Cara Menjadi Atlet Esports, oleh Andi “Monang”
Tentu saja setiap dari kamu, jika diberikan kesempatan, ingin menjadi seorang atlet esports. Bagaimana tidak? Melakukan hal yang kamu sukai, yaitu bermain game, sambil mendapatkan penghasilan, tentu merupakan impian semua gamer. Apalagi jika menuai sukses, namamu semakin besar dan dikagumi banyak orang.
Setelah merilis delapan langkah mudah untuk menjadi seorang atlet esports, saya menyempatkan diri untuk bertemu dengan Andi “Monang” Habibie, seorang pemain yang kini membela Kanaya Gaming, untuk berbincang-bincang mengenai kisahnya dulu hingga kini namanya sudah besar di ranah Dota 2 Indonesia.
Baca juga: 8 Cara Mudah Menjadi Atlet Esports
Mulai Sejak Dini
Monang pertama kali mengenal DotA: Allstars di tahun 2007. Ketika itu ia masih duduk di bangku SMP dan mengetahui tentang mod dari Warcraft III tersebut melalui sebuah majalah game.
Semenjak saat itu, Monang belajar bagaimana caranya bermain game MOBA tersebut dan dengan cepat menjadi salah satu hobi barunya. Tiga tahun kemudian, ia memberanikan diri untuk terjun ke dunia kompetitif dan mengikuti turnamen-turnamen amatir yang ada.
Hanya bermodal tekad dan kemauan yang tinggi, bersama dengan teman-teman satu warnetnya, Monang merasakan pengalaman yang berbeda ketika bermain secara kompetitif dengan bermain secara kasual.
Dari sana, kalah atau menang, Monang memutuskan untuk lebih serius dengan membentuk tim bernama Team Minion pada tahun 2012. Berkat latihan yang konsisten, Team Minion berhasil lolos kualifikasi dan ikut serta di turnamen internasional Electronic Sports World Cup 2013 (ESWC 2013) mewakili Indonesia.
Turnamen tersebut dihadiri oleh tim-tim kuat dari seluruh dunia, di antaranya adalah Evil Geniuses dan Team Empire yang saat itu diperkuat pemain veteran seperti Clinton “Fear” Loomis dan Jacob “Maelk” Toft-Andersen.
Team Minion diikutsertakan ke dalam grup B bersama dengan Team Empire. Sayangnya, perjalanan Monang kurang beruntung pada saat itu. Team Minion hanya mampu finish di peringkat empat dari enam peserta grup B.
Sepulangnya dari ESWC 2013, Monang sendiri mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan The Prime di tahun 2014. Bersama dengan tim barunya, Monang mendapatkan lebih banyak prestasi. Di setiap turnamen lokal, The Prime kerap berada di urutan tiga teratas. Di tingkat Asia Tenggara sendiri, The Prime masih mampu berjajar di delapan teratas.
Satu tahun membela The Prime, Monang pun mencoba petualangan baru. Ia bergabung dengan Kanaya gaming di tahun 2015 hingga saat ini.
Regenerasi di Indonesia dengan Menjadi Atlet Esports
Salah satu masalah di dalam dunia esports Indonesia adalah regenerasi. Monang pun juga mengakui masalah tersebut. Bagaimana cara mengatasinya? Menurut Monang, terdapat tiga cara untuk bisa menjadi seorang atlet esports.
1. Tingkatkan Kemampuanmu
Tentunya kamu tahu, akan sulit bagi seorang atlet esports memenangkan pertandingan dengan kemampuan yang pas-pasan. Oleh karena itu, jika memang ingin menjadi atlet esports, teruslah berlatih dan belajar dari orang-orang yang lebih baik darimu atau berpengalaman.
Meskipun bukan gambaran absolut, namun MMR (jika di dalam Dota 2) atau ranking di dalam permainan bisa menjadi acuan sampai sejauh mana kemampuanmu berkembang. Selain itu, semakin tinggi MMR atau ranking kamu, tentu akan semakin lebar kesempatanmu untuk diajak bergabung dengan tim profesional.
Baca juga: 5 Tips untuk Memenangkan Pertandingan dan Menaikkan Solo MMR di Dota 2
2. Berkomitmen untuk Dunia Esports
Selain kemampuan, tentunya kamu juga harus memantapkan komitmen untuk berkontribusi ke dunia esports Indonesia. Di luar sana ada banyak pemain Dota 2 yang memiliki kemampuan tinggi, namun tidak punya ketertarikan untuk berkontribusi ke dunia esports Indonesia. “Biasanya mereka hanya “stuck” untuk menjadi “joki MMR” saja,” ungkap Monang.
Oleh karena itu, tentu perlu adanya kesadaran diri sendiri untuk memberikan kontribusi ke dalam ranah esports Indonesia. Kalau memang merasa memiliki kemampuan, jangan hanya selalu terpikir untuk terantuk pada “joki MMR”.
“Indonesia punya banyak sekali pemain jago, namun perlu diasah lagi mentalnya. Apabila mereka semua ingin berkontribusi, pastinya Indonesia akan memiliki banyak tim yang jago juga,” tambah Monang.
3. Mulai Membuat Tim
Terakhir, menurut Monang, mulailah membuat tim. Sejago apapun diri kamu, seingin apapun kamu untuk berkontribusi di dunia esports, namun jika tidak memulai untuk membuat tim (karena Dota 2 sendiri adalah permainan tim), maka kamu tidak akan pernah menjadi atlet esports.
Seperti yang Monang lakukan, ia memulainya dari sebuah tim amatir beranggotakan teman-teman warnetnya. Tiga tahun kemudian, Monang sudah bisa mewakilkan Indonesia di ajang internasional yang bergengsi, yaitu ESWC 2013.
Baca juga: Panduan Relaksasi Tangan untuk Atlet Esports
Melihat sepak terjang Andi “Monang” di atas, tentu bukanlah hal yang mustahil untuk menjadi seorang atlet esports. Jika dimulai dengan sebuah niat dan diikuti oleh komitmen yang kuat, siapapun bisa menjadi apa yang mereka inginkan, tidak terkecuali seorang atlet esports. Semangat!