Melondoto, Caster yang Sempat Jual Motor untuk Bisa Berkarir di Esports
Siapa sih yang tidak kenal Melon? Ups, maksudnya bukan buah, namun seorang pria asal Malang bernama lengkap Gisma Priayudha Assyidiq, atau yang lebih familier dengan sebutan Melon atau Melondoto.
Saat ini, rasanya hampir semua orang mengenal sosok Melon, seorang caster Dota 2 dengan ciri khasnya yang menghibur. Namun tahukah kamu kalau perjalanan seorang Melon hingga ia menjadi terkenal saat ini penuh dengan kerja keras dan pengorbanan?
Setelah mendengar kisahnya secara langsung, saya memutuskan untuk menuliskan perjuangannya sehingga kamu bisa memetik satu dua disiplin yang Melon lakukan agar dirinya bisa bertahan di industri esports, dikenal banyak orang, hingga kini menjadi caster sekaligus CCO di RevivalTV.
Tidak Lepas dari “Kritik” Banyak Orang
Gisma, atau yang lebih kerap dikenal sebagai sebutan Melon, mulai menunjukkan ketertarikannya ke esports dengan menyemplungkan diri sebagai seorang tournament organizer di Malang pada sekitar tahun 2012.
Meskipun akhirnya ia sudah cukup dikenal berkat mengadakan turnamen untuk Digital Alliance yang digandeng oleh Komunitas Warnet Indonesia (KWI), namun rupanya ketertarikan pemain Dota 2 di Malang untuk “serius” masih minim.
“Akhirnya capek sendiri. Kemudian saya mencoba mencari jalan lain untuk blow up team di Malang, yaitu dengan broadcast sesering mungkin dengan tujuan memamerkan tim dari sini yang sudah pro ke komunitas melalui internet,” ungkapnya.
Akhirnya, Melon banting setir memulai karirnya sebagai caster, meskipun belum bisa dikatakan sebagai sebuah “karir” pada saat itu. Di saat Dota 2 masih dalam tahap berkembang, ia sudah memulai usahanya untuk menjadi seorang caster.
Ia tidak menunggu kesempatan datang, tapi aktif menjemput kesempatan tersebut. Tanpa rasa malu, ia menghubungi satu persatu penyelenggara turnamen online dan menanyakan apakah dirinya bisa menjadi caster di acara mereka.
Meskipun tidak menerima bayaran, Melon tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia melakukan cast di warnet tempat dirinya menjadi operator, sambil merekam hasilnya. Kemudian, dari rekaman itu ia meminta kritik dan saran dari teman-temannya, bagian mana yang perlu ditingkatkan, dan sebagainya.
Kehadirannya di dunia online sebagai caster amatir menarik respon orang-orang. Namun awalnya bukannya respon yang positif, Melon malah mendapatkan cemooh. Spectator chat ramai dengan ejekan yang ditujukan kepada dirinya. Bahkan, banyak yang mengajukan pertemanan dengannya di Steam hanya untuk mengejeknya.
Salah satu orang yang pernah mengejek Melon dulu adalah CEO RevivalTV itu sendiri, Senz Houston. Namun tahukah kamu apa yang ia lakukan? Ia membalasnya dengan positif dan keoptimisan tinggi, “Maaf ya, tapi saya memang masih belajar. Kalau ada kritik dan saran silahkan lho siapa tau ada yang bisa diperbaiki,” jawabnya.
Namun, siapa sangka, bahwa pada akhirnya, kegigihan Melon untuk belajar membuat Senz mengajaknya bergabung ke dalam tim RevivalTV.
Dukungan dari Orang-orang Terdekat
Beruntung, Melon mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Saat itu ia sudah menikah, dan istrinya adalah seorang guru bahasa Indonesia. Orang tuanya juga berasal dari dunia broadcasting. Sehingga, ia kerap meminta bantuan istri dan ayahnya untuk melihat hasil rekamannya tersebut.
Ia pun sadar bahwa kalau ingin melebarkan sayapnya lebih jauh lagi, ia harus memiliki perangkat sendiri yang memadai untuk bisa melakukan cast lebih leluasa sekaligus membangun channel Youtube miliknya dengan melakukan live streaming.
Dalam arti lain, Melon harus memiliki PC sendiri dan juga koneksi internet cepat yang mahal. Padahal saat itu dirinya hanya berprofesi sebagai seorang operator warnet sambil usaha kecil-kecilan di rumah. Ini belum ditambah biaya keluarga yang harus ia tanggung.
Go big or go home, Melon akhirnya memutuskan untuk menjual motornya. Ditambah dengan bantuan sedikit modal dari orang tuanya, akhirnya ia memiliki perangkat komputer sendiri serta koneksi internet yang memadai baginya untuk melakukan berbagai aktivitas broadcasting, serta mengembangkan channel Youtube dan halaman Facebook dirinya dengan berbagai konten video.
Lambat laun, kemampuan Melon sebagai seorang caster pun mulai berkembang. Ia terus mengisi posisi caster di berbagai turnamen online dari warnet yang dijaganya. Lambat laun, ia juga mulai dikenal oleh kalangan pengguna warnet di Malang sebagai seorang caster turnamen.
Lembar Awal Menjadi Caster “Resmi”
Berkat koneksinya di Malang, Melon akhirnya mendapatkan tawaran dari The Prime untuk menjadi caster mereka. Melihat kesempatan emas yang akan membuatnya semakin memperlebar koneksinya di ranah esports, Melon mengambil kesempatan tersebut.
Kesepakatannya dengan The Prime membuatnya berhak untuk melakukan broadcast setiap kali mereka bertanding dalam sebuah turnamen. Artinya, ia mendapatkan “jam terbang” sebagai seorang caster yang lebih banyak sekaligus memperluas brand Melon itu sendiri hingga ke luar Malang.
Brand Melon akhirnya mulai dikenal di Indonesia. Ia kemudian berteman baik dengan komunitas DTVI, Main Dota 2, dan akhirnya bergabung dengan tim caster Live Gaming Broadcaster.
Bersama dengan Live Gaming, Melon mendapatkan kesempatan untuk melakukan live cast LAN perdana di mal Central Park, Jakarta. Namun, baginya masalah gaji masih belum sesuai dengan apa yang dibayangkan. Masih terdapat beberapa masalah seperti gaji yang belum dibayar sampai sembilan bulan, hingga nominal yang tidak sesuai perjanjian.
Melihat kalau tidak ada masa depan bagi esports di Indonesia, Melon merasa bahwa inilah saatnya untuk pensiun. Namun, tim Live Gaming masih berkomitmen tinggi dan percaya dengan masa depan broadcasting di ranah esports Indonesia. Banyak orang, termasuk fans (meskipun masih sedikit) Melon juga tetap mendukung dirinya untuk terus melakukan cast.
“Akhirnya saya gak jadi pensiun. Saya pikir selagi masih ada fans yang dukung, ayo ayo aja. Karena bagi saya, Melondoto itu nyawanya ada di penggemar atau penonton,” tambahnya.
Memperkuat Fondasi sebagai Caster Dota 2
Satu peristiwa yang menjadi titik balik bagi Melon adalah sewaktu ia mendapat kesempatan untuk menjadi caster di MOL Dota 2 Tournament Road to KL. Penawaran itu datang dari Ardy Dy, selaku panitia turnamen sekaligus person in charge dari MOL.
Meskipun memang tidak ada budget untuk dirinya (tidak dijanjikan gaji), Melon tetap mengambil kesempatan yang ditawarkan itu. Apalagi, turnamen tersebut tergolong besar dan bisa lebih membesarkan namanya.
Menariknya, adanya Melon sebagai caster malah mengundang banyak penonton dan perhatian, yang kali ini cukup positif. Hal tersebut juga kurang lebih berdampak pada eksposur turnamen serta tim-tim yang bertanding, terutama The Prime yang memang menjadi tim partner Melon.
Di akhir acara, The Prime lah yang memenangkan turnamen tersebut. Mereka sepakat untuk memberikan sedikit hadiah uang tunainya kepada Melon, hingga terkumpul sekian ratus ribu yang kemudian menjadi “standar” baginya untuk acara selanjutnya. Tidak hanya itu, mereka juga mengucapkan apresiasi kepada dirinya, yang membuat Melon semakin memantapkan karirnya sebagai caster.
Tidak lama semenjak turnamen tersebut, Ardy kembali mengajaknya untuk menjadi caster dalam serangkaian acara yang akan diadakan dalam rangka pembukaan warnet-warnet NVIDIA iCafe di seluruh Indonesia. Kesempatan gemilang lagi bagi Melon untuk semakin mengokohkan karirnya sebagai caster dan memperluas namanya di Indonesia.
Koneksi dan Komitmen adalah Kunci Bertahan Hidup di Esports
Dari kisahnya, Melon menyampaikan kepada saya kalau koneksi itu adalah hal terpenting untuk bisa bertahan di esports. Saya pribadi setuju tentang hal itu, dan mungkin kamu bisa membayangkan apa yang terjadi padanya jika dulu ia tidak menjalin hubungan baik dengan KWI dan tim asal Malang, The Prime.
Berkat koneksinya tersebut, ia mendapat banyak tawaran menjadi caster baik secara online hingga offline. Melon tentu saja tidak berhenti sampai situ saja, ia terus menerus mencari pengalaman untuk melakukan cast dan mengambil setiap peluang yang ada.
Namun koneksi bukan satu-satunya hal yang perlu kamu miliki untuk bisa berkarir di esports. Komitmen yang penuh dari dirimu sendiri juga perlu ketika baru memulai dan belum menjadi “siapa-siapa”. Perjuangan Melon yang harus membuatnya menjual motor berbuah manis, dan kini ia bisa menafkahi keluarganya dari esports, sebagai caster dan COO RevivalTV.
Jika kamu ingin mulai berkarir di dunia esports, lakukanlah sedini mungkin dan dedikasikan komitmenmu 100 persen di sana. Jangan mudah menyerah. Meskipun karirmu belum menghasilkan banyak atau bahkan tidak sama sekali, percayalah bahwa semua akan indah pada waktunya jika kamu tulus dan percaya.
Baca juga: Wawancara Dimas “Dejet” Surya Rizki, Shoutcaster Dota 2 Indonesia