Apakah Sistem MPL Indonesia Harus Direvisi atau Dirombak?
Pada MPL Indonesia season 4, Moonton memutuskan untuk mengubah format turnamen secara menyeluruh. Semula MPL Indonesia merupakan turnamen terbuka yang bisa diikuti oleh semua tim yang mendaftar di kualifikasi. Kini turnamen tersebut menggunakan sistem franchise yang mengharuskan para tim yang ikut serta untuk membayar tiket sebesar 1 juta dolar.
Dengan sistem franchise, MPL Indonesia Season 4 berjalan dengan diikuti 8 tim teratas di Indonesia. Di luar hadiah utama, kedelapan tim yang berlaga mendapatkan pembagian keuntungan yang seimbang berdasarkan pendapatan sponsorship dan branding yang diperoleh Moonton untuk MPL.
Kalau dilihat dari cita-citanya, MPL Indonesia seharusnya menjadi liga yang paling elit dan matang di Indonesia. Sayangnya, menurut kami MPL juga memiliki beberapa kelemahannya sendiri. Efek tidak langsung dari kelemahan ini cukup terlihat saat tim terbaik yang menjadi wakil Indonesia ditekuk di M2 oleh tim kuda hitam Brumese Ghouls.
Berikut ini beberapa opini kami mengenai MPL yang terbentuk setelah menyaksikan MPL Indonesia dari season 4 hingga kandasnya tim Indonesia di ajang M2.
Delapan Tim yang Tidak Imbang
MPL Indonesia memiliki delapan tim yang tergabung di dalamnya. Seharusnya di atas kertas kedelapan tim tersebut merupakan tim kuat yang mampu menghadirkan pertandingan super seru. Tapi pada kenyataannya kedelapan tim tersebut memiliki power rank yang sangat berbeda, saking berbedanya sehingga terlihat seperti mengerucut pada beberapa tim saja.
Hasilnya, walaupun regular match terkadang memiliki hasil yang cukup acak, tetapi babak grand final selalu diisi oleh tim yang itu-itu saja. Bisa dibilang tim yang memiliki power rank tinggi selalu berada di atas podium, sementara tim yang lemah selalu tereliminasi di regular season.
Fame and Glory
Efek jangka panjang dari power rank yang kurang imbang tersebut tercermin pada tingkat kepopuleran tim yang memenangkan MPL melawan tim-tim lapis kedua maupun ketiga.
Tim-tim yang sering naik podium MPL mendapatkan nama dan branding yang jauh lebih besar ketimbang tim lainnya. Hasilnya tim-tim tersebut jadi lebih mudah untuk mendapatkan sponsor.
Sudah tidak terhitung banyaknya brand non endemic yang berani terjun ke esports hanya karena membenamkan brand mereka pada nama-nama tim besar yang pernah keluar sebagai juara MPL.
Dengan banyaknya sponsor yang masuk ke tim-tim papan atas MPL, otomatis mereka mendapatkan modal dan kesempatan yang jauh lebih besar dari tim lainnya. Hasilnya tim juara ini cenderung memperbesar jurang power rank mereka dengan tim lainnya.
Minim Kejutan
Selain power rank yang bermasalah, MPL dengan sistem franchise juga memperkecil kemungkinan hadirnya kejutan-kejutan yang seharusnya hadir di turnamen sekelas MPL.
Kejutan yang kami maksud adalah, hadirnya tim kuda hitam atau berlian yang belum terasah dengan sempurna. Orang-orang yang jenius dari lahir ini terkadang hadir dari tempat yang di luar dugaan, dan ada kemungkinan mereka tidak punya akses ke tim-tim, MPL karena belum memiliki komitmen atau kesempatan.
Kalau mereka sampai muncul, ada kemungkinan besar mereka akan membawa tim yang tidak sempurna tapi kompak. Para tim besar memiliki kecenderungan untuk mengambil pemain terkuat di tim tersebut, padahal bisa saja mereka tidak bisa berdiri sendiri. Hasilnya, berlian atau kuda hitam ini kerap layu sebelum berkembang.
Solusinya?
Ada banyak solusi yang bisa dilakukan Moonton untuk membenahi kualitas liga di Indonesia, salah satunya dengan menjalankan, mengganti atau malah tanpa mengubah format MPL sama sekali.
Untuk bagian menjalankan. Seharusnya Moonton menerima tim yang juara di MDL untuk naik kelas ke MPL. Hal ini sepertinya tidak terjadi akibat pandemi atau alasan lainnya.
Kalau saja MPL benar-benar menjalankan niat awalnya untuk menaikkan dan menurunkan tim-tim yang berlaga di MPL dan MDL, bisa dipastikan saat ini kita akan melihat dua tim terbawah MPL terlempar ke MDL dan sebaliknya.
Untuk penggantian format, kami menyarankan kalau tim yang berlaga di play-off sebaiknya dikurangi menjadi 6 tim saja. Dengan pengurangan ini, perebutan slot akan berjalan lebih seru ketimbang biasanya. Siapa tahu beberapa tim terbawah akan berjuang lebih keras lagi untuk masuk ke papan tengah.
Solusi terakhir yang mungkin dilakukan tanpa mengubah format MPL adalah dengan cara menghadirkan liga ketiga yang bersifat terbuka dan bersanding dengan MPL dan MDL. Nantinya liga ini memiliki akses ke MDL sehingga cukup rewarding, tapi tetap dipenuhi tim-tim underdog.
Selain menghadirkan liga baru, Moonton juga bisa mengganti format MDL menjadi liga terbuka atau malah membuka izin untuk para pihak ketiga yang ingin mengadakan turnamen-turnamen sampingan di luar MPL dan MDL. Walaupun itu artinya Moonton harus mengendurkan program e-project mereka.