SumaiL, Bermain Dota 2 Belasan Jam Sehari untuk Menjadi Pemain Profesional
Berasal dari Pakistan, pemain mid lane yang handal dan masih berusia sangat muda. Kalau kamu mengikuti ranah kompetitif Dota 2, pasti tahu dong tiga ciri-ciri yang dimaksud. SumaiL adalah seorang pemain Dota 2 yang bermain di bawah tim Evil Geniuses dengan posisi seorang mid laner.
Relatif tidak dikenal ketika pertama kali muncul dan masih sangat muda, SumaiL langsung mengejutkan dunia kompetitif dan dengan cepat menjadi salah satu mid laner yang ditakuti. Ingin tahu lebih lanjut tentangnya? Simak profilnya berikut ini.
Biografi
SumaiL lahir di Pakistan pada tanggal 13 Februari 1999 dengan nama lengkap Syed Sumail Hasan. Yup, namanya dalam game berasal nama aslinya sendiri. Ia tinggal dan besar di Pakistan selama lima belas tahun bersama dengan tujuh anggota keluarga lainnya, ayah, ibu, dan lima orang saudara kandungnya termasuk Yawar “YawaR” Hassan.
Saat anak-anak biasa pada umumnya masih belajar menulis, membaca, dan bermain bola di lapangan luas, sedari umur delapan tahun, SumaiL sudah mengenal DotA dan terus memainkannya. Dari situ, ia bermimpi untuk meniti karir di dunia gaming profesional di umurnya yang belum genap sepuluh tahun.
Keluarga SumaiL tidak memiliki komputer pada saat itu, sehingga ia harus menumpang motor dengan saudara dan teman-temannya untuk pergi ke suatu warnet dan bermain. Ia melakukannya setiap hari, 10-13 game sehari. Saking ketagihannya, ia rela menjual sepedanya supaya bisa bermain lebih lama. Beruntung, ayah dan ibunya, Syed Tatheer Mumtaz dan Syeda Zill-e-Huma ikut mendukung mimpi anaknya.
“Saya tinggal di Pakistan selama 15 tahun. Semakin ke sini, saya semakin ingin bermain sehingga memutuskan untuk menjual sepeda saya agar bisa bermain lebih lama.” ujar SumaiL.
Setelah cukup mengumpulkan uang, Mumtaz, ayah SumaiL membawa seluruh keluarganya untuk pindah ke Rosemont, Chicago, Amerika Serikat dengan tujuan mendapatkan pendidikan yang lebih layak untuk anak-anaknya. Tapi baginya, saat itu adalah peluang emas baginya untuk terus bermain Dota 2 dan meniti karir di ranah gaming profesional.
Perjalanan Kompetitif
Sesampainya di Amerika Serikat, SumaiL mulai bermain untuk bisa masuk ke dalam North American Elite League (NEL). Buat kamu yang belum tahu, NEL adalah liga eksklusif para pemain elit (biasanya disaring berdasarkan MMR) di Amerika Utara. Di dalam NEL terdapat klasemen, dan semakin banyak kamu bermain dan menang, posisimu akan semakin tinggi.
SumaiL tidak perlu waktu lama untuk bisa masuk ke dalam NEL. Sahil “Universe” Arora yang saat itu bermain untuk Evil Geniuses kemudian melihat namanya yang merupakan pemain baru di NEL berada di bagian atas klasemen.
Universe kemudian melihat bagaimana SumaiL bermain dan meminta Evil Geniuses untuk memasukkannya ke dalam skuad, mengisi kekosongan yang ketika itu akan ditinggalkan oleh Artour “Arteezy” Babaev ke Team Secret, dan mereka perlu pemain yang mumpuni untuk bermain di turnamen.
Pada akhir tahun 2014, Charlie Yang, manajer EG pada saat itu terbang ke Chicago untuk menemui SumaiL demi mengurus semua berkas-berkas yang diperlukan. Orang tua SumaiL menyetujui anak laki-laki mereka bergabung dengan EG, karena hal itu memang sudah menjadi impiannya sejak kecil.
Babak final Dota 2 League Season 5 menjadi pertandingan LAN debut bagi SumaiL yang saat itu masih berstatus sebagai stand-in. Dalam acara tersebut, Evil Geniuses masih kurang beruntung dan harus rela finish di urutan ketiga setelah kalah dari LV Gaming dan VP.Polar.
Kekalahan EG ini juga membuat para penggemarnya sempat ragu akan kemampuan bocah berusia 15 tahun itu.
Meskipun begitu, EG tetap merekrut SumaiL secara resmi sebagai pemain mid lane karena percaya dengan potensi kemampuannya. Dengan gaji awal US$4000 (sekitar Rp52,4 juta) setiap bulan, EG menjadi langkah pertamanya berkarir di dunia esport.
Beberapa minggu setelahnya, SumaiL terbang ke Shanghai, Cina, untuk berkompetisi di Dota 2 Asia Championship, yang digadang sebagai “The International dari timur”.
Dalam turnamen tersebut, orang-orang mulai takjub dan mengakui kemampuan SumaiL sebagai mid laner. Ia juga orang yang pertama kali memperkenalkan meta Shadow Fiend dengan build Eul Scepter of Divinity. Dengan draft yang berpusat pada SumaiL, EG berhasil menginjakkan kaki mereka di upper bracket babak playoff.
Di babak semi final upper bracket, EG harus kalah dari Vici Gaming dan terlempar ke lower bracket untuk berhadapan dengan Team Secret. EG berhasil mengalahkan timi yang difavoritkan menjadi juara tersebut dan kembali berhadapan dengan VG di babak grand final.
Game ketiga melawan VG di babak grand final menjadi momen yang paling tidak bisa dilupakan bagi SumaiL dan penggemarnya. Pada game tersebut, Peter “ppd” Dager memberikan SumaiL hero favoritnya, Storm Spirit.
Meskipun kill skornya adalah 0-3-0 sebelum menit keempat dan komentator sudah mengatakan kalau game ini berakhir untuk EG, namun SumaiL membuktikan kalau mereka salah.
Setelah mendapatkan Soul Ring dan melihat pemain VG mulai menyebar, perlahan namun pasti SumaiL kembali merangkak menuju puncak posisi Net Worth. Permainan super agresifnya dengan Storm Spirit berhasil membuatnya kembali ke dalam permainan, bahkan memperbaiki keadaan EG yang sedang kalah pada saat itu.
SumaiL menutup game tersebut sekaligus memenangkan turnamen dengan skor 17-7-11 dan membawa pulang $1,2 juta (sekitar Rp15,7 miliar) untuk EG. Dari titik itu, nama SumaiL mulai dikenal sebagai pemain Dota 2 yang muda dan berbakat. Di usia 15 tahun, SumaiL memenangkan kompetisi LAN premium pertamanya.
Kemudian SumaiL mengikuti The International 2015 bersama EG. Mereka digadang sebagai tim favorit kedua setelah Team Secret, yang dinominasikan kuat memenangkan TI5.
Team Secret sendiri ternyata tampil mengecewakan dan harus finish pada urutan kelima. Meskipun saingan terberatnya gugur, EG dikagetkan dengan performa apik dari CDEC Gaming, yang membuat mereka harus turun ke lower bracket menghadapi LGD.
Setelah mengalahkan LGD di final lower bracket, EG bertemu kembali dengan CDEC Gaming di babak grand final. Game pertama bagaikan deja vu game ketiga DAC 2015. Sempat tertinggal 0-3-1, Storm Spirit SumaiL kembali dari ketertinggalan dengan permainan yang “bukan manusia”, bantuan Regeneration Rune, dan Orchid Malevolence tercepat di turnamen.
Setelah empat game, EG berhasil keluar sebagai juara The International 2015 dan membawa pulang US$6,6 juta (sekitar Rp86,5 miliar). Kemenangan tersebut membuat SumaiL menjadi pemain termuda dalam sejarah dengan pendapatan esport lebih dari US$1 juta.
SumaiL kembali membela EG di The International 2016 dengan roster yang sedikit berbeda. Kurtis “Aui2000” Ling digantikan oleh Ludwig “Zai” Wahlberg, yang membuat Clinton “Fear” Loomis kembali ke posisi satu (carry).
Namun kali ini, keberuntungan tidak berpihak pada SumaiL dan timnya. Bertemu dengan Digital Chaos di final lower bracket, EG harus mengakui keunggulan lawannya yang mampu melakukan mega creep comeback. EG finish di urutan ketiga dan memboyong hadiah sebesar US$2,1 juta (sekitar Rp29,1 miliar).
Menurut E-Sports Earnings, karirnya selama 2 tahun terakhi tersebut membuatnya menjadi pemain esports dengan pendapatan terbesar ketiga di dunia.
Gaya Bermain
Di usianya yang masih muda, SumaiL punya konsisten yang luar biasa. Performanya selalu dapat diandalkan oleh rekan satu timnya untuk melangkah lebih dekat menuju kemenangan.
Kepercayaan dirinya begitu besar, ia selalu bermain dengan berani dan tidak gentar melawan musuh-musuhnya yang sudah jauh lebih berpengalaman di turnamen Dota 2. EG sendiri tahu itu dan sering membuat strategi yang memungkinkan SumaiL untuk bersinar.
Di EG, SumaiL memegang posisi dua alias mid laner. Ia khas sekali dengan gaya bermain yang super agresif, mengingatkan saya pada Kim “QO” Seon-Yeop dari MVP Phoenix. Namun tidak hanya itu saja, SumaiL juga bertanggung jawab atas space creation untuk Fear melakukan farming.
Karena itu, ppd sering memberikannya hero-hero agresif dengan impact besar. Storm Spirit, Mirana, Timbersaw, dan Puck adalah segelintir hero yang sering digunakan dengan baik oleh SumaiL dalam pertandingan kompetitif. Bahkan, ketika ia menggunakan hero greedy seperti Medusa, ia selalu aktif terlibat dalam clash atau teamfight.
Meskipun beberapa kali ia mendapati dirinya kesulitan untuk melakukan farm di lini tengah, dibantu dengan rekan setimnya yang memberikan ruang, SumaiL selalu memiliki cara untuk mengejar ketertinggalan dan memperolehitem di mid game. Itulah yang membuatnya menjadi seorang pemain mid yang cukup disegani.
Di usianya yang masih muda, SumaiL sudah memperoleh banyak prestasi. Terbukti jika kamu bertekad untuk mengejar mimpi sedari sekarang, dan diiringi dengan berlatih keras, apa yang kamu inginkan pasti akan tercapai. Ingin menjadi SumaiL selanjutnya?