada perdebatan mengenai skin tertentu membuat VALORANT menjadi game pay to win (P2W). Benarkah begitu?
Sejarah teori skin P2W
Sebelum kita masuk ke topik utama, ada baiknya kita tarik dulu sejarah dari teori skin P2W yang ada di dalam game. Tak perlu jauh-jauh, kita lihat saja dari game buatan Riot lainnya, League of Legends (LoL). Sama seperti game lainnya, LoL punya segudang skin yang bisa dibeli oleh pemain.
Dengan banyaknya skin yang tersedia, beberapa di antaranya disebut memberikan keuntungan bagi pemain yang memilikinya. Karena hal tersebut, sejumlah skin bahkan di-ban di turnamen profesional. Contoh skin yang dianggap P2W adalah Arcade Sona, Santa Gragas, iBlitzcrank, Elementalist Lux, dan Project Ashe.
Mengapa skin-skin di atas dianggap P2W? Selain dapat menimbulkan bug yang menyebalkan, perbedaan visual, hitbox, suara, dan animasi bisa memberikan keuntungan bagi para pemain. Skin iBlitzcrank misalnya, di mana visual tali kemampuan Q milik Champions ini jadi sulit untuk dilihat oleh lawannya, membuatnya susah untuk dihindari.
Skin senjata di VALORANT
Lalu, bagaimana dengan skin di VALORANT? Sejauh ini ada dua tipe skin yang dikeluarkan oleh Riot, yaitu skin secara visual saja dan skin dengan efek tertentu. Untuk tipe kedua, efek yang diberikan bisa dari suara dan animasi yang unik. Bagi sejumlah pemain, efek yang diberikan oleh skin tersebut membuat VALORANT menjadi “game P2W”.
Salah satu skin yang dianggap skin P2W adalah Prime Vandal. Di komunitas VALORANT, banyak yang mengaku bisa bermain lebih baik ketika menggunakan skin ini. Meski punya efek unik, tampilan dari Prime Vandal dianggap tidak terlalu mengganggu atau clean. Mengendalikan recoil ketika menggunakan skin ini juga disebut lebih mudah karena animasi tembakannya yang gampang untuk dilihat.
Pemain profesional pun turut berbicara. Shahzam, pemain dari Sentinel, merasa pemain yang menggunakan skin Arcane Sheriff menembak lebih cepat karena animasinya. Streamer dari T1, Grim, dan juga ethos dari NRG menyebut bahwa efek suara dari sejumlah skin memberikan sensasi yang berbeda ketika menggunakan senjata dan membuat mereka bermain lebih baik.
Meski terkesan demikian, sampai saat ini skin VALORANT belum benar terbukti sebagai skin P2W. Alasannya adalah skin hanya bisa menambahkan efek audiovisual saja sementara statistik senjata tetaplah sama. Penggunaan senjata yang terasa lebih mudah dengan skin tertentu bisa dibilang hanya placebo effect.
Walau begitu, tidak bisa dipungkiri memang jika ada pemain yang nyaman bermain dengan skin tertentu. Hal ini sangat wajar dan subjektif. Namun, bukan berarti kenyamanan dan “kemudahan” yang dirasakan tersebut membuat VALORANT menjadi game P2W.